MURTI 4
Hari telah berganti. Malam yang hening berlalu diusir oleh sang pagi yang hangat. Murti seperti biasa bangun lebih awal untuk menyiapkan kebutuhan suaminya. Pak Camat juga sudah bangun, tapi seperti biasa langsung menyeruput kopi hangat sebelum mandi. Murti masih repot di dapur guna memasak sarapan pagi. Pak Camat memandangi istrinya yang semakin hari bukannya bertambah tua, malah semakin muda dan berisi. Tidak terlihat tanda-tanda ketuaan pada istrinya. Semua masih halus mulus dan kencang. Sedangkan Pak Camat merasa mulai tua.
1538Please respect copyright.PENANA8UtchTzVj5
Memang antara Pak Camat dan Murti terpaut perbedaan umur yang cukup jauh. Ketika menyunting Murti, Pak Camat sudah berumur tiga puluh lima tahun, sedangkan Murti baru lulus kuliah. Sepuluh tahun selisih umur mereka. Memasuki usia perkawinan yang sudah tujuh tahun berjalan, Pak Camat kerap merasa kewalahan dengan semangat dan gairah Murti yang masih menggebu-gebu.
1538Please respect copyright.PENANA4LyZusjgNZ
“Mur, cobalah belajar mengemudi. Biar kemana-mana nggak melulu diantar Gatot.” kata Pak Camat.
1538Please respect copyright.PENANAeJCz3h6kIl
“Gak mau ah, Mas, bisa bahaya.” sahut Murti.
1538Please respect copyright.PENANAtjiGoJNTEi
“Bahaya apanya? Lha wong cuma duduk di belakang setir kok.” jelas Pak Camat.
1538Please respect copyright.PENANADEXhOXkidS
“Memangnya Mas Joko mau istri cantikmu ini keluyuran kemana-mana kalau bisa naik mobil sendiri?” tanya Murti.
1538Please respect copyright.PENANAuzbAZcFd5y
“Kalau keluyuran untuk tujuan yang jelas, buat apa takut? Sejauh ini dan sampai kapanpun aku percaya sama kamu, Mur.” kata Pak Camat.
1538Please respect copyright.PENANAFk8z2G8DiR
“Aku juga percaya sama Mas Joko.” sahut Murti.
1538Please respect copyright.PENANA31HoNoal20
Pak Camat membantu Murti memasang baju muslimah kebesarannya. Setelah itu ganti Murti yang membantu Pak Camat memasangkan celana. Mereka sempat saling mencolek kemaluan sebentar, tapi tidak diteruskan ke tahap yang lebih jauh lagi. Mereka harus sama-sama kerja. Di luar terdengar deru mesin mobil yang dipanasi oleh Gatot. Murti mempercepat riasan wajahnya karena sudah hampir jam tujuh, jangan sampai ia terlambat ke Madrasah. Pak Camat juga terburu-buru karena ini adalah hari senin, hari pertama yang biasanya banyak kegiatan menumpuk. Mereka kemudian keluar beriringan menghampiri Gatot yang sudah siaga di teras.
1538Please respect copyright.PENANA7dkkthfMSN
“Kalau ada waktu luang, ajari Murti nyopir, Tot.” seru Pak Camat.
1538Please respect copyright.PENANAuHSd75mnu4
“Baik, Pak. Kapan saja saya siap.” jawab Gatot.
1538Please respect copyright.PENANApOlTT4T6ns
“Oh ya, Tot, nanti siang kamu nggak usah nunggu saya.” kata Pak Camat begitu mobil sudah melaju.
1538Please respect copyright.PENANAAOPEj1tifv
“Iya, Pak.” Gatot mengangguk, matanya terus konsentrasi ke jalan.
1538Please respect copyright.PENANA4zaFw64Cqt
“Memangnya mau kemana, Mas? Tumben nggak minta diantar?” cetus Murti dengan nada curiga.
1538Please respect copyright.PENANAw4HgvYTaBD
“Urusan kantor.” sahut Pak Camat.
1538Please respect copyright.PENANAlyQJ2wkvks
Murti diam, tidak bertanya lagi, tapi terlihat sorot ketidak-percayaan di sudut matanya yang bening.
1538Please respect copyright.PENANAPpbviA1jNk
”Sudah sampai tuh,” Pak Camat mencium kening Murti sebelum istrinya yang cantik itu turun. Murti melirik Gatot dan melempar sedikit senyum sebelum melangkah masuk ke gerbang Madrasah. Tinggal Pak Camat dan Gatot yang ada di dalam mobil.
1538Please respect copyright.PENANAW62zjmnIha
Pak Camat menghela napas panjang sambil mengusap wajahnya, lalu bicara pelan pada Gatot. “Murti mulai mencurigaiku, Tot.”
1538Please respect copyright.PENANA5LPVK3NoUT
Gatot cuma tersenyum kecut sambil mendengarkan Pak Camat melanjutkan keluhannya. “Rupanya Murti mulai termakan gosip-gosip itu.”
1538Please respect copyright.PENANABFrUq7eAM2
“Itu wajar, Pak Camat. Kita hidup ini kan cuma punya dua pilihan, memakan gosip atau dimakan.” jawab Gatot tanpa bermaksud menggurui.
1538Please respect copyright.PENANA4so54tM64m
“Bisa saja kamu. Yang penting kamu jangan bilang apapun ke Murti ya,” kata Pak Camat.
