Saat hari raya tiba, sekolah SMA Umik Zahra akan menggelar reuni. Ia sudah tak berniat hadir, karena statusnya sebagai janda. Rata-rata teman-temannya yang datang bawa suami atau istri.5631Please respect copyright.PENANAbF1NhpHu9r
"Zahra, kamu datang kan ke reuni SMA? Tolong konfirmasinya," Pak Hendro mengirim pesan WA ke Umik Zahra.
Pak Hendro adalah salah satu teman seangkatan Umik Zahra ditunjuk menjadi panitia reuni tahun ini.
Pak Hendro termasuk alumni yang sukses. Saat ini ia bekerja sebagai abdi negara.
"Aku nggak datang Hen," jawab Umik Zahra.
"Kenapa, ayolah datang," balas Pak Hendro.
"Aku malu, masak datang sendiri, yang lain bawa suami atau istri," jawab Umik Zahra.
"Banyak kok yang lain, yang nggak bawa pasangan juga. Aku juga nggak bawa pasangan," kata Pak Hendro.
"Ya, tapi aku janda, takut jadi bahan guyonan teman-teman. Aku malu," kata Umik Zahra.
"Tenang wes, nanti aku belain kalau ada yang mau nyindir atau godain kamu," jawab Pak Hendro.
"Pokoknya aku nggak datang, kalau mau minta sumbangan buat acara itu, nanti aku transfer deh," Umik Zahra tetap menolak datang ke reuni tersebut.
"Bukan masalah itu, pokoknya kamu harus datang. Aku nggak bawa istri dan anakku," ucap Pak Hendro.
"Terus kenapa maksa datang, Hen," tanya Umik Zahra.
"Ya, aku kepingin ketemu kamu, kangen kamu. Haha," jawab Pak Hendro.
"Udah lah Hen, yang kejadian sebelumnya jangan diingat lagi. Aku nggak mau kamu ribut lagi sama istrimu," kata Umik Zahra.
"Ayo lah, masak nggak pengen ketemu lagi. Aku pingin ngulang kejadian itu. Haha," goda Pak Hendro.
"Udah Hen, jangan macem-macem lagi ya. Aku nggak mau ribet, urusan sama istrimu," jawab Umik Zahra.
"Cuma ketemu bentar aja kok, setelah ini kita nggak perlu ada hubungan lagi," ucap Pak Hendro terus memaksa.
"Kamu ini, kalau soal urusan begitu, ke aku. Kemarin teman-teman dikasih bingkisan THR, aku nggak dikirimi," kata Umik Zahra.
"Aku khawatir istriku curiga nanti kalau kamu dikirimi juga," pak Hendro mengelak.
"Tenang aja, nanti aku kasih khusus buat kamu," lanjutnya.
"Setelah reuni, kita bikin acar sendiri, khusus, bentar aja. Aku kasih THR khusus nanti," Pak Hendro memberi penawaran.
"Dikasih THR apa?" tanya Umik Zahra.
"Aku kasih kamu uang BBM 300 ribu gimana, pokoknya datang ke reuni dan ikut bentar setelah itu," jawab Pak Hendro.
"Nggak mau, sejuta mau aku," Umik Zahra asal ngomong.
"Oke nggak apa-apa sejuta, asal mau ikut aku setelah reuni," jawab Pak Hendro.
Umik Zahra kebingungan, Pak Hendro malah mengiyakan omongannya yang ngasal.
"Emang mau ke mana kita setelah acara reuni?" tanyanya.
"Pokoknya ikut aku, kita enak-enak, reuni sendiri, menikmati rasa yang dulu pernah kita rasakan. Haha," jawab Pak Hendro dengan mesum.
"Pokoknya aman, kamu bisa jamin aman setelahnya, nggak apa-apa," kata Umik Zahra.
"Tenang pasti aman," jawab Hendro.
***
Akhirnya Umik Zahra datang ke acara reuni itu sendiri. Ia tak bawa anak-anaknya. Begitu juga Pak Hendro, tak membawa istri dan anak-anaknya.
