MURTI 3
Gatot semakin betah bekerja di rumah Pak Camat. Pak camat juga semakin menaruh kepercayaan pada Gatot. Jika sebelumnya Gatot cuma diberi jabatan sopir, sekarang jabatannya bertambah satu, yakni sebagai penjaga malam di rumah Pak Camat, otomatis juga gajinya meningkat. Jadi sekarang Gatot jarang menempati rumahnya karena lebih sering berkeliaran di sekitar rumah Pak Camat. Meskipun sudah tobat, tapi orang-orang tetap menaruh segan dan takut pada kegarangan Gatot. Atas dasar itulah Pak Camat mempercayai Gatot banyak hal, memberi Gatot kebebasan keluar masuk rumahnya. Para tamu Pak Camat juga merasa nyaman dan tenang tanpa perlu takut kehilangan motor.
1677Please respect copyright.PENANAEHGVcgxROU
Dulu memang pernah ada kejadian motor salah satu tamu Pak Camat hilang saat diparkir di depan pagar. Ketika itu secara tidak langsung orang-orang mengarahkan tuduhan pada Gatot. Untung tuduhan itu tak terbukti. Lebih untung lagi Gatot tidak tahu kalau dirinya dituduh mencuri. Seandainya Gatot tahu, entah apa yang akan terjadi pada komplek. Bisa jadi ada beberapa orang mati tersambar golok maut si Gatot. Sekarang Gatot tidak pernah lagi membawa golok itu. Cuma Pak Camat dan Murti saja yang tahu bahwa Gatot selalu menyelipkan celurit kecil di balik jaketnya kemanapun pergi. Celurit kecil yang bisa membawa bencana besar jika ada yang mencoba macam-macam.
1677Please respect copyright.PENANA2bYNCy0yLp
“Rokok, Tot.” Pak Camat menawari Gatot rokok saat duduk duduk santai di teras depan.
1677Please respect copyright.PENANA9XEV2oEbHa
“Terima kasih, Pak.” Gatot mengambil sebatang lalu menyulut menggunakan korek Zippo milik Pak Camat dan mengebulkan asap rokok itu sampai ke dalam rumah, tercium oleh Murti yang lagi menonton sinetron.
1677Please respect copyright.PENANAYLfuDm0ffx
“Ada pegawai kantor yang sering menanyakan kamu,” kata Pak Camat.
1677Please respect copyright.PENANAbfAFeXlaUN
“Siapalah saya ini kok sampai ada yang menanyakan,” jawab Gatot merendah.
1677Please respect copyright.PENANAXB4Op1OtFo
Murti mulai tidak serius nonton sinetron mendengar obrolan itu. Dia lalu beringsut sedikit agar bisa mendengar lebih jelas.
1677Please respect copyright.PENANAAWIFjHNQh2
“Bapak serius, Tot. Si Dewi itu yang sering nanyakan kamu.”
1677Please respect copyright.PENANAY2IgVK73Ec
“Saya yakin Mbak Dewi itu cuma bercanda, Pak Camat.”
1677Please respect copyright.PENANAM7ahYJYJHY
“Gatot, kalau bercanda itu tidak mungkin tiap hari nanya terus. Dewi perempuan yang baik kok.”
1677Please respect copyright.PENANAicMtcuT0pl
“Justru karena itu, Pak. Seorang duda yang bergelimang dosa sangat tidak pantas buat perempuan manapun.”
1677Please respect copyright.PENANAIPw7Yfveoe
“Kamu terlalu pesimis. Padahal bukan cuma Dewi yang tanya seputar kamu. Banyak lho gadis komplek ini yang naksir kamu.”
1677Please respect copyright.PENANAJHZNiFmU3s
“Saya belum ada niat untuk memulai lagi, Pak.”
1677Please respect copyright.PENANASDlcocAGCL
“Ya sudah. Sebelumnya bapak mohon kamu tidak tersinggung dengan pertanyaan bapak ini,”
1677Please respect copyright.PENANAjwA9yz8oxR
“Pak Camat mau menanyakan apa?”
