Gadis yang berusia dua puluh tiga tahun itu, tidak hentinya meneteskan air mata di hari bahagianya, ia tak bisa menolak ataupun memilih dengan siapa ia menikah karna masa depannya mulai saat ini sudah di atur oleh tuan rumah. Ya, Naira akhirnya menikah dengan pria yang tak pernah di cintainya dan beberapa menit lagi ia sudah sah menjadi istri dari pria yang kini tengah mengucapkan akad nikah.
Ia tidak habis fikir, kenapa mereka begitu tega menjodohkannya dengan pria yang katanya pernah membunuh orang?
Cepat-cepat ia menghapus air matanya lalu menampilkan senyum bahagia melihat ibunya yang membuka pintu dengan senyum tak kalah bahagianya.
"Ibu senang karna kamu jadi istri Gara, nak! Dan ibu berdoa semoga ini jadi pernikahan pertama dan terakhirmu" ujar sang ibu lalu duduk di samping Naira
Naira tersenyum paksa, ia tau sang ibu bahagia melihatnya menikah dengan Gara karna yang merawat Gara dari kecil adalah ibunya tapi apa ibunya tau kalo Gara pernah mambunuh orang? Ah, iya ibunya mana mungkin tau karna selama beberapa tahun terakhir sang ibu tidak berkerja lagi di rumah ini karna sakit dan Naira juga tau kalo berita Gara itu di rahasiakan dari orang luar.
"Kalo ibu senang, Rara juga senang" balas Naira yang di sambut senyum lebar sang ibu.
Naira ingat, setelah pemilik rumah keluar dari kamarnya untuk menghubungi sang ibu dan mengatakan kalo Naira mau jadi istri Gara. Padahal kenyataannya ia tidak menjawab seperti itu tapi Ranu sedikit mengancam dengan menghentikan biaya rumah sakit untuk ibunya.
Pada akhirnya ia hanya mengangguk, memang Naira bisa apa? Selain meuruti permintaan Ranu? Ia cuma orang miskin dengan sang ibu yang sakit-sakitan dan harus membayar hutang budi yang terlalu banyak pada keluarga ini.
Clekk
Tak lama seseorang wanita dua tahun lebih tua darinya masuk ke dalam kamar lalu tersenyum lembut pada ibunya.
"Bik saya boleh bicara berdua dengan Naira?" tanyanya, Bik Arnina ingin menolak tapi melihat tatapan memohon serta berjanji Gia ia jadi tak kuasa untuk menolak pada akhirnya ia mengganguk lalu keluar dari kamar.
"Sebentar lagi impian lo akan tercapai" ucap Gia setelah bik Arnina pergi.
Naira diam dengan menunduk, ia tak mau melihat wajah angkuh Gia yang beda jauh saat berdua dengannya. Di depan keluarganya, Gia berubah menjadi gadis baik-baik tapi di belakang mereka Gia sebenarnya adalah sosok yang paling jahat.
Gia meraih dagu Naira memaksa perempuan cegeng serta orang yang paling di bencinya itu untuk medongak, ia sangat membenci Naira karna sering mengadu kalo Gia suka membully murid dan salah satunya Naira. Walau orang tuanya tidak pernah menyebutkan nama orangnya tapi Gia tau kalo itu perbuatan Naira, karna cuma Naira yang satu sekolah dengannya saat itu.
"Ingat baik-baik! Selama lo jadi bagian keluarga Mahendra gue pastiin hidup lo ngga akan tenang!"
Naira masih mendongak dengan ekpresi menahan marah, ia memang ingin kaya tapi bukan dengan cara seperti ini.
Melihat Naira hanya terdiam membuat Gia berang, ia semakin memperkuat cengkramannya.
"Kenapa lo diam aja, ayo jawab! Lo senang kan bisa jadi bagian keluarga gue?"
Naira hanya diam lalu meringis menahan sakit karna cengkraman Ginara di dagunya semakin kuat.
"Sakit? Ini belum seberapa!" setelah mengatakan itu Gia menyetak kasar tangannya pada dagu Naira lalu keluar dari kamar itu.
Naira menyentuh dagunya yang terasa nyeri karna kuku panjang Gia menancap kuat di dagunya. Perlahan mata Naira berkaca-kaca, ia berusaha mati-matian untuk tidak menangis karna tidak mau merusak make up nya.
Setelah beberapa menit seseorang masuk lagi di dalam kamar dan mengatakan kalo ia di minta untuk keluar menemui Gara yang kini sudah jadi suaminya, Naira membuang nafas lalu keluar dari kamar dengan gugup.
