Jason membawa makanan ke meja mereka dengan sumringah. Makanan khas korea itu kelihatan sangat enak sekali dengan uap yang masih mengepul. Jason tidak tahu itu makanan apa, begitu juga dengan Jeremiah. Mereka memilih makanan itu karena sedang promo saja. Di meja mereka sudah ada kepiting yang dilumuri saus, ada kimchi, ada ramen dan beberapa jus. Di meja hanya ada Jani yang membantu merapikan piring-piring. Jeremiah masih mengantri satu jenis makanan lagi, semacam kue beras yang pedas. Namanya tteokbokki.
“Sepertinya tidak salah kamu milih tempat ini.” Jason tertawa.
Jani mengangguk senang.
“Temenku yang kasih tahu soal promo ini. Untung banget, kan?”
Tatapan mata Jani kemudian terpaku pada keluarga kecil yang berada di samping mejanya. Seorang ibu, ayah dan dua anak mereka. Si ibu kelihatan masih muda dan tampak sibuk menyuapi anak perempuannya yang masih sangat kecil. Dia mengenakan hijab berwarna biru dan kelihatan manis sekali. Disampingnya ada suaminya mengenakan kemeja berwarna biru tua dan berjenggot cukup tebal. Sepertinya, mereka muslim yang taat. Jani tertegun sesaat dan bertanya pada dirinya sendiri, masa depan seperti apa yang menanti dia dan Jeremiah nanti?
Mereka berpacaran serius, tapi mereka tak tahu akan dibawa kemana hubungan ini.
Dia dan Jeremiah sudah merasa sangat cocok satu sama lain. Dua keluarga juga sudah sangat dekat. Orang tua mereka membiarkan Jani dan Jeremiah sendiri yang memutuskan akhir dari hubungan mereka. Tapi, Jani tidak tahu, dia sungguh-sungguh tidak tahu.
“Gak usah dipikirin dulu Jan.” Jason menghentikan lamunannya. Jani menatap Jason dan tersenyum. Jason melanjutkan, “Makan dulu yuk. Gak usah mikir yang berat-berat dulu. Nanti pasti ketemu jawabannya.”
Jani tidak tahu harus mengatakan apa.
Jeremiah kemudian datang dan membawa makanan terakhir. Setelah azan berkumandang. Jani berdoa dan mereka bertiga mulai menikmati makanan yang tersedia sampai habis. Jani, Jason dan Jeremiah makan sambil tertawa. Mereka menikmati sekali momen yang ada. Kemudian, setelah makanannya habis. Jani mengambil mukena dan minta izin untuk solat maghrib.
“Pergilah. Aku akan tunggu di sini.” Jeremiah berkata pada Jani.
Perkataan yang sederhana itu, terasa sangat menyakitkan dan menyesakkan di hati Jani.
ns 15.158.61.20da2