1677Please respect copyright.PENANA9VcDLnfn9X
“Tentang ayahmu. Bapak dengar dari cerita Murti, ayahmu menghilang dan sampai sekarang tak ada kabar.”
1677Please respect copyright.PENANAIfQdRgkhqc
Gatot mengangguk. Seumur-umur belum pernah ia memikirkan tentang ayah kandungnya, namun pertanyaan Pak Camat membuat bayang-bayang ayahnya kembali muncul. Gatot ingat hari hari terakhir dia bersama ayah ibunya. Saat itu malam sangat buta. Dia duduk di warung ayahnya, menonton ayahnya mengadu untung dengan berjudi besar-besaran. Betapa dia melihat uang taruhan ayahnya sedikit demi sedikit beralih tangan sampai uang itu ludes sama sekali. Tapi ayahnya tidak berhenti berjudi, bahkan kemudian berunding dengan musuhnya. Perundingan yang tampaknya disetujui karena kemudian judi berlanjut. Ayahnya sempat menang beberapa kali tapi kemudian lebih banyak kalahnya. Dan ayahnya yang kalah total lalu membawa tiga musuhnya ke rumah.
1677Please respect copyright.PENANA7lmzkVAlih
Gatot ingat betul teriakan minta tolong ibunya yang ditelanjangi kemudian diperkosa ketiga lelaki itu. Gatot mendengar tangisan ibunya yang menyayat hati sementara ia tidak melihat ayahnya sama sekali. Tiga hari tiga malam Gatot mendengar berbagai ratapan, tangisan, sumpah serapah ibunya. Selama tiga malam pula tiga lelaki itu tidak keluar sama sekali dari kamar ibunya. Pada malam keempat tiga lelaki itu keluar dan pergi begitu saja. Gatot yang masuk kamar ibunya terkejut melihat sebilah pisau menancap tepat di jantung ibunya yang telanjang bulat. Ibunya mati. Orang-orangpun berduyun-duyun datang dan bilang kalau ibunya mati bunuh diri. Tetapi Gatot yakin ibunya mati dibunuh tiga begundal itu. Wajah tiga orang itu masih diingat Gatot sampai sekarang, sama dengan ingatannya tentang wajah sang ayah. Semua telah menjadi musuh dalam hatinya.
1677Please respect copyright.PENANAWJ76s0ZbjF
“Saya tidak ingin orang menanyakan ayah saya. Siapapun!” kata Gatot dengan suara bergetar menahan marah. Beruntung Murti muncul dan dengan gerakan yang anggun menyuguhkan kendi berisi air dingin. Seketika jiwa Gatot yang sempat membara jadi dingin tersiram gerakan itu, juga tersiram oleh air yang mengalir ke tubuh. “Maafkan kalau saya agak kasar, Pak Camat.” katanya kemudian.
1677Please respect copyright.PENANA5hCxRrKDCs
“Seharusnya bapak yang minta maaf. Lanjutkan saja tugasmu, ya.”
1677Please respect copyright.PENANAAzDwRnFCkE
“Iya, Pak. Kalau butuh sesuatu, panggil saja saya.”
1677Please respect copyright.PENANA7JJP5Taq2d
Pak Camat masuk meninggalkan Gatot. Sampai di dalam rumah, lengannya ditarik menuju kamar oleh Murti. Pak Camat sampai hampir jatuh saking kerasnya seretan itu. “Apa-apaan sih kamu, Murti?!” tegur Pak Camat agak marah. Mereka sudah ada di kamar dan Murti mengunci pintu, juga menutup tirai kamar.
1677Please respect copyright.PENANAjQXhvEQH8m
“Mas Joko gimana sih? Saya kan sudah bilang jangan pernah tanyakan hal itu ke Gatot!”
1677Please respect copyright.PENANAmYyKNusvCV
“Jadi kamu nguping ya?” kata Pak Camat mulai lunak.
1677Please respect copyright.PENANA6ioYelvtcB
“Bukannya nguping, Mas. Tapi aku khawatir mas nanya yang macam macam ke Gatot. Nyatanya terbukti kan?”
