Boy memasuki halaman rumahnya dengan lesu, hukuman skorsing yang dijatuhkan Pak Harso akibat perkelahiannya di sekolah membuat Boy harus pulang lebih awal dari biasanya. Langkah kaki Boy terhenti saat pintu rumahnya terbuka dari dalam, keluar dari dalam rumah seorang pria dengan postur tubuh tinggi besar dengan rambut gondrong ikal, jenggot lebat, dan kulit hitam, kesan pertama yang didapat dari pria ini adalah gahar dan menmyeramkan.
"Apalagi sekarang yang Lu lakukan berandal?! Hah?!" Hardik pria itu pada Boy, ketika melihat Boy sudah berada di depan rumah saat hari belum beranjak siang. Boy hanya terdiam mendengar pertanyaan dari pria itu, mata Boy tajam menatap wajah pria tersebut, seolah ada kemarahan yang ingin dia tumpahkan.
" Heh!! Lu ditanya malah nyolot!! Nantangin Gua Lu?!!" Pria itu merangsek ke tubuh Boy, dua tangannya mencengkram kasar kerah seragam sekolah yang dipakai oleh Boy. Tatapan mata Boy tampaknya membuat pria itu tersinggung dan marah.
"Lepasin Gua!!!" Teriak Boy sambil mencoba melepaskan cengkraman tangan pria tersebut.
"Udah berani kurang ajar Lu ya ?!!" Pria itu mendorong tubuh Boy ke sisi dalam pagar rumah, saking kerasnya dorongan itu, suara keras terdengar saat punggung Boy menghantam deretan besi pagar.
BRAK!!!!
"Mas!!! Sudaaahh!! Cukup!!! Lepasin Boy!!" Terdengar suara perempuan seusia Bu Rini yang keluar dengan tergesa dari dalam rumah. Perempuan itu berlari mendekati dua orang yang saling memendam amarah, mencoba memisahkan keduanya sebelum baku pukul terjadi.
"Lepasin Mas, cukup ! Malu dilihat tetangga !" Kata perempuan itu pada pria yang mencengkram kerah seragam Boy.
"Lu ajarin anak ini sopan santun!!" Teriak pria itu sambil melepaskan cengkramannya dengan kasar, mendapat perlakuan seperti itu membuat Boy tak terima, dia mengambil ancang-ancang untuk mengayunkan pukulannya pada pria itu namun seketika dia urungkan saat perempuan tadi menahan lengannya.
"Cukup Boy ! Sudah jangan diteruskan !" Kata perempuan itu, mencoba menetralkan emosi Boy yang sudah meninggi.
"Kalo sampai Lu ulangin lagi, lain waktu Gua nggak segan buat ngehajar muka songong Lu itu!!! Dasar bajingan!!" Bentak pria itu pada Boy sebelum meninggalkan halaman rumah.
"Sudah Boy, sudah jangan kau ladeni kemarahan Bapakmu." Ucap perempuan itu sambil mengusap-usap punggung Boy dengan telapak tangan.
"Dia bukan Bapakku Bu!!!" Teriak Boy sambil berlalu meninggalkan perempuan yang disebutnya dengan panggilan Ibu itu.
Sudah 1 tahun ini Boy dan Ibunya harus berbagi tempat tinggal dengan Anwar, pria pengangguran yang menikahi Bu Ranti, Ibu Boy. Ayah kandung Boy sendiri tak diketahui keberadaannya sejak 12 tahun silam, seperti hilang ditelan bumi tanpa memberi kabar apapun pada Boy maupun Bu Ranti. Ditinggal seorang suami membuat Bu Ranti harus membanting tulang mencari nafkah seorang diri untuk menghidupi dirinya dan Boy. Peran sebagai bapak sekaligus ibu harus diperankan Bu Ranti untuk membesarkan Boy seorang diri. 3221Please respect copyright.PENANA5iRLpUmK1e
Dua tahun lalu dia bertemu dengan Anwar, pria 42 tahun yang telah berhasil membuat hati Bu Ranti terbuka setelah bertahun-tahun tertutup rapat dari kata cinta. Sosok Anwar yang awalnya lemah lembut dan penuh kesabaran meskipun bertampang sangar membuat Bu Ranti tak kuasa menolak ajakan Anwar untuk kembali membangun biduk rumah tangga, walaupun hal itu ditentang habis-habisan oleh Boy.
