
106Please respect copyright.PENANAbZUquvbT4R
Chapter 1 – Hutan Kematian
Kabut tebal menggantung di antara pepohonan raksasa, menyelimuti Hutan Kematian seperti selubung misterius. Udara dingin membawa aroma tanah basah, darah kering, dan sesuatu yang lebih busuk—bau pemangsa yang mengintai dalam kegelapan.
106Please respect copyright.PENANAufkxJnrW2T
Lia Farah berdiri di salah satu dahan tinggi, mengamati jalur di bawahnya. "Hutan ini penuh dengan kengerian dan ke erotisan," gumamnya pelan, tangannya meremas dada yang basah dan mengeras.Basori sudah memperingatkannya—ini bukan sekadar jalur biasa. Ini adalah tempat di mana makhluk buas berburu manusia.
106Please respect copyright.PENANAay0uDF466I
Seketika, suara geraman kasar terdengar dari kejauhan. Lia menahan napas, matanya menyipit saat melihat sesuatu bergerak di antara semak-semak. Sosok-sosok kecil, bungkuk, dengan kulit hijau kotor dan mata merah menyala.
106Please respect copyright.PENANAWCERZygv0Q
Goblins.
106Please respect copyright.PENANAHDWYdhZxaT
Lia menggertakkan giginya. Bukan hanya sekadar monster rendahan—makhluk-makhluk ini dikenal sebagai penikmat wanita, sering menculik petualang perempuan untuk kesenangan mereka yang keji. Jumlah mereka ada lima, berjalan dengan langkah rakus dan liar, sesekali mengendus udara.
106Please respect copyright.PENANA1Cbt8KsKdd
"Aku harus melewati mereka tanpa terlihat..." pikir Lia.
106Please respect copyright.PENANA3aurqhCICO
Namun, saat ia melangkah lebih jauh di dahan, sehelai daun kering jatuh ke tanah. Kepala salah satu goblin seketika menoleh ke atas. Matanya membelalak liar saat melihat siluetnya.
106Please respect copyright.PENANAKMhEIkzMqV
"WANITA!" jerit goblin itu.
106Please respect copyright.PENANABUkS0X02tO
Dalam sekejap, semua goblin menggeram dan berlari ke arah pohon tempat Lia berdiri. Mereka mendesis, meneteskan air liur, tangan-tangan kotor mereka meraih ke atas.
106Please respect copyright.PENANAUGfnK9aAMc
Lia menghela napas. "Diam-diam tidak mungkin lagi."
106Please respect copyright.PENANAJGClEtL9zu
Dengan satu gerakan cepat, ia melompat turun dari dahan, langsung melempar pisau beracun ke tenggorokan goblin pertama, dan seketika goblin itu tewas.
"Sial, masih ada tiga..." gumamnya.
Goblin yang tersisa menyeringai keji, melihat pakaian ketat Lia yang membalut tubuhnya. Salah satu dari mereka menjulurkan lidahnya yang menjijikkan.
"Manis... Manis... Mari bermain..." desisnya.
"Menjijikkan." Lia berlari ke depan, menghindari tangan kotor mereka, lalu memutar tubuhnya dalam satu gerakan anggun. Bilah tubuh nya berkilat di bawah sinar rembulan sebelum menebas leher dua goblin sekaligus.
Yang terakhir tersisa berusaha lari, tapi Lia tak memberinya kesempatan. Dalam sekejap, ia melompat ke arahnya, merangkul lehernya dengan kakinya yang ramping lalu memelintirnya dengan satu gerakan cepat.
106Please respect copyright.PENANAomgv9uJYpI
KRRAKK!
Goblin itu jatuh tak bernyawa. Lia berdiri, mengatur napasnya. Darah hijau membasahi tanah, dan aroma busuk semakin menyengat.
106Please respect copyright.PENANACLhWbxW9SP
"Ini baru permulaan," katanya pelan, lalu kembali berlari menembus kegelapan hutan.
106Please respect copyright.PENANApVXm19LSLm
Jauh di dalam bayang-bayang pepohonan, sesuatu yang jauh lebih besar dari goblin mengintai. Mata merahnya menyala, menatap Lia dengan rasa lapar yang berbeda.
106Please respect copyright.PENANAyafBIbcDbp
Dan malam ini, Hutan Kematian belum selesai menguji keberanian seorang assasin
106Please respect copyright.PENANAE6W8BdxfEL