1677Please respect copyright.PENANAB0B0OA4iHp
“Aku cuma ingin tahu saja, Murti. Siapa tahu Gatot mau berbagi masalah pribadinya pada kita.”
1677Please respect copyright.PENANAC8GB1YievR
“Tapi Gatot itu sangat sensitif kalau ditanya masalah keluarganya. Untung tadi Gatot cuma gusar.”
1677Please respect copyright.PENANA0go27Hl2Ix
“Maaf deh. Aku janji nggak bakal nanya-nanya itu lagi.”
1677Please respect copyright.PENANARKPwnFocpj
“Aku nggak mau kehilangan Mas Joko,”
1677Please respect copyright.PENANA4OPqdIESFD
“Kalau aku mati, kamu kan bisa kawin lagi. Kamu masih terlihat muda, masih seksi dan bahenol, masih…”
1677Please respect copyright.PENANAr3rrgcl8nV
Pak Camat tak meneruskan kata-katanya karena Murti keburu menghujaninya dengan cubitan. Dari sekedar cubit mencubit kemudian berkembang jadi jepit menjepit. Tapi keduanya memang lagi tidak berselera. Pak Camat menjauhkan wajahnya dari buah dada Murti yang masih ranum dan montok padahal Murti sudah membukanya lebar-lebar.
1677Please respect copyright.PENANA44gR3U7vCE
“Aku mau pergi menemui Pak Hasan. Kamu di rumah saja ya?!” katanya sambil menutup kembali baju Murti.
1677Please respect copyright.PENANAax5bbIdJBd
“Tapi jangan pulang terlalu malam ya, Mas!” Murti mengancingkan kembali bajunya.
1677Please respect copyright.PENANA4uOCO04NgB
“Tidak usah takut. Ada Gatot yang berjaga di depan.” Pak Camat mencium bibir Murti sebelum keluar kamar. Kemudian Murti mendengar deru mobil menjauh dan hilang di keramaian jalan.
1677Please respect copyright.PENANAp1Ewz21wiz
Murti melangkah keluar kamar menuju teras, duduk menemani Gatot yang juga masih ada di teras. Keduanya duduk bersebelahan, dibatasi meja kecil yang memisahkan kursi mereka. Seperti biasa, keduanya saling diam terlebih dulu sampai bermenit-menit, lalu saling tersenyum, dan kemudian tawa merekapun pecah.
1677Please respect copyright.PENANA62uEp1TxR7
“Apa yang kamu tertawakan, Mur?”
1677Please respect copyright.PENANArKgmSy1nHF
“Tidak ada, Tot. Aku cuma menertawakan diriku sendiri.”
1677Please respect copyright.PENANA5GTPaxlO5b
“Bohong. Kemana Pak Camat pergi?”
1677Please respect copyright.PENANAOd8Nygh2nc
“Ke rumah Pak Hasan. Ada urusan kantor bilangnya. Kuambil cemilan dulu ya,” Murti berkelebat ke dalam, tak sampai satu menit keluar lagi dengan mendekap toples berisi keripik singkong. Diletakkan toples itu di meja. Angin malam berhembus agak kencang, juga agak nakal karena membuat Murti sibuk menahan dasternya agar tidak tersingkap. Untuk menutupi tonjolan buah dadanya yang segar, malam itu ia sengaja mengenakan jilbab yang agak lebar.
1677Please respect copyright.PENANA4cQkSqaPfF
“Apa yang akan dikatakan orang kalau melihat kita duduk berdua seperti ini, Mur?”
1677Please respect copyright.PENANAT51mdQ70to
“Semua orang di komplek ini tahu kalau kamu temanku sejak kecil,” sahut Murti enteng.
1677Please respect copyright.PENANA8aqalzWN7A
“Tapi tetap saja bakal ada yang berpikiran lain.”
1677Please respect copyright.PENANAzisvE3zohb
“Sudahlah. Jangan bahas itu lagi, toh kita memang melakukannya. Bahas yang lain saja.”
1677Please respect copyright.PENANA84Vl3BqmZ1
“Aku cuma mau jujur, Mur. Di usia setua ini, kamu masih cantik, Murti…”
1677Please respect copyright.PENANAaST0JOAAcK
“Gombal. Aku malah kagum denganmu, Tot. Sampai sekarang kamu masih bisa menarik minat gadis-gadis muda.”
