Sinopsis "Teman Lama"
Ketika ada hari masuk sekolah untuk pertama kali. Silvia, mencoba beradaptasi dengan lingkungan baru. Namun, pertemuannya dengan teman lama, Tania, membawa konflik tak terduga dimana dia merendahkan Silvia dengan mengingat masa lalu mereka di SMP, mencemooh nilai Silvia, dan meragukan kemampuannya masuk SMA.
Tapi balasan nya hanyalah singkat. 85Please respect copyright.PENANA8EKzCqacjv
"Aku mohon lihatlah tentang ku nanti, Teman Lama"85Please respect copyright.PENANAujAbrxh8BB
----85Please respect copyright.PENANA8WzxOrs76s
---85Please respect copyright.PENANAkcz1hC2WUt
--85Please respect copyright.PENANAe33EtxgOMq
-85Please respect copyright.PENANAZdBjApyUeR
Pagi itu, adalah hari dimana semua Siswa maupun Siswi bisa berkenalan dengan baik. Di tempat yang di sebut SMA dengan lingkungan baru untuk Mereka yang datang hari ini.
Untuk bisa terbiasa dengan lingkungan baru, Mereka juga pastinya harus bersosialisasi dengan teman baru, meskipun banyak circle-circle yang tidak bisa putus talinya, tapi Mereka tetap bersikap ramah pada banyak orang di sana. Bahkan sekarang, Mereka semua mencari teman dan yang lain nya.
Termasuk seorang Siswi berkerudung putih panjang dengan pakaian Osis nya dan Dia adalah Silvia, tokoh utama dalam cerita ini yang sekarang menatap sekitar di lapangan dengan banyaknya orang sedang berkenalan.
Dia melihat Mereka yang perlahan sebagian mendekat. "Halo, nama mu siapa?" Mereka bertanya satu persatu dan mencoba berkenalan dengan Silvia yang penampilan nya berhasil menarik perhatian mereka.
Tapi ada yang datang langsung mendekat dengan posisi menyilang tangan dan menatap penuh kesombongan. "Hei, bukankah ini Silvia?" Kata Dia yang terlihat di nama nya bernama Tania.
"Oh, Tania!" Silvia menyapa dengan ramah. Dia seperti senang ada teman SMP nya. "Tania, Aku pikir Aku sendiri yang ada di SMA ini, ternyata Kamu ada di sini ya" Tambahnya.
"Kita memang dari SMP yang sama, tapi, dari dulu kok tidak berubah sama sekali?" Tania melirik tajam.
Hal itu membuat Silvia terdiam dan perlahan menurunkan senyuman ramah nya tadi. "Apa, maksud Kamu?" Dia menatap suram.
"Yah, gimana ya mau bilang nya... Kamu dari dulu kan nilai nya gak berubah ubah, kok bisa masuk ke SMA tinggi ini? Kamu pake zonasi ya? Atau afirmasi? Kamu dari keluarga tidak mampu kah?" Tak di sangka, perkataan itu meremehkan Silvia.
Silvia merasa tertantang namun tetap tenang dan mencoba mengembalikan topik. "Iya, Tania. Kita memang dari SMP yang sama. Banyak perubahan yang terjadi sejak saat itu"
Namun, Tania malah kembali merendahkan Silvia, mencoba membuatnya merasa rendah diri. "Hei, gak ada tuh perubahan nya, justru Kamu tetap pendiam sekali, bahkan di SMP Kamu rangking 5 ke bawah hahaha...." Dia mengaitkan masa lalu SMP.
Tapi Silvia terdiam perlahan lalu melihat sekitar bahwa ada beberapa orang menatap nya karena perkataan Tania tadi.
"Tania, setiap orang bisa berubah. Di SMP, itu sudah sangat lama, sekarang itu SMA, dan Aku sudah mengumpulkan kemampuan sebaik mungkin, Aku sudah merubah semuanya"
"Beneran nih... Nanti Kamu malah rangking nomor 1, Ke bawah haha..." Tania kembali meremehkan nya. Konflik mulai tumbuh, dan membuat Silvia semakin kesal, mau bagaimana lagi, Dia dipermalukan didepan Mereka semua yang bahkan belum tahu satu sama lain.
Tapi Silvia, yang biasanya tenang, membalas dengan pelan. "Aku mohon lihatlah tentang ku nanti, Teman Lama"
Kalimat itu membuat Tania terdiam, antara bingung dan merasa aneh, lalu Silvia berbalik dan berjalan pergi.
