“Aku gak papa,Din.”
“Ih kamu dari tadi bilangnya gitu terus,” Dina merajuk. Refleks bibirnya mengerucut
Bella terkekeh pelan “dasar kamu,”
“Badan kamu agak anget loh?” tanpa sadar Dina memegang tangan Bella.
“Udah biasa,” Bella membuat alasan lagi.
Dina menghela napas, dia menengok ke arah jam dinding “kamu mau bolos?”
“Enggak. Bentar lagi aku mau ke kelas,” ucap Bella “oh ya kamu enggak ke kelas duluan, Din?”
“Aku nungguin kamu, biar kamu gak dimarahin sama Bu Rena,” sahut Dina “sama biar aku ngelawan si Riska. Dasar emang itu orang, tangan kayak gak pernah didoain, mulutnya juga kayak gak pernah di filter. Langsung serbu aja,” Dina memasang muka juteknya.
“Sepuluh menit lagi, ya. Maaf kalo aku ganggu,” Dina membaringkan tubuhnya lagi di kasur. Ia menarik selimut dan memejamkan matanya sebentar.
“Istirahat yang cukup temanku yang cantik,” Dina terkekeh pelan.
○○○
“Anak-anak sebelum kita mulai pelajaran, ibu mau tanya. Bella sama Dina kemana? Kenapa bangkunya kosong?” tanya Bu Rena.
“Riska dimana Bella sama Dina?” tanya Bu Rena kepada Riska.
“Mungkin bolos kali,bu. Dia aja tadi di gerbang, saya denger kalo dia gak niat sekolah,” ucap bohong Riska. Riska memandang teman-temannya dengan senyum gembira “dia katanya ngejek ibu gendut, gak bisa nerangin pelajaran dengan benar,” Riska tertawa dalam hati. Ia merasa ada kemenangan untuk menyingkirkan anak itu dari sekolah.
“Apa yang kamu bilang?” Bu Rena berkacak pinggang.
“Iya bu saya denger pake telinga saya sendiri kok,” Riska mencoba meyakinkan Bu Rena.
“Sekarang dimana dia?” tanya Bu Rena.
“Oh, kalo itu saya gak tahu, bu. Mungkin nanti dia bakal kesini,” rasanya Riska ingin berpesta tujuh hari tujuh malam “marahin aja, bu. Sekalian dikeluarkan dari sekolah,”
Teman-teman Riska yang duduk di belakang bangku Riska hanya bisa menahan tawa. Ada yang sampai menutup mulutnya. Mereka sama saja dengan Riska.
“Apa itu benar, Riska?” tanya Bu Rena “sepemikiran ibu, Bella bukan orang yang begitu. Dia baik, berprestasi, lho.”
Riska jengah, masih saja gurunya itu membela Bella. Apa yang harus dikatakan Riska?
“Tapi gak tahu dibalik kebaikannya kan, bu?” tanya Riska dengan sedikit nada menyindir.
“Iya,sih. Tapi ibu belum sepenuhnya percaya,” Bu Rena berucap dengan nada halus.
“Ya terserah ibu,sih. Tapi saya sudah bicara sama ibu. Semoga ibu baik-baik aja dan gak sampe terjerumus hal-hal negatif dari dia,” ucap Riska.
“Yasudah terserah kamu. Ayo kita lanjutkan pelajaran,” kata Bu Rena sambil membuka buku pelajaran. Dalam hati, Bu Rena terus kebingungan dengan perkataan siswanya tadi. Bu Rena tidak tahu harus memilih siapa yang benar siapa yang salah.
○○○
“Amara gimana keadaan kamu?” tanya mama Isma membelai rambut anaknya yang menutupi sebagian wajahnya.
“Aku baik, Mah.” Amara tersenyum manis, menunjukkan bahwa dirinya sudah mulia membaik.
“Papah!” Amara senang karena papanya juga ikut menjenguknya.
“Hai Amara anak papa,” Papa Dimas mendekat memeluk erat tubuh gadis mungilnya itu.
“Hai Papa! How are you?” tanya Amara.
“I am very fun sayang,” jawab Papa Dimas.
“Kalian akrab sekali sampai melupakan saya,” Mama Isma cemberut.
“Hei kita berdua melupakan mamamu,” ucap Papa Dimas kepada Amara.
“Mama sini,”
“Aku menyayangi kalian,” Mama Isma mendekat, merentangkan tangannya memberi kode untuk dipeluk.
~~~
HI
GIMANA DI PART INI?
KLIK LIKE AND COMMENT
FOLLOW ME^^
ns 15.158.61.48da2