Setelah acara reuni selesai, Pak Hendro meminta Umik Zahra pamit duluan. Ia meminta Umik Zahra menunggu di jalan. Umik Zahra pun pamit pulang dan mengendarai mobilnya. Ia berhenti di depan toko swalayan dan memberi kabar ke Pak Hendro dimana keberadaannya.
Tak lama berselang, Pak Hendro dengan mobilnya datang. Ia meminta Umik Zahra untuk membuntutinya dari belakang.
Umik Zahra terus membuntuti mobil Pak Hendro. Ternyata Pak Hendro masuk di sebuah perumahan. Lalu masuk ke sebuah rumah yang cukup besar dengan pagar yang tinggi dan tertutup rapat.
Pak Hendro membuka pintu rumah itu dan memasukkan mobilnya. Umik Zahra ikut memasukkan mobilnya. Setelah itu pintu pagar kembali ditutup rapat-rapat.
"Ayo masuk," Pak Hendro mengajak Umik Zahra masuk.
"Rumah siapa ini?" tanya Umik Zahra.
"Rumahku lah! Anak dan istri di rumah mertua," jawab Pak Hendro.
Umik Zahra baru tahu rumah Pak Hendro. Ia pun kemudian mengikuti Pak Hendro dari belakang masuk ke dalam rumah.
Pak Hendro mengajak Umik Zahra ke ruang tengah. Ruang santai keluarga. Ia langsung melepas bajunya.
"Ayo Zahra, aku tidak punya waktu lama. Bentar lagi harus ke rumah mertua," katanya.
"Ya sudah kalau buru-buru. Aku mau pulang. Hehe," ucap Umik Zahra menggoda.
Pak Hendro langsung memeluk Umik Zahra penuh nafsu. Ia bertubi-tubi mencium pipi Umik Zahra.
"Buru amat sih, Hen," kata Umik Zahra manja.
Pak Hendro kemudian mencium bibir Umik Zahra. Ia melumat bibir itu. Lidah dan bibirnya terus dimainkan. Umik Zahra ikut menggerakkan bibir dan lidahnya.
"Ahhh, lama kita tidak berduaan lagi," ucap Pak Hendro.
Setelah itu Pak Hendro melepas seluruh pakaiannya sendiri hingga telanjang bulat. Kemudian meminta Umik Zahra mengocok dan mengulum penisnya.
Umik Zahra menurut saja. Ia raih penis itu. Dijilatnya dengan nafsu pula, mengocoknya, dan mengulumnya.
Setelah penis Pak Hendro tegang, ia dengan cepat melucuti semua pakaian Umik Zahra.
Tangan Pak Hendro kini meraba payudara Umik Zahra. Kemudian menjilat dan menghisap pentilnya dengan rakus.
"Tubuhmu masih bagus ya. Bikin kangen dan nafsu terus," ujarnya.
Pak Hendro kini minta Umik Zahra terlentang. Ia pun siang menghujam vagina Umik Zahra dengan penisnya. Ia tidak punya waktu lama.
Mudah saja penisnya masuk ke vagina Umik Zahra. Ia langsung menggenjotnya penuh nafsu.
"Uuhhhh, masih enak rasanya, sama seperti dulu," ucap Pak Hendro sambil mendesah.
Umik Zahra cukup pasrah saja menikmati hentakan penis Pak Hendro.
"Ahhhh," ia ikut mendesah.
Setelah sepuluh menit menggenjot vagina Umik Zahra, penis Pak Hendro sudah terasa nyut-nyutan. Ia segera mencapai puncak kenikmatan.
Pak Hendro memang selalu buru-buru kalau main dengan Umik Zahra. Sedikit pemanasan dan tidak banyak gaya.
Pak Hendro mempercepat genjotannya.
"Crooootttt..... Crottttt.... Crotttt," spermanya muncrat di dalam rahim Umik Zahra.
"Ahhhh, enaknya," kata Pak Hendro puas.
Sementara Umik Zahra biasa saja.
Setelah itu keduanya kembali berpakaian dan cepat-cepat pergi dari rumah itu. Sebelum ada yang curiga dan ketahuan.
"THR-nya nanti saya transfer ya," ujar Pak Hendro sebelum berpisah dengan Umik Zahra.
***
ns 15.158.61.48da2