Hal itu malah membuat Tania cemas. "Emang bener, kalau beneran Dia berubah bagaimana?" Layaknya ada bisikan yang mengatakan bahwa Silvia sudah berubah membuat Tania cemas.
Tapi Dia mencoba memasang wajah biasa. "Halah, paling enggak ada perubahan nya, Aku teman SMP nya, hanya Aku yang tahu Dia...." Dia berpikir dengan mudah bahwa Silvia berbohong soal perkataan nya sendiri tadi.
85Please respect copyright.PENANA6nLa0O7UfU
--85Please respect copyright.PENANA1ZbBzTKyLx
Mereka juga sekelas, tapi Tania memilih duduk di bangku bagian belakang hanya untuk mengobrol dengan teman-teman nya sementara Silvia ada di depan.
"(Idih, sok asik, pake duduk di depan lagi, mesti mau caper ke Guru tuh.... Sekalian aja cuci muka biar wajah nya enak di pandang, sok asik banget jadi orang)" Gumam nya dengan kesal
Lalu ada satu teman nya yang datang. "Tania, Kamu masuk sekolah ini pake jalur apa?" Dia langsung mendekat mengobrol.
"Oh, ya jelas prestasi dong" Tania mengatakan itu dengan wajah sombong.
"Oh, syukur deh.... Soalnya Aku lihat Kamu juga pake jalur prestasi di forum pendaftaran yang masih ada" Dia menunjukkan ponselnya.
"Eh, mau lihat dong, kok bisa sih masih bisa lihat" Tania langsung mengambil ponsel itu dan melihat di jalur prestasi.
Tapi wajahnya terkejut tidak karuan ketika melihat nama Silvia ada di peringkat atas nomor 3 sementara Dia sendiri masih peringkat jauh yang artinya, nilai SMP Silvia lebih banyak dari pada Tania.
"Heh?! Apa?" Dia tampak tak percaya.
"Eh kenapa?" Teman nya tadi terdiam bingung.
"Eh, ini beneran Silvia peringkat 3?!"
"Lah iya lah, Kamu gak lihat kah"
"Eh, tapi..... Tapi.... Aku kenal Dia dengan nilai yang buruk.... Kenapa bisa--
"Hus, maksud Kamu apa? Kamu gak boleh gitu"
"Ya tapi kan.... Dia itu...." Tania panik, Dia bahkan tidak tahu nilai Silvia lebih banyak saat penilaian SMP terakhir. Mungkin karena dia masih belum percaya bahwa Silvia sudah berubah termasuk nilai nya sebelum lulus SMP.
"Sudahlah, gak papa, hanya soal nilai, yang penting kita di terima di sekolah ini"
"Gak bisa gitu, aku bener bener masih bertanya tanya, aku beneran gak percaya Silvia peringkat nomor 3, itu paling atas tauk!"
"Ck, aku sudah bilang gak papa.... Eh btw mau ikut OSIS gak?"
"Ha? OSIS?"
"Iya, yang organisasi itu, organisasi kepengurusan, mau gak?"
"Ogah ah, males"
"Lah, kenapa? Kan katanya Guru Kita harus bisa bersosialisasi"
"Ya, kan Aku sudah punya banyak temen.... Teman di kelas aja Aku dah pada kenal"
"Oh, jadi Kamu gak mau ikut OSIS?" Teman nya menatap.
"Enggak"
"Tapi, Silvia ikut lo" Kata teman nya. Seketika Tania terkejut dan langsung menoleh ke bangku tempat duduk Silvia yang kosong.
"Loh la Dia kemana?" Tania menatap sekitar mencari Silvia yang tak ada di kelas.
"Dia tanya sama kelas sebelah soal informasi OSIS, soalnya Dia mau ikut"
"Eh?! Emang Dia berani ke kelas sebelah?! Eh bentar.... Dia ikut OSIS? Pft.... Paling gak diterima" Tania malah merendahkan.
"Maksudnya apa?" Teman nya menjadi bingung.
"Ya, Dia itu kan pengetahuan nya dikit, jadi pas ujian penerimaan OSIS, paling Dia juga gak bakal di terima" Tania masih belum percaya dengan apa yang baru saja Dia lihat di forum nilai penerimaan, Sampai-sampai meremehkan Silvia saat mendaftarkan OSIS.
