Rayan's Poit Of View.660Please respect copyright.PENANAVjwEclasI2
+++
Akhirnya di sinilah gue. Pulang ke rumah bersama si Cupu. Oke, gue nggak cukup jahat buat manggil dia cupu. Mungkin Soonyoung saja. Gue enggak tahu apa bagusnya pulang bersama Soonyoung. Masalahnya, dari sekolah sampai pertigaan dekat rumah gue. Dia nggak ngomong-ngomong, kenapa alasannya dia pengen ngajak gue pulang bareng?660Please respect copyright.PENANA1f7ZinbTXY
Gue mendengus kecil, ini buang-buang waktu. Apalagi gue harus diem berdiri di sini untuk menunggu dia mengatakan sesuatu. Hanya sebuah alasan yang gue tunggu. Hanya itu. Dari tadi, cuma angin lewat saja yang terdengar sama telinga gue. Suara dia? Tidak ada sama sekali. Bikin gue naik darah saja. Buat apa dia ngajak gue pulang bersama? Pamer kalau ternyata dia ada dimuka bumi? Iya, gue tahu dia ada di bumi karena gue sempat tertarik sama dia. Bayangin aja, dia juara satu paralel.
Akhirnya dengan berat hati gue berbicara dengan ketus. "Apa alasan Lo ngajak gue pulang bareng?"
Si Soonyoung yang sadar kalau gue ngomong sama dia langsung menoleh kearah gue dan menatap gue bingung. Gue langsung saja to the point. "Apa alasan lo?" tanya gue lagi.
Soonyoung diam aja, gue mendengus. Lagi-lagi diamnya Soonyoung membuat gue naik darah. Gue lirik tangannya yang sedari tadi ia mainin. Ia menatap jalanan dilabawahnya. Gue yang kesel langsung narik dagunya supaya kepalanya terangkat ke atas, menatap gue dengan mata hitamnya.
Tapi, ternyata itu kesalahan terbesar. Entah, gue yang udah enggak waras atau Soonyoung sekarang terlihat manis?
Bibirnya yang mengkerut dengan tatapan polosnya itu membuat gue terperangkap sepersekian detik di dalam pesonanya. Gue mengakui kalau gue harus kembali merasa terguncang. Bedanya adalah saat pertama gue terguncang karena kepintarannya. Kalau sekarang gue terguncang karena wajahnya yang manis dan lugu.
Dia mengerjapkan matanya, gue segera sadar dari perangkap manis Soonyoung itu dan mulai menggaruk tengkuk salah tingkah. Masa gue ngeliatin wajah cowok sampai enggak kedip. Kesannya seperti gue enggak pernah lihat cowok.
Gue menundukkan kepala saat dia mendekatkan wajahnya ke wajah gue. Gue memejamkan mata ketika kepalanya sudah berjarak lima sentimeter dari wajah gue. Aduh! Kok, bisa-bisanya gue salah tingkah karena ini anak, sih?
Soonyoung membisikkan sesuatu ke gue. Cukup buat gue tambah salting karena dia bisikin hal yang manis. "Makasih, udah mau pulang bareng aku," ujarnya dengan suara kecil.
+++
Gue sudah sampai di depan pagar rumah. Setelah adegan menegangkan tadi gue langsung buru-buru pergi dari situ. Meninggalkan Soonyoung yang menatap kepergian gue dalam bingung. Gue menyentuh dada gue pelan, gue takut jantung gue meledak atau mungkin wajah gue kebakaran.
Gue membuka pagar rumah dengan males-malesan. Gue melangkah ke dalam rumah dan duduk di salah satu kursi teras. Gue membuka ikatan tali sepatu kemudian melepasnya. Niatnya gue mau menaruh sepatu gue di rak sepatu. Tapi tertahan oleh suara ibu yang menggelegar dan membuat telinga gue sedikit berdengung.
"Rayan, astaga! Kamu pulangnya kenapa lama? Kenapa, hah? Udah mulai nakal? Udah kelas 9 juga! Tobat, nak! Tobat!" teriak Ibu sambil membuka pintu rumah dan menampilkan wajah panik-nya.