Kehilangan sosok seorang ayah sejak kecil membuat Boy tumbuh menjadi pribadi yang keras. Setiap permasalahan yang dia hadapi selalu berakhir dengan baku hantam, tak jarang hal itu membuatnya memiliki banyak musuh baik di lingkungan rumah maupun di sekolah. Meskipun demikian, hal tersebut tak membuat nyali Boy ciut, baginya sepanjang dia tidak mencari masalah terlebih dahulu, keberaniannya tak akan surut saat menghadapi orang yang mencari masalah dengannya. 3221Please respect copyright.PENANAJKB9yULnuX
Pernikahan ibunya dengan Anwar, sedikit banyak membuat hubungannya dengan sang ibu merenggang. Perangai kasar sang Bapak tiri membuat Boy semakin membenci sosok Anwar, tak jarang Boy menemukan bekas merah di pipi Ibunya akibat tamparan Anwar. Boy sudah berkali-kali meminta Ibunya untuk menceraikan Anwar tapi permintaan itu selalu ditolak oleh Bu Ranti. Benar kata orang bahwa cinta itu kadang bisa membutakan, ungkapan yang secara nyata dihadapi oleh Boy dan Bu Ranti semenjak kehadiran Anwar. Tindakan kasar Anwar tak juga membuat Bu Ranti mengakhiri rumah tangganya, apalagi Anwar kini sudah tak lagi bekerja setelah beberapa bulan lalu dipecat dari pabrik, praktis semua kebutuhan keluarga dicukupi oleh Bu Ranti dari hasil jual beli baju online.
Keputusan Bu Ranti untuk tetap membina rumah tangga dengan Anwar meskipun perangai kasar sang Bapak tiri tak henti mendera tubuh Bu Ranti membuat Boy tak betah untuk tinggal di dalam rumah, seringkali Boy tak pulang dan memilih tidur di rumah teman, studio musik langganan, bahkan di depan emperan toko bersama teman-teman nongkrongnya. Semua itu dia lakukan untuk menghindari pertemuannya dengan Anwar. Tapi sudah 6 bulan ini, Boy sering menghabiskan waktu bersama Bu Rini, wanita yang berperan sebagai guru sekaligus pacarnya. 3221Please respect copyright.PENANAD3jm7PJb1M
Meskipun usia mereka terpaut sangat jauh namun Boy tak merasakan ada masalah di situ. Mungkin satu-satunya masalah yang dihadapi oleh pasangan ini adalah status keduanya yang berbeda jauh, guru dan murid. Perbedaan status ini membuat keduanya harus pintar-pintar menyembunyikan hubungan asmara dari pengetahuan orang lain. Bersama Bu Rini, Boy bisa meluapkan semua masalahnya, kegundahan yang dia rasakan selalu hilang saat bersama Bu Rini. Bagi Boy, Bu Rini tak hanya seorang pacar, tapi juga kakak, teman, sekaligus guru yang selalu ada saat Boy membutuhkan. Tak jarang Boy menghabiskan malam di atas bersama ranjang Bu Rini, menemani wali kelasnya itu mengecup nikmat persenggamaan.
3221Please respect copyright.PENANAfVbevQf38c
***
3221Please respect copyright.PENANAeRSdoE0aIG
"Eeeecchhmmm ! Eeeeecchhmmm ! Iyaahhh sayang." Bu Rini mendesah nikmat saat Boy memainkan lidah di ujung putingnya.
Jari tengah tangan kiri Boy juga mulai mengusap lembut permukaan vaginanya. Jilatan lidahnya dan gesekan jari Boy membuat guru matematika itu menggelinjang di atas tempat tidur, mengacak-acak seprei, dan tentu saja desahan demi desahan terdengar nyaring dari dalam kamar.
"Nakal..." Bisik Bu Rini saat wajah Boy sudah tepat berada di atas kepalanya.
"Kamu suka kan?" Goda Boy dengan senyum nakal.
Tak mau berlama-lama, Bu Rini menarik kepala Boy mendekati bibirnya. Dengan liar, Bu Rini mulai mengulum bibir pria yang sudah menelungkupi tubuhnya itu. Boy mencoba mengimbangi permainan bibir Bu Rini, keduanya saling mengulum dan menjilat dengan ganas. Puas berciuman, Bu Rini mendorong tubuh Boy ke samping, membuat pemuda itu terlentang di sebelah kiri Bu Rini. Dengan sekali gerakan, Bu Rini mengambil posisi di atas tubuh Boy. Kini Bu Rini yang mengangkangi tubuh Boy, perlahan Bu Rini mulai menggerakkan pinggulnya naik turun menyusuri permukaan batang penis Boy yang mulai mengeras. Permukaan vagina becek Bu Rini seperti mengelus-elus kulit penis Boy saat gerakan pinggul Bu Rini semakin intens dan cepat.
