Setelah acara itu, Nerd Fulbright dengan sukses memutar mejanya. Dari yang menjadi bintang gemilau komet langka seratus tahun sekali di langit, kini seperti batu yang mudah ditemukan dimanapun. Tidak berharga dan biasa.
“Duh, karena itulah namamu Nerd!” Nibella, atasan Nerd menghela nafas sekaligus menepuk jidatnya. Kemudian menelengkan kepala.
“Sudah kubilang! itu nggak ada hubungannya, senior! I-itu jelas nggak ada hubungannya loh!” protes Nerd, meskipun dirinya sendiri merasa tidak yakin. “Aku dibully gegara nama itu sejak dulu, Ughhh…!” Nerd menangis air imajinasi, namun roman mukanya tidak menyedihkan sama sekali. Ekspresi mukanya konyol dan bodoh.
“Wajahmu memang menjengkelkan sih! Cobalah ganti kacamata kotak daripada bundar, idiot!”
“Ya ampun… aku nggak mengerti dark elf nggak punya nilai fashio-“
Nibella menginjak kakinya.
“AUCCCH!” spontan Nerd mengangkat kaki kanannya, jingkat – jingkat.
“Kamu yang butuh nasihat! Bukan aku!”
(Trus kenapa dia ngambek coba!? Dasar ibu – ibu!)
Pintu terbuka otomatis kiri dan kanan. Seperti pintu pesawat kapsul ruang angkasa. Setidaknya fakta ‘kapsul ruang angkasa’ itu memang benar adanya.
Karena pilihan itu, Fidelius Darlorent, menyuruh Nibella untuk mengantar Nerd Fulbright ke Research & Security Interdimensional Expedition Service Centre (Gedung Pelayanan Penelitian dan Keamanan Ekspedisi Interdimensional). Gedung itu juga tempat para tim ekspedisi melakukan persiapan sebelum perjalanan ke Etherealm lain. Mereka belajar, berlatih, dan memperkaya kemampuan dan pengetahuannya sebelum mengadu nasib di Etherealm atau planet misterius lain.
Gedung itu adalah bekas pesawat kapsul ruang angkasa yang tidak terpakai. Terdiri dari tiga tingkat yang tempatnya sangat luas.
Kini Nerd dan Nibella menuju ruang riset di lantai paling atas. Ruangan itu berisi empat komputer dan dipenuhi enam rak buku yang berjejer di belakang. Ada satu meja di tengah yang diatasnya ada semacam seperti alat canggih.
“Oh, Nyonya Nibella!” Dark elf pria mengangkat lengan tangannya untuk hormat dengan Nibella. “Geh… kenapa pria kera ini di sini?” tunjuknya pada Nerd sambil memalingkan wajahnya.
Pria dark elf itu memakai pakaian yang dengannya, baju ketat berbahan nilon yang dikustomisasi dengan baja tungsten. Berwarna hitam dengan abu – abu di lengannya dan garis – garis kuning.
Nerd mendekatkan dahinya dengan lesat pada telunjuk pria dark elf itu. Seketika telunjuk pria dark elf itu tertekuk menyakitkan.
“OUCH! APA YANG KAMU LAKUKAN, GORILLA!?” Pria itu menggeram.
“U-u-u-u-uuu… Uhoooo!” Nerd memukul - mukul dadanya, kedua lubang hidungnya kembang kempis, ia berperilaku seperti gorilla marah dengan sangat mirip.
“Kalian berdua, hentikan!” Nibela menengahi mereka. Lantas ia berpaling pada pria dark elf dengan wajah kompeten itu. “Hendrick, nyalakan Etherberum Obscura.” Nibella menarik dua tempat duduk di pada meja yang diatasnya terdapat balok segi enam biru bening dengan lensa proyeksi di atas dan bawahnya. Di balok segi enam luarnya, ada layar sekitar 6 inchi depan dan belakang.
“Yes Ma’am!” Hendrik menyalakan komputer dan duduk.
Nerd duduk saling berhadapan dengan Nibella, terpisah dengan alat yang bernama Etherberum Obscura itu.
Dalam beberapa detik, benda balok segi enam biru bening itu menampilkan hologram yang sangat realistis bentuk planet. Sedangkan dalam layar 6 inchinya, tertulis informasi yang cukup detil menjelaskan komponen dan persentase kehidupan pada planet tersebut.