1677Please respect copyright.PENANAiR2r9nfPPZ
“Pasti Pak Camat yang cerita kan?”
1677Please respect copyright.PENANAUQTyuEar4G
“Aku yakin cerita itu benar. Tinggal kamunya saja mau atau tidak.”
1677Please respect copyright.PENANAdJRaPuZHh3
“Aku belum ada niat. Lagian, kalau aku menikah, aku akan meninggalkan kamu, Mur.”
1677Please respect copyright.PENANALyfifrZ3I4
“Bagiku itu bukan masalah besar. Kita masih bisa tetap berhubungan, dengan sembunyi-sembunyi tentunya.”
1677Please respect copyright.PENANARmPmihrMUT
“Itu sangat berbahaya, Mur.”
1677Please respect copyright.PENANAFEOZepz8wy
”Yah, mau bagaimana lagi.”
1677Please respect copyright.PENANABkn8VaS86J
”Satu-satunya orang yang bisa mengerti aku ya cuma kamu, Mur. Sayang kamu sudah jadi istri orang.”
1677Please respect copyright.PENANAFOpRS6HeAj
“Kalau aku masih perawan gimana?”
1677Please respect copyright.PENANAxDUjlxMUQr
“Tetap saja aku tidak akan bisa kawin denganmu. Mana mau orangtuamu menerimaku.”
1677Please respect copyright.PENANAACeAZ5rZvg
“Gatot, aku jujur pernah jatuh cinta padamu.”
1677Please respect copyright.PENANAdYJCgxuwjF
“Ah, ada-ada saja kamu ini. Sudah malam, ayo masuk saja sana.”
1677Please respect copyright.PENANAEgmouXiTAJ
Murti meninggalkan teras. Sepeninggalnya, Gatot terus berjaga sambil bersiul siul kecil serta menghabiskan sisa keripik singkong dalam toples. Ketika dilihatnya handphone Murti tertinggal di meja, dia segera memanggil istri Pak Camat itu. Tidak terdengar jawaban dari Murti. Gatot pun berdiri dan memberanikan diri untuk masuk ke dalam rumah. Dia mengetuk pintu perlahan, setelah tetap tidak ada jawaban, ia pun mendorongnya hingga terbuka dan melangkah ke dalam. Dilihatnya Murti telah terlelap tidur di depan televisi, jilbabnya sudah dilepas, hanya tersisa daster putih tipis yang membalut tubuh sintalnya. Gatot terpana karena daster itu agak sedikit terangkat sehingga memperlihatkan sebagian paha Murti yang putih mulus, Gatot jadi terangsang karenanya.
1677Please respect copyright.PENANAHs2Sr3AcHd
Dengan cepat ia lupa mau apa dia masuk kemari tadi, Gatot segera mendekat dan mulai mengelus paha mulus Murti, betul-betul hangat dan terasa lembut. Gatot menunduk dan mulai menciuminya, mulai dari lutut hingga ke atas paha, mendekati selangkangan Murti. Ia melihat istri Pak Camat itu masih tetap terlelap tidak bergeming, Gatot pun mulai berani merenggangkan kakinya hingga selangkangan Murti terbuka lebar di depan matanya. Tak tahan, Gatot segera menunduk dan melumatnya, mulutnya bergerak liar di sekitar selangkangan Murti. Dengan penuh nafsu ia pagut daging lembut milik Murti yang masih tertutup oleh celana dalamnya.
1677Please respect copyright.PENANA2uo8A7UBPn
Merasa belum puas, dengan hati-hati sekali Gatot menggeser pinggir celana dalam Murti ke sebelah kanan. Ia makin terangsang hebat manakala melihat daging berbentuk bibir berwarna merah kecoklatan di selangkangan Murti. Meski sudah sering mencicipi dan merasakannya, tak urung tetap membuatnya tergoda juga. Sambil tangannya menahan pinggir celana dalam Murti, Gatot mencium lembut vagina yang berbulu jarang itu. Hmm, nikmat sekali rasanya ketika lidahnya mulai menjilat-jilat lubang kemaluan Murti.