Gue menutup telinga gue yang berdengung. Besok sepertinya gue harus ke THT, deh. Lagian Ibu gue histeris banget gue pulang 10 menit lebih lama dari biasanya. Lagi pula, apa hubungannya kelas 9 dengan tobat? Kalau gue mau tobat, dari kelas 8 harusnya gue sudah tobat.
"Aduh, Rayaaan! Kamu kenapa cuma diam aja? Nggak punya mulut?" tanya Ibu masih dengan nada tinggi.
Gue diem. Serba salah banget sepertinya. Diam salah, ngomong salah. Udah, besok mulut gue ini akan gue sumbangin untuk orang yang membutuhkan aja, deh. Kan bagus, tuh, dari pada tidak digunakan dengan baik. Lebih baik gue sumbangkan ke orang yang membutuhkan.
"Rayan!" panggil Ibu.
"Iya, Bu. Tadi itu aku pulangnya jalan kaki. Ada yang mau pulang bar—"
"Nggak usah ngawur kamu! Sejak kapan ada yang mau pulang bareng kamu selain temen kamu yang sengklek kayak kamu?" potong Ibu disertai sebuah nyinyiran.
"Suer, Bu. Lagian, temen aku itu nggak sengklek dan nama mereka itu Chansoo sama Hara," protes gue sambil melangkah masuk ke dalam rumah. Melewati Ibu yang masih mencak-mencak di depan pintu rumah.
Kalian sudah tahu Hara yang mana. Dia adalah teman sebangku gue yang merangkap menjadi temen yang akrab sama gue. Sedangkan Chansoo adalah ojek gue sama Hara. Enggak, kok. Chansoo itu udah bisa naik motor dari kelas 8. Sedangkan gue sama Hara belum bisa, bahkan menyalakan motor saja belum ngerti.
Seandainya kemarin dia nggak ekskul dan nggak keluar kelas lebih dulu. Mungkin gue nggak akan pulang bareng sama Soonyoung. Hara juga, seandainya dia tidak terburu-buru mengejar Bus mungkin gue nggak akan pulang bareng Soonyoung kayak tadi.
"Suer-suer, bohong aja kamu! Ibu itu tahu kala—"
"Kalau aku itu bohong," potong gue cepat. Gue membalikkan badan untuk menghadap Ibu yang lagi menutup pintu rumah. "Nih, ya, Bu. Ibu percaya nggak kalau aku pulang bareng temen?" Gue lihat Ibu gue membuka mulutnya sedikit, mau berbicara lagi. Jadi, gue buru-buru menambahkan dua kata. "Temen Cowok."
Ibu gue melotot kaget, "Kamu bohong ya? Mana ada modelan kayak kamu bisa pulang bareng cowok." Ish, suka kesel kalau ngomong sama Ibu. Emangnya gue ini jelek kayak Katak apa? Sampai nggak mungkin kalau gue bisa pulang sama cowok?
Lagian, gue jomblo sampai sekarang itu karena dua temen gue itu selalu mentatar cowok-cowok yang dekat sama gue. Katanya, mereka cuma pengen mainin gue. Terus, saat gue membantah mereka langsung menambahkan sebuah alasan yang membuat gue diem seketika.
"Kita 'kan masih SMP masa main pacar-pacaran?" kata Hara saat itu.
"Ih! Terserah Ibu, deh! Aku mau masuk kamar aku aja!" Gue jalan ke kamar sambil menghentakkan kaki dengan kekesalan yang ada di ubun-ubun.
Tapi, pintu kamar enggak gue banting. Karena gue masih punya sopan santun dan masih pengen punya Ibu. Kalau gue banting di depan Ibu, maka Ibu gue on the way kelurahan dan walikota buat coret gue dari kartu keluarga. Mengerikan memang.
Gue lempar tas gue dan pergi ke kamar mandi. Mau mandi, mungkin saja pikiran gue tentang Soonyoung yang manis itu hilang dari muka bumi dan otak gue.