“Permisi, Nyonya Nibella, ada kebutuhan apa anda menyalakan Etherberum Obscura?” Hendrik berpaling sebal pada Nerd. “Lalu, apa yang dilakukan gorilla ini di tempat ini?”
“Hey, kamu punya masalah, bakpao gosong!?”
“APA KATAMU? BERANTEM, HUH!?” Hendrik terperanjat.
“SEMAUMU KULAYANI!? begitu pula Nerd.
“KALIAN DIAM!!! Ugh…!” Nada menyentak Nibella membuat mereka langsung turun. “Seperti anak kecil!”
Namun sesaat…
“WLOLOLOLOLOL!” Nerd menjulurkan lidahnya mengolok Hendrik.
#Crack!
Terdengar suara remukan mouse yang dipegang hendrik, Ia menggeram benci pada Nerd.
#Ctuaas!
“Pfft!” Hendrik menahan tawa.
“OUUCCH!!” Nerd memekik kesakitan karena lidahnya disentil kencang Nibella. “APLA YLANG KMLU LUKUKAN TUA!?” Nerd menggelung lidahnya.
Seolah tidak berhenti di sana, kepala Nerd benjol menjadikannya mirip beruang.
“HUAWAUWAWUAWUAWUA!” Hendrik berjingkrak jatuh dari kursinya tertawa.
***
Dalam sepuluh menit, situasinya kembali serius. Nerd tidak mau terluka sebelum berangkat, sementara Hendrik masih sedikit ngakak.
Nibella menjelaskan pada Hendrik atas kehadirannya dan alasan menyalakan alat sepenting Etherberum Obscura. Nibella mengatakan bahwa Nerd, pria berwajah bodoh dan selengekan, meminta untuk tinggal di planet lain dari sekian pilihan yang sangat aman terutama untuk masa depannya sendiri.
Etherberum Obscura, Alat itu menyimpan dokumentasi planet temuan pada ekspedisi sebelumnya. Informasi yang dimuat tentulah hal umum seperti cuaca, udara, tekanan dimensional, dan hal detil kecil lainnya. Temuan itu hanya bertujuan untuk mencari planet tertentu yang mendekati lumrah untuk dijadikan peradaban.
“Makanya kamu cocok dipanggil Professor Gorilla, huh? Kaca mata dan otakmu sinkron sehingga nggak ada lagi yang terpikirkan olehku selain Professor Gorilla,” ucap Hendrik tertawa mengejek sambil menarik – narik pipinya agar mirip pipi gorilla.
“Nnnnngggggg! Mulut kotornya nggak ada obat!” Nerd menggigit bibirnya. Wajah Nerd yang marah terlihat gepeng seperti dipelindas truk traktor.
“Jadi, Nerd, mau mulai dari yang mana? File lama?”
Nerd kembali serius.
“Eh? Nggak jangan. Aku ingin melihat hasil ekspedisiku yang lalu,”
Nibella mengusap dekat balok segi enam kaca. Etherberum Obscura mendukung fitur gestur sehingga memudahkan presentasi sebuah data.
Tampak sebuah planet berbentuk menyerupai bintang namun hanya empat titik sudut. Ketika Nibella mengusap geser dan memperbesar fasadnya, Etherberum Obscura menganimasikan gerakan seperti air namun berwarna ungu dan tanah tandus berwarna perak.
Tanpa pepohonan dan perumahan. Monoton dan cenderung terlihat bebatuan.
“Shuriken?” Nerd mengomentari bentuknya.
“#Hah… (sighed)” Nibella menepuk jidatnya dan sedikit putus asa.
“Sementara ini penamaannya adalah Mutrillon. Airnya… aku nggak yakin sih,” Nibella alisnya naik sebelah. “Kayak gurun… nggak ada hewan, pohon, rumput…? Nah, aku sih nggak sama sekali ngerekomendasiin yang ini,”
“Begitu?”
“Kenapa nggak, Nyonya? Biarkan gorila ini terperangkap dalam dimensi lain dan kebingungan! Hahaha!” Hendrik melotot penuh ejekan seperti mata koala, ia selalu totalitas membuat Nerd naik darah.
(Bocah cecunguk ini!?) Nerd membatin sebal, mengenggam tangannya bergetar seolah bola rasengan.