1677Please respect copyright.PENANAuk4MHk8HoP
Gatot menjilat-jilat lipatan di kiri dan kanannya, ia pakai kedua tangannya untuk membuka bibir yang menutupi bagian dalam vagina sempit itu dan kemudian mulai menjilati klitorisnya. Ia terus memainkan lidahnya di daerah sensitif Murti, yang lama kelamaan tentu saja membuat Murti mulai merasakan kenikmatan permainannya, nafas istri Pak Camat itu mulai memburu dan tak beraturan. Gatot terus menggerakkan lidahnya, sambil menjilat, tak lupa tangannya mulai mermbat naik menuju ke arah payudara Murti yang bulat besar. Gatot meremas-remasnya sebentar, merasakan betapa lembut dan kenyalnya benda itu, sebelum tiba-tiba ia dikejutkan oleh Murti yang mendadak terbangun. Istri Pak Camat itu mengusap-usap matanya dengan bingung, ia menatap Gatot seperti tak percaya kalau dirinya sedang dikerjai oleh laki-laki itu. Tangan Gatot masih berada di atas gundukan payudaranya dan meremas-remas lembut disana.
1677Please respect copyright.PENANATFLDMkAPXD
Belum sempat Murti berkata apa-apa, Gatot segera mengecup bibirnya dengan lembut dan berbisik, “Ayo, Mur, mumpung Pak Camat lagi nggak ada.” ajaknya berani.
1677Please respect copyright.PENANAcXEDUP1crp
Murti masih belum sepenuhnya sadar rupanya, ia hanya bisa mengguman tak jelas sebagai jawaban. Gatot mengecup bibirnya lagi, dan kali menghisap-hisap bibir itu dengan rakus. Murti sepertinya merasakan kenikmatan, antara sadar dan tidak sadar dia mulai melenguh dan merintih keenakan. Apalagi sambil memainkan bibirnya, Gatot juga terus meremas-remas gundukan payudaranya.
1677Please respect copyright.PENANAAQxjlw8YWc
Selanjutnya Gatot melepaskan kecupannya di bibir Murti, dan ganti menghujani pipi istri Pak Camat itu dengan ciuman, dan saat ia kembali mengulum bibir Murti, wanita itu langsung membalasnya dengan tak kalah bernafsu. Gatot memberanikan diri menaruh tangannya ke selangkangan Murti dan mulai mengusap-usap lembut disana. Mula-mula ia hanya mengusap pelan bibir luar vagina sempit Murti, tapi setelah beberapa lama mereka berpelukan, Gatot mulai memasukkan jari-jarinya ke celah vagina Murti yang basah dan hangat itu. Dengan jari tengahnya Gatot memainkan klitoris Murti. Licin dan hangat sekali rasanya.
1677Please respect copyright.PENANAClyavPQjrf
Permainan jarinya membuat Murti menggelinjang, pinggulnya yang besar bergerak-gerak seirama dengan gerakan tangan Gatot, apalagi saat laki-laki itu berbuat lebih jauh lagi dengan menarik daster yang dipakainya ke atas. Seakan mengerti dengan maksud Gatot, Murti menaikkan pinggulnya sehingga daster itu dapat dengan mudah melewati pantatnya hingga akhirnya lepas dari tubuh sintalnya.
1677Please respect copyright.PENANAc9HD6KenPH
Gatot melepas kancing BH Murti, ia sedikit terpana saat menatap tubuh putih mulus milik Murti yang hanya mengenakan celana dalam dengan tatapan penuh menantang. Segera Gatot menunduk untuk menghisap puting payudara Murti yang berwarna coklat kemerahan, sementara tangan kanannya ia selipkan ke balik celana dalam istri Pak Camat itu dan kembali memainkan klitorisnya. Kali ini Murti betul-betul terangsang dan merasakan keenakan yang luar biasa, ini bisa terlihat dari deru nafasnya yang semakin tidak teratur dan desahan-desahan kenikmatan yang terus keluar dari bibir tipisnya.