Ia mencoba untuk tersenyum ketika semua mata memandanginya dengan kagum kemudian mata Naira bertemu dengan suaminya dan mereka saling menatap selama beberapa menit sebelum Gara membuang pandangan. Namun, Naira sempat menangkap ada sorot kagum di mata itu sebelum berubah menjadi datar dan mengalikan pandangan.
Naira duduk di samping suaminya lalu menjalankan apa yang di minta oleh penghulu dan beberapa tamu yaitu mencium tangan sang suami setelah memasangkan cincin lalu sang suami mencium keningnya.
Dalam hati, Naira berjanji akan menerima semua kekurangan yang di miliki suaminya serta menjadikan pernikahan paksa ini sebagai pernikahan pertama dan terakhir untuknya.
****
Satu hari setelah akad nikah, mereka melakukan resepsi pernikahan di halaman rumah keluarga Mahendra, menurut Naira resepsi ini sangat mewah tapi menurut keluarga Mahendra sangat sederhana.
Mereka hanya mengundang tetangga, sahabat dan keluarga besar dari keduanya tanpa menggundang rekan bisnis keluarga Mahendra, hal itu tidak jadi masalah bagi Naira karna seribu undangan sudah membuatnya lelah berdiri dan tersenyum.
Sesekali Naira melihat suaminya lalu membuang nafas lelah, Gara akan tersenyum ketika di minta tersenyum lalu menjabat tangan ketika di minta oleh orang tuanya yang duduk di samping kirinya.
"Gara senyum" bisik Ranu yang duduk di samping Gara, Gara tersenyum lalu menerima ucapan selamat dari tamu kemudian tamu itu berjalan terus ke samping Gara melakukan hal yang sama.
"Selamat ya.. semoga samawah sampai tua" Naira tersenyum lalu orang itu berjalan lagi yang di samping Naira sudah menunggu bik Arnina dan menyalaminya lalu sebelum turun mereka melakukan sesi foto.
Samar-samar ia mendengar ibu mertuanya Ranu berbisik pada putranya yang mengeluh capek, Ranu membujuk putranya untuk sabar menunggu hingga acaranya selesai, tapi Gara tetap tidak mau ia terus mengeluh capek.
"Rara" panggilnya, Naira menoleh pura-pura tidak mendengar.
"Tolong antarkan Gara kembali ke kamar, katanya ia capek!"
Naira hanya mengganguk lalu tersenyum, sekarang Naira menyadari kalo Ranu menikahkan mereka hanya untuk jadi pengasuh.
Sesempainya mereka di kamar, Gara hanya melamun di atas tempat tidur dengan ragu-ragu Naira mendekati Gara lalu meraih kacing jas Gara hendak mambuka kancingnya dari tubuh kekar pria itu tapi tangannya di tahan lalu Naira medongak.
"Kamu kira saya mau menikah sama kamu!" bentak Gara lalu menepis kasar tangan Naira lalu menatap Naira dengan tajam.
Naira menelan ludahnya takut walau bagaimanapun Gara pernah membunuh orang dan itu menbuatnya takut.
"Naira.. Naira.. Kamu jadi istriku hanya di depan orang tapi di dalam kamar ini! Kamu tak lebih dari seorang pembantu!" setelah mengucapkan itu Gara berjalan menuju kamar mandi dengan tawa menyeramkan miliknya, meninggalkan Naira yang mematung binggung dengan sifat Gara.
Naira berjalan pelan dengan gaun yang menyentuh lantai menuju lemari lalu mencari piama untuk Gara, walau bagamanapun Gara adalah suaminya dan ia berkewajiban melayani suaminya.
Clekk
Pintu kamar mandi terbuka memperlihatkan Gara dengan handuk yang melilit pinggang dan membiarkan tubuh bagian atasnya terbuka, walau tak berkotak tapi memberikan kesan sempurna untuk Naira.
"Jaga matamu kalo tidak mau saya terkam!" ancam Gara lalu mengambil piama di atas ranjang dan kembali masuk dalam kamar mandi.
Naira terdiam, memang siapa juga yang mau di terkam Gara? Sebelum adanya cinta, jangan bermimpi ia akan memberikan tubuhnya pada Gara lalu Naira membuka aksesoris yang ada di kepalanya dan menghapus make up nya.
Tak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka, Gara tanpa melirik Naira langsung mejatuhkan diri di ranjang kamarnya. Naira berjalan pelan menuju kamar mandi dan menguncinya
Setelah mandi, Naira keluar dari kamar lalu membuang nafas lega melihat Gara yang sudah terlelap di ranjang. Naira melirik sofa panjang yang ada di sudut kamar, ia menghembuskan nafas kasar mungkin malam ini dan malam seterusnya ia akan tidur di sana.
####
933Please respect copyright.PENANAO7wcOVoz9y