Mira termangu di pinggir tempat tidur. Kerudungnya yang sedikit kotor masih terpasang di kepalanya. Bermacam pikiran berkecamuk dalam benaknya. Siapa dua pria tadi yang telah memperkosanya? Pertanyaan itu terus menghantui Mira tanpa bisa dicegah. Beruntung saat tiba di rumah, Mira tak mendapati suaminya. Mungkin Fadli masih mampir ke beberapa tempat terlebih dahulu setelah menyelesaikan pekerjaan.
Mira bangkit dari duduknya. Kerudung dan pakaiannya ditanggalkan hingga tubuhnya telanjang bulat. Semua pakaiannya kemudian dilempar ke keranjang yang ada di sudut kamar untuk dicuci keesokan harinya. Mira memilih daster tipis dari dalam lemari sebagai pengganti penutup tubuh sintalnya. Mira mengingat pesan suaminya tadi sore sebelum keluar dari rumah.
“Nanti malam pake daster ya Dek. Mas suka sange kalo liat kamu make pakaian itu.” Ujar Fadli dengan memberi senyum penuh arti. Mira paham betul apa maksud suaminya.
“Baik Mas, nanti Mira akan muasin Mas Fadli.” Balas Mira sebelum mengecup punggung tangan suaminya itu.
Seperti kata Sari dan Reni, hari ini adalah malam Jumat, hari sakral bagi Mira dan Fadli untuk berhubungan badan. Pasangan suami istri yang telah membina rumah tangga belasan tahun itu masih aktif berhubungan intim. Hanya saja Mira yang tak mau mengakui serta menceritakannya pada Reni dan Sari. Malu dengan umur, begitu menurut Mira yang selalu tertutup pada kedua sahabatnya itu perihal kehidupan ranjangnya bersama Fadli.
Mira kemudian mengambil handuk juga dari lemari bajunya, dia perlu membersihkan badannya sebelum Fadli kembali pulang. Mira tak ingin suaminya itu tau masih ada sisa sperma pria lain di dalam vaginanya. Baru selangkah kakinya keluar dari kamar, telinga Mira mendengar mesin motor milik suaminya berhenti di depan rumah diiringi derit suara pitu pagar yang terbuka.
Mira panik, sementara tubuhnya masih berbekas sisa pemerkosaan beberapa saat lalu. Mira kembali masuk ke dalam kamar tergesa wanita sintal itu memakai daster, sesaat dia bercermin memastikan penampilannya tak menimbulkan kecurigaan. Tak lama suara pintu terkeytuk dari luar.
"Siapa ya?” Mira berpura-pura bertanya dari dalam kamar meskipun sudah tau orang yang mengetuk pintu rumahnya adalah suaminya sendiri.
"Ini Mas dek!” jawab Fadli singkat.
"Sebentar ya Mas…" balas Mira sedikit berteriak dari dalam kamar.
Setelah memastikan tak ada yang mencurigakan dari penampilannya, Mira bergegas keluar kamar dan membuka pintu rumah untuk suaminya. Mata Fadli terbelalak lebar menyaksikan Mira melemparkan senyum manis padanya dengan mengenakan daster tipis sebatas lutut sebagaimana yang dimintanya tadi sore.
"Aduhai, cantik banget istriku malam ini. Hmmm, udah make baju dinas favoritku juga ternyata." puji Fadli pada istrinya itu.
"Udah jelek loh padahal dasternya Mas. Kekecilan juga, apa karena badan Mira makin gendut ya?" kata Mira sambil memutar tubuhnya beberapa kali di depan Fadli layaknya seorang model.
"Kata siapa kamu gendut? Kamu itu sempurna, aku suka banget sama badanmu yang semok kayak gini." kata Fadli sambil menarik tubuh istrinya dan memeluknya erat.
“Eh Mas! Pintunya belum ditutup ih! Malu diliat tetangga.” Protes Mira sembari merajuk manja. Fadli hanya tersenyum lalu melepas pelukannya dan menutup pintu rumah dan menguncinya dari dalam.
"Kenapa Mas Fadli suka banget liat aku make daster ini sih?” Tanya Mira.
"Gimana nggak suka, badanmu makin menggairahkan kalo make itu. Lagipula daster itu banyak kenangannya, kamu sudah lupa ya?” Ujar Fadli.
