Mulut Pak Azka kembali menghisap vaginaku. Dengan inisiatif aku kembali membuka kancing kemejaku sendiri. Aku yang awalnya menolak dan berontak, hanya dalam 5 menit saja langsung takluk olehnya. Vaginaku dihisap terus menerus dengan kuat oleh Pak Azka.
Ucapan penuh berontak yang aku katakan tadi, kini berubah menjadi desahan penuh nikmati di atas tempat tidur itu. Rangga, maafkan aku. Aku dengan mudahnya ditaklukan oleh orang yang paling kamu percaya. Aku gak bisa berontak, ini rasanya terlalu nikmat.
“Aaahhh… Aaahhh… Teruss, Pak. Terusss… Terusss… Memek aku butuh dihisap kamu lebih kuat lagi. Aaaahhh! I-Iyaa seperti itu, sayaang. Aaahhh… Aaahhh… Kenapa sedotan bibir kamu terasa geli banget di memek aku,” desahku sambil menikmati hisapan bibirnya.
Jari tengah dan jari manisnya juga terus mengocok vaginaku dengan brutal. Aku kembali menggeliat gak karuan, beberapa kali aku tak kuasa menahan rasa nikmat ini. Sampai aku angkat pinggangku ke atas, namun rasa gelinya teramat semakin terasa saat itu.
Lidahnya menari dengan sangat lincah di dalam vaginaku, hisapan bibirnya Pak Azka juga sangat kuat. Gak seperti hisapan bibir Rangga, yang terkesan lembut di vaginaku. Aku berkali-kali menarik kepala Azka, membenamkan kepalanya di vaginaku belasan kali saat itu.
Dan saking ganasnya dia menghisap dan mengocok lubang vaginaku. Akhirnya aku jadi tak mampu bertahan lama. Hanya 3 menit berlalu sejak lidahnya menjilati klitorisku, dan kedua jarinya mengocok lubang vaginaku yang becek. Aku dibuat kembali orgasme.
“Aaahhh!! Aaahhh!! Paakk! Paakk! Kencengin! Kencengin lagi kocokannya, Paak! Aku mau keluar lagii! Lidah kamu kenceng banget mainin memek aku! Jari kamu kenceng banget ngocok memek aku! Aaahhh!! Aaahhh!!” desahku sambil berusaha menahan orgasmeku.
Aku berusaha untuk menahan sebisa mungkin, membiarkan pria yang baru aku kenal tak sampai 30 menit itu. Melumat habis klitorisku dan menggesek brutal titik g-spotku. Aku belum pernah merasakan kenikmatan sehebat ini. Dia terlalu mahir dalam memuaskan aku.
Semakin keras desahanku, semakin kuat dia menghisap vaginaku. Dan semakin cepat dia mengocok lubang kenikmatanku ini. “Mmmhhh!! Mmmhhh!! Aaahhh!! Aaahhh!! Paak! Bapaak! Ini rasanya nikmat banget, Paak! Aku sampe mau keluaar! Aku mau keluaar, Pak!”
Dan akhirnya tak sampai 30 detik setelah itu, aku pun tak mampu lagi menahan cairanku keluar. “Aku udah gak kuaat! Aaahhhh!! Aaahhhh!! Aku udah gak tahan, Paak! Aaahhhh!! Aaahhhh!! AAAHHHH!!! AKU KELUAAR!! AAAHHHH!!! AAAHHH!! AAAHHHH!!”
Aku orgasme dengan begitu deras, gilanya meski cairanku sudah keluar sebanyak itu. Pak Azka masih terus mengocok dan menjilati vaginaku. Hingga aku mengangkat pinggangku, dan membuat cairanku muncrat terus menerus semakin banyak tanpa henti.
Sudah aku sedang sange berat, ditambah ketemu lawan main yang pengalamannya udah jago bukan main. Jauh lebih mahir dan hebat ketimbang Angga. Dan di orgasme yang kedua, cairan putih susu yang keluar dari vaginaku semakin banyak. Aku sampai bingung.
Rasa gelinya semakin meningkat, orgasme yang kedua rasanya lebih nikmat. Meskipun gak berbeda jauh dari orgasme pertama. Tubuhku sudah terasa sangat lemas siang hari itu. Aku sampai gemeteran, dengan nafas yang tersengal-sengal begitu parah.
Hingga akhirnya tiba-tiba Pak Azka mengeluarkan penisnya. Dan aku melihat penis Pak Azka berbentuk aneh. Terdapat enam denjolan di penisnya yang terlihat seperti gundu atau kelereng. Intinya keliatan seperti sebuah bola kecil, berukuran mungkin sekitar 3 cm.