15 menit kemudian gue udah keluar kamar mandi dengan baju yang sudah berganti menjadi baju tidur. Di tangan gue terdapat baju sekolah yang besok masih di pakai. Sedangkan di kepala gue sebuah handuk kecil melilit rambut pendek gue. Gue membuka lemari kemudian manggantung baju sekolah gue di dalam lemari.
Gue lirik jam dinding, ini masih jam 2 siang. Padahal masih siang tapi gue sudah mandi dan berganti pakaian. Gue berjalan mendekati kasur dengan rambut yang masih di lilit handuk. Gue berbaring di atas kasur dan bergumul diantara selimut.
Bodo amat sama rambut gue yang masih basah. Seenggaknya, gue udah lilit rambut gue pakai handuk kecil. Gue hanya tiduran aja disitu sambil menatap langit-langit kamar kosong. Gue mikirin besok, dimana Soonyoung yang mungkin saja akan di tatar sama Hara dan Chansoo.
Sebuah suara pesan masuk menggema didalam kamar. Suara pesan masuk. Handphone gue dimana, ya? Gue bangun dari kasur dan cari handphone gue diantara bantal tapi enggak ketemu. Akhirnya gue merogoh-rogoh tas dan menemukan Handphone gue ada didasar tas, handphone gue tertutup buku-buku.
Gue ambil. Ada pesan dari seseorang Display Name-nya, Hoshi. Hah? Hoshi? Siapa, sih? Namanya aneh banget.
Pik.
Gue buka Photo Profile-nya. Ih, ganteng.
Hoshi.

Ih, demi Es Krim yang manis. Photo Profile-nya manis dan cakep, nih. Gila, sih. Eh, tapi sepertinya gue pernah lihat wajah-nya, deh. Tapi dimana ya? Mungkin cuma perasaan gue saja.
Hoshi.
Add | Block
Hai.
Siapa ya? Kenal gue?
Ini Hoshi, Kwon Soonyoung.
Iya, aku kenal sama kamu.660Please respect copyright.PENANA9fRDVIJRQX
[Read]
Hah? Hoshi itu Kwon SoonYoung? Perasaan jauh, deh! Kalau yang di Photo Profil itu cakep tapi manis pakai banget! Soonyoung?
Ganteng? Nggak!
Imut? Mungkin.
Block aja kali ya. Kan nggak kenal. Ehh, tapi ini cogan! Gimana dong! Gue kan pencinta Cogan. Kalian juga, kan?
Kok, diread doang?
Maunya?
Dibales, bales pakai hati juga boleh.
Eh, jangan, deh.
Gue menatap layar handphone dalam diam. Ini beneran Soonyoung bukan, sih? Kok, alay dan kepedean tingkat lele? Mana imut-imut gitu jawabnya. Seperti Spongebob, eh, Spongebob bukan imut, ya? Tapi bego. Iya, bener.
Gue baca ulang chatan gue sama si Hoshi-Hoshi itu dari awal terus narik napas panjang dan buang begitu aja. Judesin aja kali ya. Oke, deh. Daripada dia besar kepala dan makin sakit hati karena ditatar Hara sama Chansoo?
Bl aj ht kmbng.
Kamu ngomong apa sih? Boleh aja? Hati kamu bang?
Demi Es krim yang manis. Ini beneran kayak Spongebob si Soonyoung. Sama-sama Bego. Emang, ya, bego sama polos itu beda tipis. Lagi pula dia nggak bisa baca bahasa Indonesia apa ya?
Eh, salah deh. Ini bahasanya singkat. Pantas saja dia nggak tahu, kayaknya IQ-nya nggak nyampe pohon toge. Tapikan, dia juara 1 paralel.
Pinter banget, sih!
Maksudnya itu beli aja hati kambing___-
Ngerti?
Ngerti.
Ngerti apa? Ha?
Besok kita pulang bareng lagi, kan?
Bd.
Add | Block.
You Blocked Hoshi.
+++
A.N : Hai, kalian para readers di Penana, salam kenal :3660Please respect copyright.PENANAWDos4jnPOe