Aku duduk di meja makan warung sambil memperhatikan mama yang sedang sibuk melayani pelanggan-pelanggannya yang datang untuk makan siang. Tak seperti biasanya, warung makan kali ini tampak lebih ramai daripada hari kemarin. Jangan-jangan salah satu pelanggan mama ada yang tahu kalau mama pernah berjalan kaki bugil ke sekolahan?
15222Please respect copyright.PENANAwBnXcCQGN5
Dua orang pemuda berbisik-bisik di meja makan. Karena aku duduk di dekat mereka, aku jadi tahu apa yang mereka bicarakan.
15222Please respect copyright.PENANA2XnD487vFX
"Bibi itu pernah jalan kaki gak pakai baju," bisik salah satu pemuda. "Waktu itu aku baru saja mau pergi berkebun dan aku melihatnya jalan kaki bertiga dengan dua orang anak kecil. Salah satunya anak ini."
15222Please respect copyright.PENANAADyvwzbvcJ
"Wah enaknya," bisik pemuda satunya. "Kalau aku jadi anaknya, aku pasti tiap hari bisa pegang-pegang tetek bibi itu. Coba lihat tubuhnya. Seperti pemain bokep saja."
15222Please respect copyright.PENANAedyUYRYoHH
Mereka berdua lalu tertawa.
15222Please respect copyright.PENANAqpcuxvazoW
Aku juga tertawa dalam hati. Siapa yang tidak senang memiliki mama dengan tubuh yang menggairahkan? Sementara orang lain hanya bisa mengkhayal tentang mamaku, aku sudah bisa menelanjanginya.
15222Please respect copyright.PENANATeYqzBCZub
Menjelang sore hari, mama menutup warungnya karena makanan sudah habis. Mama tersenyum saat menghitung uang. "Lumayan, hari ini laris manis," kata mama. "Mama hari ini mau pergi arisan di tempat Ibu Tuti. Kamu jaga rumah dulu ya."
15222Please respect copyright.PENANACxmftXWh0X
"Aku mau ikut," kataku.
15222Please respect copyright.PENANAPEpMmHQUjA
"Ya gak apa-apa kalau mau ikut."
15222Please respect copyright.PENANASkpHYLyvVK
"Kapan mama berangkat?"
15222Please respect copyright.PENANA5bR1JZuUlF
"Mama mandi dulu, habis itu berangkat."
15222Please respect copyright.PENANApnJdE1MiXN
Lima belas menit kemudian mama sudah siap berangkat. Mama mengenakan jilbab berwarna abu-abu dan daster bercorak bunga. "Kamu sudah siap?" tanya mama.
15222Please respect copyright.PENANAOjcZ22l36W
'Sudah ma. Mama gak ada pakaian lain selain daster ya?"
15222Please respect copyright.PENANAjLp6sqppDD
"Mama lebih suka pakai daster. Ayo berangkat."
15222Please respect copyright.PENANAlJrQJuNUfj
Tempat Ibu Tuti hanya sekitar 20 meter dari rumah. Di depan rumah sudah banyak ibu-ibu berdiri sambil asik bergosip. Ketika melihat aku dan mama datang, mereka berhenti bicara dan memandangi mama dengan pandangan sinis. Sepertinya mereka baru saja membicarakan mama.
15222Please respect copyright.PENANAdfYSFXGWh1
"Halo bu apa kabar. Wah anaknya sudah gede ya," kata salah satu dari mereka berbasa-basi. "Denger-denger ada wanita yang suka jalan sambil telanjang loh. Kamu hati-hati ya nak kalau ketemu orang gila seperti itu."
15222Please respect copyright.PENANAnz1yqrWIIS
Air muka mama langsung berubah. Aku tertawa cekikan. Memang benar mereka sedang membicarakan mama. Tak lama kemudian mama sudah bergosip ria dengan para ibu-ibu tersebut sementara aku duduk di beranda rumah Ibu Tuti sambil makan kue. Arisannya belum dimulai, dan Ibu Tuti masih menata kue-kue camilan di atas piring. Aku bisa melihatnya dari beranda sini. Ini pasti akan lama.
15222Please respect copyright.PENANAxrjcCMdNyf
"Ah bosan!" teriakku. Aku melihat mama yang masih bergosip dengan para ibu-ibu. Aku langsung mendapat ide.