Nibella melakukan swapped gesture, dekatbalok segi enak bening itu, untuk informasi planet berikutnya. Planet itu mirip saturnus punya cincin, hanya saja berbentuk layang – layang.
Saat diperbesar, tampak dataran berwarna coklat dan angin – angin debu dengan warna yang sama. Terdapat sungai yang bening membuat Nerd sedikit terpicu melihat keindahannya.
Sungai itu di beberapa titik terdapat batu berwarna putih, kerucut dan berderet enam. Cukup aneh, dalam pikiran Nerd. Sisanya hanya aliran tenang dan dilewati banyak ikan.
Namun…
Saat tiga ikan kecil melintas batu itu…
Ternyata itu bukan batu. Melainkan gigi monster air yang tiba – tiba mencaplok ikan itu sekejap lalu hilang begitu saja.. Makhluk itu sekelbat memliki sekitar dua belas mata dan juga berbulu.
Dalam beberapa detik, muncul batu berderet seperti itu lagi.
Kedua mata Nibella dan Nerd menipis dan saling melirik.
“Kayaknya… jangan yang ini….”
“Yeah… jelas bukan ini…” balas Nerd dengan lirih.
Nibella menggeser planet hingga empat puluh data terlewat. Berjam – jam waktu terlewat. Sekitar lima data tampak sangat menjanjikan meski… ada hal yang harus digarisbawahi dan tidak sesuai kriteria pria berkaca mata bundar itu. Nerd bersikeras menolak.
“Hey, Nerd, apa sih yang kamu cari sebenarnya!? Padahal dua tadi sudah lebih mendingan loh!” Nibella mengerutkan keningnya. Ia mungkin juga kelelahan. “Nerwin belom makan juga, ughh…, gimana nih?” Nibella membalik lengan kanannya, memandang jam tangan.
Waktu menunjukkan pukul 5 pagi…
Karena hal itu, Nerd menyuruh Nibella untuk pulang. Lagipula Nibella adalah pimpinan muda yang baru menikah. Ia punya tanggungan putri kecilnya, Nerwin, yang masih berumur 8 tahun. Suaminya tinggal dalam kenangan, seperti space ship itu yang kini jadi sejarah dan digunakan sebagai fasilitas yang lebih relevan untuk kepentingan jangka panjang.
Nibella meminta maaf dan berjanji akan datang setelah mengantar buah hatinya sekolah. Namun Nerd menolak dan menyuruhnya untuk istirahat. Nerd berjanji tidak akan berangkat sebelum berpamitan denga Nibella.
Nibella pun pergi, meninggalkan dua insan yang tidak pernah akur. Namun… situasinya kini berbeda.
“Oi, Gorilla! Ekspedisimu kemaren kurang lebih ada sekitar 100 planet ditemukan oleh satelit kamera planet ini. Kamu nggak bilang aku harus nyari satu – satu, kan!?”
Nerd dengan mata kelereng berkaca – kaca, lidahnya melet kecil, “Tolonglah, pangeran? Tehee~” ia memohon dengan wajah tolol.
“TCUIHH!” Hendrik memandang jijik Nerd.
Nerd menghela nafas. Ia mengatakan bahwa Hendrik bisa meninggalkannya sendirian dan menyerahkan padanya soal pencarian ini. Hendrik terdiam sesaat. Hendrik merasa bahwa ia tidak harus menolak permintaan Nerd, setidaknya untuk kali ini.
#Hah… (sighed)
“Aku sebenarnya sudah mengecek semua data itu. Beberapa… ada yang kuingat karena itu menarik…. Katakan, mana yang mendekati kriteria yang kamu cari?” Hendrik berpaling dengan wajah serius.
“Hendrik…”
Nerd memegang dagunya, menggali bakal pikirannya. Nerd mencoba mengingat – ingat masa lalunya.
Nerd mencoba sejenak menyandarkan punggungnya di kursi kantor empuk dan mahal. Nerd memandang langit – langit dengan tenang lalu terpejam.
Nerd menyelami benaknya. Roman muka Nerd kali ini dipandang Hendrik tanpa sedikitpun jenaka ataupun niatan mengolok sama sekali.
Justru sebaliknya,
Sebenarnya, satu – satunya orang yang mendengarkan omong kosongnya saat masih pemula di tim ekspedisi waktu dulu…
Hanyalah si kaca mata bundar gorilla, Nerd.
ns 15.158.61.18da2