1677Please respect copyright.PENANAwg72DxsRx7
Gatot terus mempermainkan tubuh mulus wanita cantik itu hingga beberapa saat kemudian, Murti tiba-tiba merintih kencang, hampir setengah berteriak. Otot-otot badannya mengejang, sepertinya ia telah orgasme. Setelah terkejang-kejang beberapa saat sambil menyemburkan cairan kenikmatannya, Murti menghembuskan nafas panjang dan berbisik lirih, “Tot, nikmat banget… kamu memang betul-betul…”
1677Please respect copyright.PENANAydetgrZ8In
Belum selesai dia mengucapkan kata-katanya, segera Gatot mengecup bibirnya yang seksi dan melumatnya dengan begitu mesra. “Kamu mau merasakan yang lebih hebat lagi?” bisik Gatot sambil berdiri dan mulai melepaskan pakaiannya. Ketika Gatot membuka celana, penisnya yang sudah menegang sejak tadi, langsung terlontar keluar dan menunjuk ke depan, besar dan tegang, tepat di depan muka Murti.
1677Please respect copyright.PENANA2Gg3jkm7KZ
Mata Murti tidak berkedip melihat batang yang sudah sering memasuki liang kewanitaannya itu. Dengan cepat ia meraihnya dan mulai mengusap-usapnya pelan. “Ya ampun, besarnya…” lirih Murti dengan mata tak berkedip, tampak takut sekaligus menyukainya. Ia menggigit bibir bawahnya sambil tangannya terus mengelus-elus barang Gatot yang kini semakin bertambah besar dan keras.
1677Please respect copyright.PENANAI7lCplamRg
“Mur, isep ya?” tanya Gatot meminta.
1677Please respect copyright.PENANAbF0icHisVm
Tidak menjawab, Murti segera mencium dan mulai menjilati kepala penis Gatot dengan lidahnya yang mungil. Kemudian, dia mulai berani memasukkan penis itu ke dalam mulutnya, walaupun hanya kepala penisnya saja, dan Murti mulai menghisapnya maju mundur. Gatot merasakan kegelian sekaligus nikmat. Tubuhnya menggelinjang. Agar bisa bertahan, ia segera meraih payudara mulus milik Murti dan lekas meremas-remasnya dengan begitu rakus untuk mengalihkan perhatiannya.
1677Please respect copyright.PENANAZ81YTXrfci
Tapi meski begitu, tak urung ia tetap tak tahan juga. Saat sudah tak kuat lagi, Gatot segera menyuruh Murti agar merebahkan tubuh mulusnya di sofa ruang tengah, dengan pantat berada di pinggiran kursi empuk itu. Ini adalah untuk yang ketiga kalinya mereka bercinta di tempat ini. Gatot dengan cepat melepas celana dalam Murti yang sejak tadi belum dilepas agar mereka jadi sama-sama telanjang. Ia kembali menjilat-jilat vagina Murti yang telah kembali menguncup. Dihisapnya cairan putih kental yang telah banyak mengalir keluar di pinggiran liang surga Murti.
1677Please respect copyright.PENANAkb4WACuwQD
“Aghh… Tot!” wanita itu merasakan kenikmatan yang amat sangat dan mulai mendesah perlahan. Vaginanya mulai basah kembali oleh ludah Gatot, dan pelan namun pasti lubangnya yang sempit mulai membesar kembali.
1677Please respect copyright.PENANAFfEw6xn9Kj
Gatot merasa inilah saatnya, dengan berdiri di atas lutut, ia pun segera memasukkan penisnya ke dalam vagina Murti yang hangat dan lembab. Ia berusaha melakukannya dengan cepat karena takut akan Pak Camat yang bisa kembali sewaktu-waktu.
1677Please respect copyright.PENANAGNyc43nYAq
Bless…!! dengan mudah penisnya terbenam semua, dilihatnya wajah cantik Murti yang terpejam menahan nikmat. Agar rasa itu bisa lebih bertambah lagi, Gatot segera menggerakkan penisnya maju-mundur di dalam liang vagina Murti. Terasa hangat dan ketat sekali vaginanya. Gatot menyukainya, inilah yang membuatnya tidak pernah bosan ngentot dengan Murti. Semakin lama, genjotan penisnya menjadi semakin lancar, juga semakin nikmat, Gatot sampai memejamkan matanya merasakan keistimewaan vagina sempit Murti.