"Penismumu besar banget sayang." Bu Rini begitu mengagumi ukuran penis Boy, apalagi jika sudah mengeras seperti ini. Dengan Panjang nyaris 19 cm, cukup membuat janda cantik itu berkali-kali menelan ludah, membayangkan jika kemaluan Boy menusuk rahimnya.
"Eeecchhmmm ! Teruss, gesek terus sayang." Bisik Boy lirih sambil menikmati gerakan tubuh kekasihnya itu.
Bu Rini semakin mempercepat gesekan pinggulnya di atas tubuh Boy, membuat Boy mendesis kencang dan memejamkan mata. Setelah penis Boy dirasa telah benar-benar mengeras sempurna, Bu Rini mengangkat pinggulnya, diarahkannya ujung penis Boy ke lubang vagina yang sudah becek.
"Ooooocchhh !"
Bu Rini melenguh panjang saat kepala penis Boy mulai menyeruak masuk ke dalam vaginannya. Perlahan Bu Rini menekan pinggulnya ke bawah, membiarkan batang penis Boy semakin masuk ke dalam vaginannya. Boy hanya bisa memejamkan mata, meskipun sudah sering merasakan sempitnya liang vagina Bu Rini, tapi tetap saja Boy masih tak tahan saat batang penisnya melakukan penetrasi. Sensasi rasa sesak bercampur hangat dan tentu saja basah, selalu berhasil memberikan kenikmatan berlebih pada batang penis Boy.
"Oooocchhhg ! Oooooccgghgg ! Gede banget beb penismu." Bu Rini mulai meracau saat seluruh batang penis Boy sudah berada di dalam vaginannya.
"Eeecchhmm ! Vaginamu juga enak banget sayang. Ayo genjotin penisku ! " Kata Boy. Tak menunggu lama, Bu Rini mulai menggerakkan pantatnya naik turun, menggenjot penis Boy dari atas dengan kecepatan sedang. Buah dadanya yang semakin membusung kenyal membuat Boy tak tahan untuk mulai meremasnya.
"Aaacchhh ! Aaacchhh ! Aaaaacchhhh ! Iiyyaaa sayang ! Aaacchhh...!!" Desah Bu Rini sambil terus menggenjot tubuh Boy dari atas.
Boy yang berada di bawah tak mau kalah liar dari Bu Rini, dua tangannya sibuk meremas-remas dua buah dada Bu Rini dengan kasar. Sesekali jari-jarinya jahil dengan menarik-narik puting Bu Rini yang sudah sangat mengeras. Tak tahan hanya memainkan tangannya, Boy bangkit dari tidur, kini wajahnya telah berada tepat di depan dua buah bongkahan padat yang bergerak naik turun akibat liukan tubuh Bu Rini. Dengan rakus, Boy mulai menghisap secara bergantian kedua puting kekasihnya itu, sesekali dia menghisap kuat puting Bu Rini, membuat wanita 31 tahun itu semakin gila.
"Aaaaacchhhh ! Yyeeeaaahh baby ! Iiyaaahhh isep yang kenceng baby ! Yyyeeeaaahh!! Aacchhhhh!!!"
Bu Rini semakin mempercepat genjotannya pada pangkal paha Boy, dibiarkannya Boy terus mengeksplor dua putingnya dengan ganas, meskipun terkadang hisapan Boy membuat rasa ngilu. Puas dengan menghisap puting payudara Bu Rini, Boy mendorong tubuh wanita itu ke arah belakang, membuat tubuh sintal guru matematika itu jatuh di atas ranjang. Kini Boy berbalik berada di atas tubuh Bu Rini. Sesaat Boy kembali menciumi bibir tipis Bu Rini, memuaskan lidahnya untuk menjelajahi rongga mulut Bu Rini.
"Eeecchhhmmm ! Ayo baby puasin aku lagi" Bisik Bu Rini manja.
Tak menunggu lama, Boy perlahan kembali memasukkan batang penisnya ke dalam rongga kewanitaan Bu Rini, dia mulai menggerakkan pinggulnya naik turun dengan kecepatan tinggi. Penis Boy bergerak keluar masuk ke dalam vagina Bu Rini dengan sangat cepat membuat wanita itu menggelepar di atas ranjang, dua tangannya meremas sendiri payudara yang bergerak naik turun mengikuti genjotan penis Boy di atas tubuhnya. Bu Rini terlihat sangat menikmati tiap sodokan penis Boy yang seperti mengebor liang vaginanya.