"Mana mungkin aku lupa. Daster ini yang Mira pakai saat malam pertama kita kan." Ucap Mira sambil melepaskan kopiah yang masih terpasang di kepala Fadli.
“Iya betul, waktu itu untuk pertama kalinya kontol Mas masuk ke memek kamu.” Ujar Fadli dengan nada mesum. Mira tau, suaminya sudah sangat terangsang. Saatnya dia menunaikan tugas sebagai seorang istri malam ini.
Mira tersenyum manis pada suaminya. Lalu, bibir mereka pun bertemu. Lidah mereka saling bergelut seperti pasangan pengantin baru. Fadli memeluk erat tubuh sang istri hingga membuat payudara besar Mira menekan dadanya.
Mirapun tak mau kalah, tangannya menjelajah di selangkangan Fadli mencari kejantanan yang pernah membuahinya. Setelah menemukannya, Mira mulai mengurut kejantanan suaminya dari luar kain sarung. Kontol Fadli sudah menegang keras seolah tidak sabar menemukan sarangnya.
Setelah puas berciuman bibir mereka pun terpisah. Dengan gaya menggoda, Mira berlutut di hadapan suaminya yang sedang berdiri. Ikatan kain sarung Fadli mulai dilonggarkan hinggal luruh seluruhnya, menyusul kemudian celana dalam pria itu dilucuti. Sesekali Mira melirik sambil bertatapan mesum dengan Fadli. Tak butuh waktu lama bagi Mira untuk membuat bagian bawah tubuh suaminya telanjang bulat. Kini kontol tegang Fadli sudah terpampang di hadapan Mira.
Dengan penuh penghayatan, Mira menggenggam alat kelamin suaminya itu lalu menciumnya sebentar. Dalam hati, Mira tanpa sadar membandingkan ukuran kontol suaminya dengan dua pria yang memperkosanya beberapa saat lalu. Kontol Fadli terbilang lebih kecil. Dengan sekali hisap saja, alat kelamin Fadli hilang tenggelam dalam mulut Mira.
"Ahhhh....Uuhhhhh!" desah Fadli ketika merasakan alat kelaminnya mulai dihisap oleh Mira.
Meskipun kontol suaminya tidak semenakjubkan milik dua pria misterius tadi, Mira tetap melayani Fadli seperti seorang raja. Wanita bertubuh sintal itu terus menjelajahi batang kontol sang suami dengan bibir serta lidahnya. Beruntung Fadli bisa mendapatkan Mira sebagai istrinya karena pintar mencari titik syahwatnya. Tidak pernah sekalipun Fadli merasa kurang puas atas pelayanan seksual yang diberikan oleh Mira. Setiap apa yang diminta Fadli, akan dipenuhi oleh Mira. Tak hanya soal pakaian, Mira selalu bisa menuruti semua fantasi seksual suaminya.
"Ahhhh...Enak banget isepanmu dek!" puji Fadli sambil tangannya mengelus kepala Mira dari atas.
Mira terus memainkan lidahnya pada batang kontol suaminya. Testis Fadli juga dihisap-hisap sementara tangan kanannya meremas dan mengocok batang kontol yang basah kuyup oleh air liurnya. Tubuh Fadli sampai menegang, nikmat yang diberikan mulut istrinya susah diungkapkan dengan kata-kata. Mira bisa merasakan sedikit cairan precum sudah keluar dari lubang kencing Fadli, tanda jika suaminya sudah sangat terangsang.
Mira tak mau membuang waktu lebih lama lagi. Dua tangannya mencengkram paha Fadli kuat-kuat, sementara kepalanya mulai bergerak maju mundur sambil mulutnya menghisap seluruh batang kontol suaminya itu. Dari gerakan pelan, makin lama makin cepat, sampai Fadli mendengus serta mendesah keenakan.
"Ooohhhhh! Mira! Sumpah ini enak banget!" Ceracau Fadli tak mampu menahan serviz blowjob yang diberikan oleh istrinya.
Fadli makin tak tahan dengan apa yang diperbuat mulut Mira pada batang kemaluannya. Dua tangannya mencengkram kepala Mira sedikit lebih erat sebelum kemudian mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur. Mira sama sekali tak kewalahan diperkosa mulutnya oleh kontol sang suami, bukan hanya karena ukurannya yang tak terlalu besar, tapi juga karena Mira sudah terbiasa akan hal seperti ini. Mira tau jika sudah seperti ini maka Fadli akan segera melepas ejakulasinya.
