Aika ditengah malam datang kekamar Nero, wajah Aika terlihat ingin mengatakan sesuatu. Nero pun duduk ditempat tidurnya dan bersiap untuk mendengarkan apa yang ingin dikatakan Aika.
"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" Nero menatap wajah Aika. Wajah Aika terlihat memerah karena ditatap oleh Nero.
"Gak jadi...." Aika memalingkan wajahnya lalu ia pun pergi dari kamar Nero.
"Kenapa sih dia...." Nero menarik selimutnya kembali dan lanjut tidur.
Dari luar kamar Nero, terlihat Aika yang duduk jongkok sambil mukanya tertunduk.
"Apa yang aku lakukan sih, bodoh...." kata Aika sambil menutupi wajahnya karena malu.
163Please respect copyright.PENANAZCc2kcq7MF
-Pagi hari, Gereja-
Matahari mulai menyinari bumi, burung-burung terbang kesana-kemari. Nero tampak sedang berjalan-jalan disekitar gereja.
"Hoam...." Nero menguap, terlihat ia masih mengantuk.
"Gara-gara Aika, tidurku tadi malam gak nyenyak." kata Nero sambil menatap burung terbang diangkasa.
Nero pun melanjutkan jalan-jalannya. Setelah beberapa saat berjalan, Nero tiba-tiba berpapasan dengan Aika. Nero berinisiasi untuk menyapa Aika.
"Pagi, Ai-" belum sempat Nero menyelesaikan sapaannya, Aika langsung nylonong pergi meninggalkan Nero.
"Kenapa sih dia?" Nero heran dengan tingkah Aika. Setiap mereka bertemu Aika selalu menghindari Nero. Karena bingung dengan tingkah Aika, Nero memutuskan untuk rebahan dibawah pohon besar didekat gereja. Karena angin sejuk yang berhembus, Nero mulai merasa mengantuk. Perlahan-lahan Nero mulai menutup matanya dan akhirnya ia ketiduran.
"Benang takdirmu telah tersambung, tetapi berhati-hatilah, karena takdir itu rapuh." dari dalam kegelapan muncullah suara gadis kecil. Nero terkejut akan suara itu. Nero pun mencari sumber suara itu, tetapi ia tak dapat menemukan sumbernya. Lalu muncullah sesosok putih yang menyerupai gadis kecil. Karena tubuh gadis itu bercahaya, Nero tak dapat melihat seperti apa wajahnya.
"Benarkan......" sosok itu mulai mendekat kearah Nero.
"Master...." sosok itu terlihat tersenyum kearah Nero.
"HAH!!" tiba-tiba Nero terbangun dari tidurnya.
Tiba-tiba dari kejauhan datang seorang wanita menghampiri Nero. Ia adalah Sister Carmilla.
"Nero!!" Teriak Sister Carmilla dari kejauhan.
"Ada apa Sister?" tanya Nero.
Sister Carmilla menarik napas yang panjang lalu menghembuskannya.
"Tolong cari Aika, Nero" kata Sister Carmilla sambil memegang bahu Nero.
"Memang dimana dia?" tanya Nero.
"Aku tadi pagi menyuruhnya mencari kayu bakar, tapi sampai siang ini dia belum balik" kata Sister Carmilla sambil menunjuk hutan yang berada diutara Gereja.
"Baiklah, aku akan segera mencarinya" Nero langsung bergegas menuju hutan yang ditunjuk oleh Sister Carmilla.
"Sialan.....," Nero menggigit bagian bawah bibirnya sampai berdarah sembari terus berlari menuju hutan. Awan mulai berubah menjadi gelap. Nero pun sudah sampai didalam hutan.
"Sial, sebentar lagi mau hujan, aku harus cepat menemukannya." Nero pun berlari menelusuri hutan.
"Aika!!" Nero berteriak memanggil nama Aika, tapi ia tidak meresponnya.
Hujan mulai turun. Nero pun tetap mencari Aika meskipun ia basah kuyup.
"Cih, kemana sih dia" kata Nero sambil berlari mengelilingi hutan. Saat belari ia sekilas melihat seorang wanita yang tergeletak. Karena gelap, Nero pun tak bisa melihat wajah wanita itu.
DUARRRRR......
Suara petir menggelegar dilangit. Karena kilatan petir itu Nero dapat mengetahui wajah wanita itu.
"Gak.....Gak mungkin...." Nero terkejut dengan apa yang ia lihat. Ternyata wanita itu adalah Aika. Tubuh Aika penuh dengan darah.
"Ini bohong kan...." Nero mulai berjalan mendekati tubuh Aika yang tergeletak. Seluruh tubuh Nero gemetar. Nero memeluk Aika. Nero mulai meneteskan air mata.
"AIKA!!!" teriak Nero yang disertai dengan petir yang menyambar.
163Please respect copyright.PENANABnSynSv7fc
163Please respect copyright.PENANACg8iJJ73vr