Omnibus yang dinaiki (y/n) dan Yongseung melaju dengan tenang diatas jalanan Kota Marseau. (y/n) mendongakkan kepala dan melihat langit mendung mulai menghiasi atap kota hari ini.
"Sepertinya dewi fortuna berpihak pada kita," ujar Yongseung.
(y/n) mengalihkan pandangannya pada Yongseung. "Maksudmu?" tanya (y/n).
"Aku baru ingat pada ramalan cuaca kemarin. Mereka mengatakan Marseau akan dilanda badai nanti sore," ujarnya. "Semoga kita punya waktu untuk mengejarnya,"
Kini omnibus melaju melewati jembatan perbatasan menuju jalan utama. Sebentar lagi mereka akan sampai di Halberdashery, pasar sihir terbesar di West Crockshire. Hampir semua barang kebutuhan para mage di jual disana—dari pernak-pernik umum seperti jimat dan tongkat sihir sampai benda terlarang untuk membuat kutukan—kau akan menemukan semua itu disana.
Tiba-tiba omnibus yang mereka naiki berhenti. (y/n) dan Yongseung sedikit terkejut lalu menatap keluar.
"Apa yang terjadi?" tanya (y/n).
"Entahlah," ujar Yongseung.
Omnibus mulai dipenuhi suara bertanya-tanya para penumpang lainnya yang juga tidak tahu dengan apa yang terjadi. Tak lama kemudian sekelompok penunggang kuda datang menutupi jalan. Jika dilihat dari pakaiannya, mereka adalah prajurit kerajaan.
Tiba-tiba salah satu dari prajurit itu maju diantara kerumunan dan mulai memberikan pengumuman. "Karena kasus yang terjadi akhir-akhir ini, maka sesuai dengan perintah dari Lord Rawlin Ralphwolf, daerah perbatasan Marseau-Levarac akan ditutup sementara. Ini untuk mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi," ujarnya dengan lantang.
"Jadi kami mohon untuk segera membersihkan area ini sekarang juga,"
Kebisingan kembali terjadi. Ada yang marah dan mulai menggerutu, ada yang langsung pergi meninggalkan omnibus, ada yang masih tinggal dengan wajah kebingungan.
"Ayo pergi dari sini," ujar Yongseung sambil menarik tangan (y/n). "Kita akan kehabisan waktu jika menunggu omnibus ini putar balik,"
Yongseung dan (y/n) langsung turun dari omnibus melewati kerumunan orang dan kendaraan yang berusaha keluar dari jalanan. Sayangnya, tangan Yongseung yang saat itu menggenggam tangan (y/n) tergelincir.
"(y/n)!" terdengar suara panggilan Yongseung yang semakin menjauh.
"Yongseung!" (y/n) berlari menerobos kerumunan berusaha mengejar Yongseung. Namun karena kerumunan yang terlalu banyak, akhirnya ia tidak sengaja tersenggol dan akhirnya jatuh terjerembab.
"Minggir semua!" suara lantang dari seberang dan suara kaki kuda yang menderap terdengar semakin mendekat. Semua orang berhamburan untuk minggir dari sebuah kereta kuda yang melesat dengan kecepatan tinggi.
(y/n) yang baru saja bangkit langsung mengalihkan pandangannya kearah kebisingan itu. Ia tidak menyangka bahwa marabahaya di depannya akan segera menghampirinya...
Tiba-tiba sosok berjubah hitam mengalungkan tangannya pada dirinya. Tubuhnya seakan melayang keluar dari jalanan itu lalu mendarat dengan cepat. (y/n) membuka matanya dan melihat sosok yang menyelamatkannya. Seorang laki-laki dengan mata hitam mengkilat menatap dirinya. Ia tampak lusuh dan berantakan, namun jika boleh dinilai—ia cukup tampan.
"Kau tidak apa-apa?" tanyanya seraya melepaskan dekapannya.
"A-aku baik-baik saja..." ujar (y/n) agak tersipu.
"(y/n)!!" lelaki berjubah itu berpaling kearah suara dari kejauhan. Itu Yongseung.
"Baiklah, selamat tinggal," ujar lelaki itu.
"Hei—!" sayangnya ia sudah pergi sebelum (y/n) sempat menyelesaikan kata-katanya.
"(y/n), kau baik-baik saja?" Yongseung menghampirinya dengan tatapan khawatir. "Aku tadi melihatmu hampir ditabrak kereta, apa kau terluka?"
"Tidak ada yang terluka, Yongseung, aku baik-baik saja," ujar (y/n) menenangkan.
Yongseung menghela nafas lega. "Maafkan aku, aku tidak sengaja melepasmu tadi,"
"Jangan terlalu dipikirkan, 'kan kita sudah bersama lagi..." (y/n) beralih menatap jalan sempit dibelakangnya.
"Jadi... apa orang berjubah tadi yang menyelamatkanmu?" tanya Yongseung.
"Iya," ujar (y/n). "Sayang sekali aku tidak sempat berterimakasih padanya,"
Yongseung dan (y/n) melanjutkan perjalanan mereka. Meskipun jalanan utama sudah tutup, mereka tahu jalan pintas menuju Halberdashery. Setelah mereka melewati jalan dan kelokan kecil nan sempit, akhirnya mereka sampai di sebuah tembok tinggi dari batu alam yang tersusun rapi. Tampaknya memang seperti tembok biasa tapi sebenarnya ini adalah gerbang tersembunyi pasar Halberdashery.
"Ini dia," ujar Yongseung yang kemudian menaruh tangannya ke salah satu batu lalu menekannya pelan.
Batu itu bersinar memancarkan kilau biru yang kemudian menyebar keseluruh tembok. Kini tembok itu membentuk sebuah lingkaran seperti portal. Bersama, Yongseung dan (y/n) akhirnya masuk menuju pasar sihir Halberdashery.
205Please respect copyright.PENANAZYPHfB3kie