15222Please respect copyright.PENANA2TN09hcBdr
Aku mendekati mama yang membelakangiku. Begitu dekat, aku langsung menyibak daster mama ke atas. Pantat mama yang terbalut oleh sempak hitam terpampang jelas di hadapanku. Mama diam saja, jelas ia ingat akan janjinya.
15222Please respect copyright.PENANAU5ldw0X9fN
"Aduh bu anaknya kok dibiarin buka-buka daster mamanya?" tanya salah satu ibu-ibu itu sambil memperhatikan aku. "Malu, bisa dilihat orang lain nanti."
15222Please respect copyright.PENANA8AqZuQIQEw
"Gak apa-apa bu, memang dia suka mainan kayak gitu," kata mama beralasan.
15222Please respect copyright.PENANAa5VW9qMB6i
Aku mengendus-endus pantat mama. Setiap kali aku bergerak, daster mama pasti merosot turun. Daripada kesenanganku terganggu, aku segera melipat ujung dasternya ke atas sampai ke perut mama. Mama seperti tidak sedang memakai celana.
15222Please respect copyright.PENANAQ7li1OzB7G
"Ibu ini gimana sih!" seru ibu-ibu itu terkejut. "Anaknya kok dibiarkan!"
15222Please respect copyright.PENANA74JRLstzxZ
Aku terus mengendus-endus pantat mama dengan lebih leluasa. Aku memeluk mama dari belakang sambil memainkan udelnya dengan jari telunjukku. Belum puas sampai di situ, aku menurunkan sempak mama sampai mata kaki. Ibu-ibu itu semakin kaget melihat memek mama yang dipenuhi jembut tebal dipamerkan di depan mereka.
15222Please respect copyright.PENANAI9rvOywOMu
"Bu... ini... ini sudah keterlaluan."
15222Please respect copyright.PENANAa3LqhdtShF
"Ti... tidak apa-apa. Ini sudah biasa kok," mama terus beralasan. Aku bisa merasakan paha mama sedikit bergetar karena malu atau grogi. Dengan menggunkan kedua tanganku, aku membuka pantat mama sampai anusnya yang kecokelatan muncul dari sela-sela belahan pantatnya. Aku langsung menjilatnya.
15222Please respect copyright.PENANAnOjRn4BC08
"Aaaaah..." desah mama pelan.
15222Please respect copyright.PENANAA6Wf4u0A20
Seorang ibu yang juga membawa anaknya langsung menutup kedua mata anaknya. "Ayo kita masuk ke dalam rumah, di sini berbahaya," serunya kesal. Tepat di saat seperti itu, Ibu Tuti menepuk tangannya dan menyuruh kami masuk. "Ayo ibu-ibu, arisannya mau dimulai," katanya dari beranda rumah.
15222Please respect copyright.PENANADmQM6ZgbV9
Kami pun segera masuk. Mama menaikkan sempaknya, sebelum ia menurunkan lipatan dasternya, aku langsung melarangnya. "Biarkan saja ma, mama lebih seksi kalau sempaknya kelihatan gitu."
15222Please respect copyright.PENANALJVQpIeiFd
Aku menambah lipatan daster mama dan aku melipatnya ke atas hingga di atas pusar. Aku mencium perut mama, lalu berujar, "Ayo ma kita masuk."
15222Please respect copyright.PENANAtwcZ5Pnbr7
Aku dan mama terakhir masuk ke rumah. Melihat daster mama yang terlipat sampai perut dan menampakan sempaknya, membuat Ibu Tuti menegur mama, "Ya ampun bu, apa ibu gak malu berpenampilan kayak gitu?"
15222Please respect copyright.PENANAEyblunQRKE
Wajah mama memerah, "Anakku suka kalau aku begini, kalau gak begini dia bisa nangis seharian."
15222Please respect copyright.PENANAXUtpXNvmwK
"Ya sudah kita gak ada waktu lagi, ayo dimulai arisannya."
15222Please respect copyright.PENANAMGwMJhfcwD
Arisan dimulai. Aku rebahan di pangkuan mama dengan wajah menghadap ke memeknya. Sesekali aku menurunkan karet sempaknya dan memainkan jembut mama yang mencuat keluar. Ibu-ibu yang duduk di sebelah mama langsung menjauh. Mereka tak henti-hentinya berbisik. Cuma Ibu Tuti yang sabar melihat tingkahku dan mama. "Sudah sudah, gak apa-apa. Toh itu demi anaknya juga. Lagi pula di sini tidak ada laki-laki lain juga. Kalian harusnya mengerti," katanya sambil membuka buku catatan arisan.