"Oh, gitu ya.... Hm..." Teman nya hanya percaya saja. Hingga Tania tidak ikut organisasi apapun dan membiarkan Silvia ikut OSIS karena Dia percaya, Silvia akan gagal.
Hingga mereka kebetulan bertemu di jalan lorong sekolah saat pulang sekolah.
"Eh, Tania, halo" Silvia menyapa dengan ramah. Bahkan setelah Dia di permalukan di hari masuk pertama sekolah, Dia masih bisa menyapa dengan ramah pada Tania.
Tapi apa yang Dia dapat adalah, Tania hanya berjalan cuek dan sengaja memalingkan pandangan membuat Silvia terdiam menurunkan tangan sapaan nya tadi.
Dia mulai sedih. "Kenapa Dia seperti itu.... Padahal Dia dulu teman ku yang baik, bahkan Dia mengizinkan ku ikut circle nya, tapi sekarang.... Dia malah memperlakukan ku begini..." Dia mulai tertekan dengan sikap Tania yang cuek dan tak mau berteman dengan nya.
---85Please respect copyright.PENANAD7LEtHYrPH
Hingga pada hari dimana ujian OSIS pun dimulai, Silvia menjalaninya dengan giat, bahkan Dia bisa berinteraksi dengan banyak orang di sana, tanpa Tania tahu maupun lihat, Silvia bisa lancar berkomunikasi, Dia tidak sepenuhnya diam dalam organisasi nya.
Di sisi Silvia yang sibuk pada kegiatan sosialisasi nya, di rumah Tania, Dia hanya bermain ponsel dan nganggur.
Pada waktu di sekolah, Tania bertemu dengan Silvia di lorong sekolah. "Heh, Sil!" Panggilnya dengan kasar membuat Silvia menoleh dan berhenti dari berjalan nya.
"Tania, halo, ada apa?" Silvia kembali menyapa dengan ramah dan tak mempedulikan Tania yang menyapa dengan tidak ramah.
"Heh, Kamu ikut OSIS toh?" Tanya Tania.
"Iya"
"Kenapa?"
"Eh, um.... Ya buat nambah kegiatan, selain itu Aku juga dapat bersosialisasi dengan teman baru juga--
"Halah, gak usah sok asik!" Tania langsung menyela membuat Silvia terkejut mendengar itu. Dia langsung memegang dadanya dan hampir menangis.
"Heh, denger ini, padahal Kamu itu dari SMP itu pendieeeem banget, bahkan gak ada yang mau deketin Kamu, sampai pada akhirnya, Aku mencoba temenan sama Kamu dan Kamu dengan senang nya menerima itu dan gabung dengan circle ku dan sekarang, cepet banget Kamu sok asik dan melupakan ku yah" Tania menatap tajam.
"Tania! Apa maksud Kamu! Justru Aku berterima kasih sama Kamu karena menerima ku dulu saat SMP, bahkan ketika masuk awal SMA, Aku sudah bersikap ramah, senang bertemu dengan mu, tapi kenapa Kamu malah mempermalukan ku!!" Silvia menatap memberontak padahal Dia di kenal tenang.
"Heh! Kamu itu jangan terlalu sok asik, Kamu ikut OSIS kan?! Pasti gak bakal di terima! Orang kayak Kamu, emang bisa di terima" Tania menambah perkataan nya membuat Silvia terpukul mendengar ejekan itu.
Lalu Tania berjalan pergi dari sana. Silvia masih dalam posisi diam memegang dadanya. "(Kenapa Dia begitu.... Padahal Dia dulu sangat baik dan asik padaku tapi sekarang, Aku seperti melihat kebencian dalam dirinya....)"
85Please respect copyright.PENANAf4kZmlr2Gk
Bahkan ketika penerimaan OSIS sudah di tempelkan di majalah dinding, Tania tak sengaja melihat itu saat Dia berangkat sekolah.
"Eh, ini Siswa Siswi yang di terima OSIS" Dia penasaran dan melihat.
Siapa sangka wajah nya terkejut tidak karuan saat melihat nama Silvia ada di dalam daftar penerimaan organisasi OSIS.
"Astaga! Silvia di terima?" Dia berwajah tak percaya bahkan wajahnya campur aduk. Dia benar benar tidak percaya, bahwa di sana ada nama Silvia yang di terima jadi OSIS.
ns 15.158.61.8da2