1677Please respect copyright.PENANAyBrkJd63Fg
Mereka saling mendesah dan merintih keenakan. Saking cepatnya Gatot menggenjot, sampai sofa yang mereka pakai ikut bergerak hebat. Lama-kelamaan Gatot jadi tak tahan lagi, begitu Murti orgasme untuk yang kedua kalinya, iapun menyusul tak lama kemudian. Sambil menggeram, ia tembakkan seluruh isi penisnya ke kedalaman vagina sempit Murti. Gatot terus mengocok penisnya hingga seluruh cairannya terkuras habis, barulah kemudian ia ambruk di sebelah Murti yang juga terkapar kelelahan. Keduanya tersenyum dan saling memagut mesra untuk beberapa saat.
1677Please respect copyright.PENANAGMdChZCJzz
Gatot sedang asyik meremas-remas payudara Murti saat berita malam di televisi menyiarkan tentang ditemukannya buronan yang paling dicari oleh polisi. Buronan yang telah bertahun tahun lamanya malang melintang di dunia hitam, yang sudah menghabisi berpuluh-puluh nyawa, pembunuh bayaran paling mahal di seantero jagad bumi. Buronan yang akan didakwa dengan pasal berlapis-lapis, dengan hukuman penjara minimal seumur hidup dan maksimal hukuman mati. Buronan itu bernama Sukarso, sebuah nama yang seketika memaksa Gatot mencabut penisnya dari jepitan kewanitaan Murti.
1677Please respect copyright.PENANAsxN38eqMfs
Nama itu juga mengejutkan Murti. Ia yang masih telentang dengan cepat bangkit dan duduk di samping Gatot, dicengkeramnya lengan Gatot kuat-kuat, mencegah agar laki-laki itu tidak murka setelah melihat dengan pasti wajah buronan tersebut. Tidak salah lagi. “Itu Cak Karso! Ayahmu, Tot!” bisik Murti hati-hati.
1677Please respect copyright.PENANAtzI3WsB8pK
“Benar, Mur. Itu memang ayahku.” jawab Gatot, sukar untuk membaca ekspresi wajahnya.
1677Please respect copyright.PENANAiH9v1NLGpz
“Istighfar, Tot, kuatkan hatimu.” Murti hendak mengubah channel, tapi Gatot melarang. Wajah Karso berkali-kali ditayangkan secara langsung disertai riwayat kejahatannya yang membuat Gatot serasa ingin membanting TV. Murti buru-buru mengenakan pakaiannya dan mengantar Gatot pulang lewat pintu belakang. “Kamu di rumah saja, Tot. Biar nanti aku bilang ke Pak Camat kalau kamu sakit.”
1677Please respect copyright.PENANA7W4OfFuUgn
“Terima kasih, Mur. Aku akan baik baik saja.”
1677Please respect copyright.PENANARQmPPF5D3M
Maka pecahlah suasana malam itu di komplek. Berita tertangkapnya Cak Karso menyebar dari mulut ke mulut, dari pintu ke pintu, mulai dari depan sampai ujung komplek semuanya pada ribut dengan berita itu. Di jalan-jalan orang berkerumun cuma untuk membicarakan tentang Cak Karso. Para bapak sampai rela meninggalkan istri masing-masing. Ada yang keluar cuma pakai sarung, ada yang masih tertempel lipstick istrinya, ada juga yang berpakaian ala manusia purba saking semangatnya. Mereka berkumpul untuk membicarakan satu nama putra asli kelahiran komplek, Cak Karso.
1677Please respect copyright.PENANAc4RsHrNRZ2
Kantor Polsek menjadi pusat para pencari berita. Pokoknya malam ini suasana komplek dan sekitarnya persis pasar malam. Lampu-lampu jalan yang jam segini biasanya sudah mati, khusus malam ini terang benderang. Warung-warung dan toko memperpanjang masa buka. Semakin malam, kerumunan orang di depan rumah Gatot semakin banyak serta makin berisik, mengganggu pikiran Gatot yang jiwanya sedang terguncang. Gatot merasa perlu untuk keluar rumah dan mengusir para manusia di depan rumahnya.