15222Please respect copyright.PENANAUWlqoq3gZQ
Aku menjilat-jilat udel mama. Sedikit asin tetapi aku suka dengan perut mama yang sedikit berlemak dan tidak sampai berlipat. Tanganku meraih kait behanya dari celah lipatan dasternya, lalu dengan sekali gerakan, aku melepasnya. Tek! Suaranya sampai kedengaran. Dengan sigap, aku melepas beha mama dan meletakkannya di lantai.
15222Please respect copyright.PENANAgaEVaamIvz
Tetek mama kini tergantung di hadapanku. Aku menyibak dasternya lebih ke atas lagi sampai dibawah lehernya agar tetek mama bisa dilihat oleh ibu-ibu di arisan. Jelas saja arisan itu dipenuhi kegaduhan; semua mata ibu-ibu itu terpaku ke kedua tetek mama yang sebesar pepaya dan uratnya terlihat sampai ke pentil.
Ibu-ibu di sekeliling mama terus memandang mama dengan jijik. Aku tidak peduli dengan itu. Aku langsung melahap pentil mama dan menyedotnya kuat-kuat. "Ssssss..." mama mendesis tertahan. Sementara aku menyusu, tangan kananku memuntir-muntir pentil mama satunya. Tidak sampai beberapa menit, pentil mama sudah mengeras. Aku jadi tambah semangat.
15222Please respect copyright.PENANAZccRiB41Fi
"tapi teteknya ibu bagus ya," ujar ibu yang duduk di sebelah kanan mama. Ia tadinya sedikit menjauh dan sekarang sudah mendekat kembali. "Apa benar kalau payudara bisa besar kalau selalu diremas?"
15222Please respect copyright.PENANA93NVnqJEo4
"Eh mungkin saja," jawab mama sambil menggigit bibir bawahnya.
15222Please respect copyright.PENANA4gAkBi8yKU
"Boleh aku pegang teteknya ibu?" kata ibu itu. Aku tidak menyangka ibu itu cukup terbuka dengan tingkahku. Mama mempersilahkan ibu itu untuk memegang teteknya. Tangan ibu itu pun memegang tetek mama lalu meremasnya. "Wow, beda sama punyaku. Yang ini lebih berisi," serunya.
15222Please respect copyright.PENANAxagpWuRqN9
Aku berhenti menyusu. "Coba ibu pegang pentil mamaku ini. Ini yang terbaik," kataku mempersilakan. Tanpa ragu, ibu itu langsung menarik pentil mama dan tersenyum. "Benar-benar payudara yang bagus."
15222Please respect copyright.PENANAKua1oJHavS
Karena ibu itu mau bersikap terbuka, ibu-ibu yang lain akhirnya melunak dan berhenti berbisik-bisik. Ibu Tuti akhirnya bisa dengan tenang mengeluarkan gulungan kertas dari dalam botol plastik dan mnyebut nama yang keluar keras-keras, "Yang mendapat arisan hari ini adalah Ibu Deni."
15222Please respect copyright.PENANAkxz5UcEXvo
Sayang sekali mama tidak mendapat arisan kali ini. Semua orang mengucapkan selamat kepada Ibu Deni. "Selamat ya bu," ucap mereka.
15222Please respect copyright.PENANAeIXUigLnB4
Arisan itu berakhir dengan damai, meski beberapa ibu-ibu masih menggunjingkan mama. Seusai acara, Ibu Tuti mendekati mama dan berujar,"Lain kali jangan seperti itu lagi ya bu, ibu boleh melakukan apa saja demi menyenangkan anak ibu; tetapi ibu juga harus melihat kondisi di sekitar ibu. Ibu-ibu yang lain pasti sudah mencap ibu sebagai wanita yang gak bener."
15222Please respect copyright.PENANAl15mJAmFAe
"Iya bu, nanti anakku akan aku beritahu," ujar mama sambil merapikan daster dan jilbabnya. Aku memungut beha mama dan memutar-mutarnya ke udara. Mama pamit ke Ibu Tuti dan kami bergegas pulang karena hari mulai gelap.
ns 15.158.61.48da2