"Maaf ya, Farah, bukannya kami tidak mau menerima hasil karyamu. Karyamu selalu bagus, kok. Tapi mengertilah, kami sedang dalam kesulitan keuangan. Kami memutuskan untuk sementara memproduksi novel-novel remaja yang bertemakan kisah cinta yang lebih laris di pasaran. Mungkin suatu saat kami akan menerbitkan novelmu, harap bersabarlah. Ditunggu saja ya, pasti akan datang kesempatan." demikian suara lelaki di ujung telepon yang terdengar agak kurang sabar itu.
3303Please respect copyright.PENANAabuyImzW4R
3303Please respect copyright.PENANAsMmBp2zHO9
"lya kok, pak. Saya mengerti, terima kasih lho sebelumnya atas perhatian Bapak. Assalamualaikum," terdengar suara perempuan merdu namun terasa memelas.
3303Please respect copyright.PENANAVvZFHhog5S
3303Please respect copyright.PENANAidVUZcGOw1
Pembicaraan telepon pun terputus. Farah Wulandari kini hanya bisa termenung memandangi taman belakang rumahnya yang sederhana. Sudah beberapa buIan ini novel-novel islami karyanya tidak ada yang diterima oleh penerbit. Macam macam saja alasan yang dikemukakan penerbit, tapi ia sadar kalau ia harus tetap sabar dan tidak boleh bahkan tak ada gunanya untuk memaksakan kehendaknya.
3303Please respect copyright.PENANAU3hAFvsNTJ
3303Please respect copyright.PENANAuJqc7E8gO0
Farah adalah sosok seorang akhwat pendiam dengan sebuah kacamata minus tergantung di atas hidungnya. Di usianya yang menginjak 24 tahun, Farah tampak lebih dewasa, baik dari segi fisik maupun mental. la tumbuh menjadi seorang wanita yang berdedikasi dan penuh semangat. Sebenarnya ia memiliki wajah yang begitu mempesona, mirip sekali dengan kakaknya yang sudah dinikahi Ustadz Mamat. Hidungnya begitu bangir mancung, pipinya ranum, bibirnya merah merona, kulitnya putih mulus dan terawat, rambutnya yang panjang hingga punggung selalu tertutup jilbab panjang dan jubah. Akibat wajahnya yang cantik serta sifatnya yang anggun, tenang dan tampak begitu alim, banyak ikhwan-ikhwan pengajian yang jatuh hati padanya. Namun semuanya ia tolak karena ia berniat ingin membahagiakan orang tuanya terlebih dahulu sebelum memasuki pernikahan.
3303Please respect copyright.PENANAtBR9IgUxiw
"Siapa itu tadi yang bicara di telepon, Farah, apakah ada urusan penting?" suara lembut Siti Nurhana, ibundanya, membangunkan Farah dari lamunannya.
3303Please respect copyright.PENANAicCQLVaKd7
3303Please respect copyright.PENANAr50468NyMI
"Hmm, dari penerbit, ummi. Katanya novel Farah belum bisa masuk cetak," jawab Farah disertai dengan helaan nafas lembut dan cukup panjang.
3303Please respect copyright.PENANA9RErpbz6Mi
3303Please respect copyright.PENANA586oAf1NQo
"Ya sudah sabar saja, nanti juga kalau sudah jalannya kamu pasti dapat. Ummi mau ke rumah sakit dulu ya, nemenin Abi. Kamu nggak apa-apa kan ditinggal sendiri?" demikian Ianjut Siti Nurhana sambil berkemas-kemas untuk berangkat.
3303Please respect copyright.PENANATh33t9EwvB
3303Please respect copyright.PENANA7GhlH84e5r
"Nggak apa-apa koq, ummi, salam dari Farah yah sama Abi, semoga lekas sembuh dan dapat pulang kembali ke rumah," sahut Farah sambil masuk ke kamar.
3303Please respect copyright.PENANAIrftj9vrFJ
3303Please respect copyright.PENANAyRa0RPgWDt
Kini tinggallah Farah sendirian di rumah. Sudah sekitar lima bulan Pak Arief Ubaidillah terbaring di rumah sakit setelah terkena stroke. Selama itu pula ayah empat putri itu tidak sadarkan diri di bangsal rumah sakit dan tidak bisa memenuhi kebutuhan nafkah rumah tangga. Dan kini Farah sedang bingung harus kemana ia mencari uang untuk membayar hutang-hutang yang telah menumpuk akibat memenuhi biaya berobat ayahnya. Di rumah hanya ada Farah dan Asma, yang masih SMA, dan ibundanya. Farah pun sadar ia tak bisa meminta Nurul yang sedang kuliah di Jakarta untuk membantu, karena ia kuliah gratis dengan beasiswa yang diterimanya. Posisi Aida yang telah berkeluarga seharusnya bisa membantu, namun apa mau dikata, kondisi keuangan rumah tangga Ustadz Mamat pun tak begitu baik.
3303Please respect copyright.PENANAl0lsVWN1Cw
3303Please respect copyright.PENANA3RBuZWzdJL
Farah sadar, hanya ia satu-satunya yang mampu mengatasi keadaan keuangan yang sama sekali tidak menggembirakan itu.
3303Please respect copyright.PENANAZEwC0AmVkx
3303Please respect copyright.PENANAeC4JLWyZLL
Ketika ayahnya mulai masuk rumah sakit 5 bulan yang lalu, untuk menalangi biaya rumah sakit, Farah sekeluarga terpaksa meminjam uang pada Mang Burhan, seorang rentenir kelas kakap di kampung tersebut. Walaupun bunga
3303Please respect copyright.PENANAsZSQXH3zSa
yangia ajukan terlalu tinggi, namun hanya MangBurhan-lah pada waktu itu yang siap dan mampu menyediakan uang dalam jumlah besar untuk biaya operasi ayah Farah.
3303Please respect copyright.PENANAcpMdiLUokF
3303Please respect copyright.PENANAlcsEN1lKXa
Namun masalahnya batas waktu pengembalian uang tersebut hanya tinggal dua hari lagi. Oleh sebab itu Farah merasa begitu kecewa setelah tak ada satupun penerbit yang mau menerbitkan novel karyanya. Uang hasil jualan kue Farah dan ibunya pun hanya cukup memenuhi makan mereka sehari-hari, bagaimana dapat untuk membayar hutang. Berbagai macam pikiran memenuhi otak Farah sehingga membuat akhwat manis itu tampak muram. Karena tiada jalan lain ditemukan, ia pun bertekad untuk menemui Mang Burhan dan bernegosiasi dengannya. la akan bersedia bekerja melakukan apa saja demi menunjang keluarga yang dicintainya.
3303Please respect copyright.PENANAfWV2srZJFL
***
ns 15.158.61.39da2