“A-Apaa itu? Kenapa penis Bapak punya denjolan aneh kaya kelereng? Bapak kena penyakit kelamin kah? Atau itu apa? Kenapa bentuk penis Pak Azka aneh banget?” tanyaku dengan mata terbelalak. Ini pertama kalinya aku ngeliat penis berbentuk aneh seperti itu.
“Ini namanya biji mutiara, atau disebut juga biji penakluk wanita. Ini sebuah mutiara yang ditanamkan di bawah kulit penis saya. Tujuannya untuk membuat wanita kepuasan yang maksimal,” jawab Pak Azka yang menjelaskan denjolan yang di dalam kulit penisnya.
Saat aku sedang duduk melihat penis itu, tiba-tiba Pak Azka mendorong tubuhku lagi hingga jatuh telentang. Kedua kakiku langsung direntangkan, dan ditaruh di atas kedua pundaknya. “Ba—Bapaak? Pak Azka mau nyetubuhin aku? Semudah ini kah aku dipake?”
Pak Azka pun mengarahkan penisnya ke bibir vaginaku. Dan aku saat itu sudah pasrah gak berdaya lagi. “Kamu hanya bertemu dengan lawan yang salah. Jika cowo lain yang melakukan hal ini, sudah pasti kamu bisa berontak dan pergi. Kamu merasa bersalah?”
Aku malah berkeinginan kuat untuk dientot Pak Azka. Aku ingin merasakan betapa nikmatnya penis yang lebih besar dari punya Rangga itu. Mungkin ukuran penis Pak Azka, panjangnya sekitar 20 cm. Terlihat begitu besar, kuat, dan sangat berurat di mataku saat itu.
Namun aku gak tau berapa ketebalannya, tapi sangat tebal penisnya. Vaginaku yang sudah basah kuyup, dengan mudahnya menerima penis Pak Azka. Hanya dalam 3 detik, penis Pak Azka sudah berada di dalam vaginaku. Aahhh, rasa nikmatnya bukan main.
Aku merasa biji mutiara yang berada di dalam kulit penis Pak Azka itu. Membuat vaginaku semakin geli. “Aahhh… Sempit banget vagina kamu Farisha. Luaar biasa, sayang udah gak perawan. Sepertinya saya keduluan Rangga yaa. Tapi gak masalah lah, hahaha.”
Kedua tali tanktopku ditarik ke bawah, hingga terlepas dari kedua bahu dan tanganku. Ditarik hingga tanktopku berada di perut, sementara saat itu aku tidak menggunakan bra. Yaa kalo ketemu Rangga aku memang gak pernah menggunakan bra.
Karena memang tujuan awalnya, agar mudah nenenin Rangga di jalan atau tempat umum. Jadi memang sudah aku persiapkan sejak berangkat. Sekarang kedua payudaraku sudah tidak tertutupi apapun. Terlihat jelas di mata pria maskulin berusia 40 tahun itu.
“Payudara kamu sangat putih, halus, padat, dan begitu kencang. Dari luar sebenarnya sudah kelihatan. Kalo kamu memiliki bentuk payudara yang begitu indah Farisha,” kata Pak Azka sambil menciumi kedua toketku dengan bibirnya. Aku merasa geli.
“Ma—Makasih banyak, Pak. Aku merasa sangat tersanjung dengan pujian Bapak. Aku udah pasrah mau diapain sama Pak Azka. Genjot lah vaginaku sepuas Pak Azka. Asal jangan sampai Rangga tau. Dan jangan keluar di dalem juga,” jawabku kepada Pak Azka.
Pak Azka pun akhirnya mulai menggenjot vaginaku, dia mulai menggerakkan penisnya maju mundur di dalam lubang kenikmatanku. Dan berbeda dengan Rangga yang bermain lembut, Pak Azka punya teknik permainan yang ganas dan brutal banget serius.
Tiba-tiba saja dia mengambil seragamku yang baru saja dia lepas dari tubuhku. Dan dia pakai untuk mengikat kedua tanganku saat itu. Aku hanya pasrah saja tak melawan. Dan Pak Azka kembali menggenjot vaginaku dengan brutalnya. Aku langsung kaget bukan main.
Vaginaku yang baru saja hilang perawan kemarin, digenjot dengan kecepatan sangat tinggi. Tenaganya Pak Azka besar banget, hantaman penisnya sangat kuat. “Aaahhh… Aaahhh… Enaakk… Enaakk… Genjot terus memek aku, Paak. Genjot terus memek akuuh.”225Please respect copyright.PENANA23k5c2tkQi
225Please respect copyright.PENANAgkxfsVBsj4