"Aaaaccgghhh ! Aaaaacchhgghh ! Baby, fuck me baby ! Yeeaaahhh, aaacchhh!!" Bu Rini kini sudah tak lagi mendesah, tapi berteriak kencang. Kondisi rumah yang sepi karena dia tinggal sendiri memungkinkan hal itu terjadi.
"Oooocchhh ! Sayang, vaginamu enak banget ! Oooocchhhh !" Racau Boy sambil terus menekan pinggulnya dalam-dalam.
"Penismu bikin Aku ketagihan ! Aaaaaacchhh !"
Boy semakin mempercepat genjotannya, dipegangnnya dua sisi perut ramping Bu Rini, sedikit menahan tubuh wanita itu agar tidak bergerak terlalu liar. Sodokan penis Boy dirasakan Bu Rini semakin dalam merangsek, membuat vaginanya berkedut hebat, tanda orgasme akan segera datang. Boy pun merasakan hal yang sama, ujung penisnya mulai terasa akan memuntahkan sperma.
"Oocchhhh ! Come on baby, oocchhgg! Ayo keluarin sayang sperma Kamu, aaaccchhhhh!!!" Bu Rini seolah tau sebentar lagi Boy akan segera ejakulasi.
"Aaacchhhh ! keluarin bareng sayang." Boy menelungkupi tubuh Bu Rini, sementara gerakan pantat dan pinggulnya semakin cepat di atas tubuh sintal kekasihnya itu.
"AAACCHHHHHHH!!! FUUUUCCKKKK!!!"
"Aaaacchhhh Baby!! Aaacchggghh ! Ooooouucchh ! Muncratin yang banyak baby ! Ooouuuuccgghh !"
Boy akhirnya memuntahkan cairan kenikmatannya di dalam vagina Bu Rini. Nafas keduanya sama-sama menderu, Boy mengangkat kepalanya, senyumnya mengembang saat melihat wajah cantik Bu Rini berpeluh keringat.
"Nakal banget !" Kata Bu Rini sambil mencubit mesra hidung Boy.
“Soriii, keluar di dalem.” Ucap Boy dengan nada penyesalan, Bu Rini langsung tertawa saat melihat raut wajah lugu Boy.
“Hayo, ntar kalo jadi gimana ?” Goda Bu Rini.
“Hah ??? Jadi ? Maksudnya ???” Boy langsung mencabut batang penisnya dari dalam Rahim Bu Rini, lelahan spermanya terlihat memenuhi liang vagina Bu Rini, remaja itu terlihat semakin panik.
“Haahahahahaha ! Kamu itu lucu banget kalo kayak gini.” Bu Rini justru terpingkal-pingkal melihat tingkah khawatir Boy.
“Jangan becanda ih ! Aku beneran takut kalo sampai Kamu hamil.” Ucap Boy kemudian, masih dengan menunjukkan raut kekhawatiran. Bu Rini mendekati tubuh Boy, wanita cantic itu kemudian mencium mesra bibir Boy kemudian memeluknya.
“Tenang sayang, Aku nggak akan hamil kok, Aku tadi udah minum obat kok, Kamu nggak usah khawatir lagi ya.” Nafas Boy langsung berhembus kencang setelah mendengar hal itu, ada kelegaan besar.
“Kamu tu, seneng banget jahilin Aku.” Gerutu Boy manja.
“Hehehehee, emang kalo Aku hamil Kamu kenapa? “
“Come on ! Apa kata orang nanti kalo tau yang menghamilimu muridmu sendiri ?” Keduanya terdiam, apa yang dikatakan oleh Boy seolah menjadi bel peringatan akan resiko hubungan terlarang ini.
“All is well baby, Aku cukup bahagia karena Kamu mencintaiku. Itu lebih dari cukup.” Kata Bu Rini, meskipun dalam hatinya terbesit ketakutan yang sama tentang apa yang akan terjadi jika suatu saat ada orang lain yang mengetahui hubungannya dengan Boy.
“Aku selalu mencintaimu, sampai nanti.” Ucap Boy lirih.
3221Please respect copyright.PENANA1C59B3jlFY
BERSAMBUNG
Cerita "BU GURU I LOVE YOU" sudah tersedia dalam format PDF FULL VERSION dan bisa kalian dapatkan DISINI
ns 15.158.61.54da2