"Oohhhh! Mira! Mas mau keluar…." desah Fadli. Benar dugaan Mira, suaminya akan segera mengeluarkan air mani.
Mira mengeluarkan kontol suaminya dari mulut, lalu dengan cepat memegang dan mengocoknya dengan tangan. Mira mendongak menatap wajah suaminya yang sudah dipenuhi gairah. Dia tersenyum binal, mencoba memancing birahi Fadli ke titik paling tertinggi.
"Mau muncrat sekarang ya pejunya Mas?" tanya Mira dengan tatapan binal. Fadli hanya menganggukkan kepala tak mampu menjawab godaan dari sang istri.
Tangan Mira yang mengocok batang kontol makin cepat. Sesekali dia berhenti sejenak untuk sekedar menjilati lubang kencing Fadli kemudian kembali mengocoknya dengan keras. Fadli mengeram menahan nikmat yang tak terperi. Desahan serta lenguhan pria itu terdengar parau.
"Ayo Mas, keluarin pejumu di mukaku…" pinta Mira sambil menatap tepat ke dalam mata suaminya.
Kontol Fadli makin mengeras hingga beberapa saat kemudian jemari lentik Mira bisa merasakan alat kawin suaminya itu berkedut-kedut, bagian ujungnya juga berubah warna sedikit memerah. Lenguhan Fadli terdengar lantang dan panjang, tanda jika dirinya sedang diserang gelombang ejakulasi.
"AARGGHTTTT!! MAS KELUAR!!!”
Semprotan cairan putih nan kental seketika menerpa wajah cantik Mira. Hanya beberapa kali semprotan tapi itu sudah cukup membuat wajah serta sebagian rambut Mira basah. Diiringi dengusan nafas tak beraturan suaminya, Mira kemudian menjilati sisa sperma yang masih tertinggal di bagian ujung kontol.
"Wah udah keluar aja pejunya Mas, padahal memekku belum dicobain loh. Hihihihi.” Goda Mira.
Nafas Fadli masih naik turun tak teratur setelah menuntaskan hajat birahinya. Mira sesekali mencolek sisa sperma yang terhampar di wajahnya kemudian tanpa rasa jijik menjilatnya hingga habis. Wanita bertubuh sintal itu sudah terbiasa merasakan sperma Fadli.
"Maafkan Mas ya dek, udah keluar duluan. Kamu nagsuin banget malam ini, bikin Mas nggak tahan jadinya.” Ujar Fadli meminta maaf. Sesuatu yang sering dia ucapkan setelah mengakhiri sesi birahi bersama sang istri.
"Nggak apa-apa kok Mas. Selama Mas Fadli merasa puas, Mira juga puas." Ucap Mira mencoba menghibur Fadli dan hatinya sendiri.
Pasangan suami istri itu kemudian berjalan masuk ke dalam kamar. Sesaat mereka terlibat obrolan singkat lalu dalam beberapa menit terdengar dengkuran Fadli memenuhi ruangan. Dalam hati, Mira merasa bersyukur karena malam ini Fadli sudah puas hanya dengan oral seks saja. Mira tak bisa membayangkan jika suaminya itu menyetubuhinya dan mendapati liang senggamanya sudah terisi sperma dari pria lain.
Setelah memastikan Fadli tak lagi terjaga dan tidur pulas, Mira beranjak dari ranjang. Wanita cantik itu berniat untuk mandi serta membersihkan tubuhnya. Badannya terasa gerah, saat kembali melepas dasternya hingga telanjang bulat. Mira memandangi tubuhnya sendiri di depan kaca cermin meja riasnya. Meskipun usianya sudah kepala empat tapi bentuk tubuhnya masih cukup menggiurkan, apalagi buah dadanya yang berukuran besar sama sekali tak kendor. Mira pun menyadari jika secara penampilan fisik dirinya tak kalah dari wanita yang usianya jauh lebih muda.
“Benar kata Sari, tubuhku masih sangat bagus dan bisa membuat banyak pria sange saat melihatnya.” Gumam Mira dalam hati.