1677Please respect copyright.PENANAK3OQ387w7i
“Pergi kalian semua dari sini. Pergi!!” teriakan Gatot membahana sampai ke segala penjuru. Maka semburatlah orang-orang itu berlarian tunggang langgang demi melihat Gatot mengacung-acungkan golok mautnya dengan kemarahan yang meluap-luap.
1677Please respect copyright.PENANAGNdey7RATd
Pak Camat dan Murti yang juga mendengar teriakan Gatot sampai harus melompat dari tidurnya. Sejenak keduanya saling pandang lalu menghambur ke belakang rumah, melompati tembok dan dalam sekejap sudah berada di tempat Gatot mengacungkan golok. Tidak ada lagi orang selain mereka bertiga. Semuanya dilanda takut. Para tetangga yang dekat dengan rumah Gatot kini menutup pintu rapat-rapat, mengintip dari dalam rumah masing-masing.
1677Please respect copyright.PENANAxYdP4U81Mi
“Tenang, Tot!” Pak Camat menurunkan lengan Gatot dan Murti mengambil perlahan golok dari genggaman jari kekar itu. Gatot tidak melawan. “Masuklah ke dalam, Tot. Biar bapak yang memberitahu warga komplek.”
1677Please respect copyright.PENANATb62wgBNYh
“Saya cuma tidak senang mereka mengganggu ketenangan saya, Pak.”
1677Please respect copyright.PENANAYsdaDPdy8K
Tengah malam itu juga, lagi-lagi Gatot didatangi oleh dua anggota Polsek berseragam lengkap. Pak Camat berbincang serius dengan dua polisi itu, lalu mengangguk anggukkan kepala kemudian memandang Gatot. “Bapak-bapak ini ingin bicara denganmu di kantor polisi, Tot.”
1677Please respect copyright.PENANAdSJ5OLXOY4
“Baik. Kalau tidak sibuk, Pak Camat boleh ikut.” kata salah satu polisi.
1677Please respect copyright.PENANAEMO1WCLTtb
Maka pergilah keempat orang itu ke kantor polisi. Pak Camat menyuruh Murti pulang. Murti mengangguk tapi masih tetap berada di dalam rumah Gatot. Murti melangkah ke kamar Gatot, berdiri tercenung sambil menahan jatuhnya airmata manakala ingat ini adalah kamar Lek Sumiah mengalami penyiksaan lahir batin sampai akhir hayat. Dia membayangkan Lek Sumiah berbaring di kasur itu, berbaring dengan senyum keibuan. Murti duduk di kasur, merasakan betapa kasur itu telah mengeras, tak layak untuk ditiduri. Murti lalu mendekati almari yang berpintu dua.
1677Please respect copyright.PENANAmqn3BFMjWV
Satu pintu tidak terkunci, pintu yang satunya dikunci dan digembok. Saking lamanya tak pernah dibuka, kunci dan gembok itu sampai berkarat. Murti membuka almari yang tidak terkunci dan tercekat. Matanya berkunang-kunang menatap potret besar di lemari bagian atas. Potret dirinya sendiri ketika masih SMA. Itu adalah potret dirinya yang diambil Gatot di dalam mobil. Ada satu lagi potret tentang pernikahan terdahulu Gatot.
1677Please respect copyright.PENANAHTiyz8ODBV
Murti menutup almari dan keluar kamar. Pintu-pintu dia kunci dari dalam agar aman, lalu dia menyelinap lewat pintu belakang, melompati tembok sebelum akhirnya sampai di dapurnya sendiri. Murti menarik napas yang terasa berat dan melangkah menuju kamar, mengucapkan beberapa lafal do’a sebelum memejamkan mata. Di sisa waktu malam, Murti tertidur dan merajut mimpinya sendiri, tanpa ada Pak Camat yang biasa menemani.
ns 15.158.2.213da2