Mira melangkah keluar menuju kamar mandi, ada sensasi aneh saat kaki telanjangnya menapaki lantai yang sedikit basah. Entah kenapa dalam kesendiriannya saat ini tiba-tiba bayangan dua pria misterius yang memerkosanya tadi kembali mengisi kepala. Ada perasaan aneh yang tiba-tiba menyergap, sebuah perasaan candu nan asing tapi Mira merindukannya. Tak mau larut dalam pikiran-pikiran absurd, Mira bergegas mengguyur tubuhnya dengan air dingin dari bak mandi.
Wanita cantik itu mulai membersihkan tubuhnya, sentuhan jemarinya sendiri di sekujur tubuh bercampur aroma harum sabun cair memberi sensasi berbeda kali ini. Bayangan saat vagina serta mulutnya disesaki kontol besar nan panjang milik dua pria misterius kembali menghantui pikiran Mira.
Mira sadar betul jika dia tidak boleh membayangkan hal biadab seperti ini, tapi siapa yang bisa mengontrol birahi? Gerakan jarinya menyusur mulus pada liang senggama, diamainkannya jari-jari itu, mengobel, mengelus, bahkan menggesek permukaan klitorisnya. Satu tangannya lagi sibuk meremasi bongkahan padat payudaranya sendiri.
“Ouucchhhh…Anjing…” Mira mendengus manja, tubuhnya berangsur menegang karena menerima rangsangan dari jemari tangannya.
Satu ruas jarinya masuk ke dalam liang vagina, Mira kembali mendesah panjang sebelum kemudian dengan kesadarannya wanita cantik itu mulai mengocok vaginanya. Satu jari, lalu dua jari, hingga pada akhirnya tiga jarinya sibuk mengobok-obok liang senggamanya sendiri. Mira bahkan sampai tak bisa menopang berat tubuhnya dengan posisi berdiri, wanita sintal itu jatuh bersimpuh di atas lantai, kedua pahanya terbuka lebar, mengangkang binal.
“Aaacchh!! Aaachh!!!”
Dalam keadaan basah kuyup Mira terus memuaskan dirinya sendiri. Bayangan kontol perkasa sang pemerkosa bena-benar telah meracuni alam bawah sadarnya. Mira membayangkan jika saat ini vaginanya kembali disesaki oleh kontol besar itu. Gerakan tangan Mira makin cepat seiring dengan kadar birahinya yang makin meninggi. Hingga beberapa saat kemudian tubuhnya kembali menegang, orgasme sudah di ujung….
“AAAACCHHHHH!! KONTOL…!”
Desis panjang Mira menandai akhir kenakalannya sendiri. Nafasnya tersenggal beberapa kali, dari dalam liang senggamanya meleleh cairang kewanitaan kental yang luruh bersama air. Mira mencabut tiga ruas jarinya kemudian menjilatinya tanpa rasa jijik sedikitpun, mengecap lendir kewanitaannya sendiri.
Selesai mandi dan membersihkan badan, Mira kembali ke kamar dengan mengenakan paakaian tidur. Mira terbaring sambil memandang wajah suaminya yang mendengkur. Haruskah dia menceritakan kejadian malam itu. Jika diberitahu, mungkin suaminya akan melaporkan ke pihak kepolisian. Jika perkara ini dilaporkan, sudah pasti satu kampung akan heboh membicarakan dirinya yang telah diperkosa.
Mana mungkin dia bisa menunjukkan muka jika menjadi buah bibir warga kampung, meskipun itu bukan salahnya. Mira tak ingin harga diri serta ketenangan rumah tangganya bersama Fadli terusik. Maka dengan tekad bulat Mira memutuskan untuk merahasiakan peristiwa malam ini. Hanya dia dan dua pelaku pemerkosaan itu yang mengetahuinya. Mira memeluk Fadli dan berusaha memejamkan mata. Apa yang terjadi dan siapa pelakunya, Mira singkirkan dari pikirannya saat ini juga. Dia tidak ingin menyimpan kenangan kelam itu dalam dirinya.
2743Please respect copyright.PENANAniLOdUHGY1
BERSAMBUNG
Cerita "GODAAN MILF BINAL" sudah tersedia dalam format PDF FULL VERSION dan bisa kalian dapatkan DISINI2743Please respect copyright.PENANAwqfdssi0yC