1538Please respect copyright.PENANANnBdqxxNO9
“Saya janji menyimpan rahasia itu, Pak.” sahut Gatot.
1538Please respect copyright.PENANAzPIzUDHq7o
Ada kesepakatan rahasia antara Pak Camat dan Gatot. Mereka meneruskan ke kantor kecamatan. Seperti biasa, begitu Pak Camat masuk ke dalam kantor maka Gatot langsung meluruskan jok mobil dan tiduran sambil membaca koran. Saat itulah Gatot kaget karena di halaman depan ia melihat foto ayahnya terpampang besar dengan judul AKHIR SANG JAGAL. Kalimat demi kalimat dibacanya sampai tamat kemudian ia lemparkan koran itu ke belakang. Wajahnya mengeras.
1538Please respect copyright.PENANAjOnU8HXJdF
Gatot terpukul dengan adanya berita di koran yang mengabarkan kalau ayahnya telah dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan tinggi setelah upaya bandingnya ditolak. Menurut berita, ayahnya menolak meminta grasi ke presiden. Masih kata berita, ayahnya cuma mengajukan permintaan terakhir yakni bertemu sang anak bernama Gatot, dirinya sendiri. Ayahnya tak akan dieksekusi sebelum permintaan terakhir terpenuhi. Jadi sampai sekarang Cak Karso masih ada di penjara paling top, Nusakambangan.
1538Please respect copyright.PENANAjZZwvs0Ag1
Gatot menghantam jok mobil pelan. Ia sudah bersumpah untuk tidak mau lagi ketemu ayahnya. Ia tidak bisa memaafkan sang ayah yang tega menghancurkan keluarga. Ia sakit hati pada ayahnya yang telah menjual ibunda tersayang. Ibunda yang mati mengenaskan di depan mata kepalanya sendiri. Biar saja ayahnya dihukum mati. Sebenarnya Gatot sudah berkali-kali diminta oleh polisi agar mau datang ke Nusakambangan. Tapi Gatot tak mau karena di Nusakambangan banyak kawan-kawannya yang di bui. Ia tidak mau ketemu kawan-kawan begundalnya agar bayang-bayang masa suram itu tidak muncul. Biarlah yang terhukum menjalani hukumannya.
1538Please respect copyright.PENANAIMg5axfNmD
“Mas Gatot nganggur?” Gatot terkaget-kaget oleh suara halus yang menegurnya.
1538Please respect copyright.PENANAQ6cbS4MqHy
“M-mbak Dewi butuh bantuan saya?” tanyanya tergagap.
1538Please respect copyright.PENANANTkBUteBAY
“Iya. Pak Camat yang nyuruh.” jawab gadis cantik yang bersinar bagai bidadari tersebut.
1538Please respect copyright.PENANAGofEsuyxZN
“Kemana, Mbak?” tanya Gatot, berusaha mengalihkan perhatian matanya.
1538Please respect copyright.PENANA3Qf6Enuzq4
“Ke Cemorosewu. Saya masuk ya?” tanya Dewi.
1538Please respect copyright.PENANAfcta5n29vz
Gatot menghidupkan mesin sambil menunggu Dewi duduk dengan nyaman. Lalu berangkat. Dewi, gadis cantik berparas menarik sesekali berusaha memancing selera bicara Gatot. Tapi Gatot memang sedang tidak mood untuk bicara. Gatot cuma mengemudikan mobil dan mengawasi jalan raya menuju Cemorosewu. Dewi pun tak lagi bicara meski dalam hati kecewa karena Gatot seperti batu arca yang ada di pintu masuk desa Cemorosewu. Sampai suatu ketika Gatot akhirnya buka suara untuk pertama kalinya.
1538Please respect copyright.PENANAbqwaQ3Wtr7
“Jalan aspalnya cuma sampe sini, Mbak?”
1538Please respect copyright.PENANAdBXKQiO42R
“Iya. Dari sini sampai Cemorosewu jalannya masih tanah.” sahut Dewi.
1538Please respect copyright.PENANAtlZ5esz826
“Tidak ada jalan lain?” tanya Gatot.
1538Please respect copyright.PENANATQnAkFGknG
“Tidak ada. Kenapa, takut mogok?” tantang Dewi
1538Please respect copyright.PENANAxVvmoSgl8v
“Iya, Mbak. Saya juga takut dimarahi Pak Camat kalau sampai rusak. Ini kan mobil dinas.” jelas Gatot.
1538Please respect copyright.PENANA9XAwWvLtqz
“Ya ampun, Gatot. Ini mobil pemerintah. Kalo rusak ya urusan pemerintah. Kamu cuma perlu bilang ke Pak Camat, tidak bakal dipotong gajimu.” terang Dewi.
1538Please respect copyright.PENANAsfm0Ze4nLm
“Mbak Dewi bisa saja. Ada perlu apa ke Cemorosewu?” tanya Gatot sambil tersenyum.
1538Please respect copyright.PENANAGmhuNUkAT8
“Mengantar tumpukan berkas ini,” Dewi menunjuk setumpuk kertas yang ada di pangkuannya. Gatot cuma melirik sekilas karena tidak mau tergoda maksiat. Kalau dia memandang lama-lama tumpukan itu, sama saja dengan memandang lama-lama bonggol paha Dewi yang putih mulus karena gadis itu cuma mengenakan span tipis yang pendek sekali.
1538Please respect copyright.PENANAhDmIqyWO0e
Cemorosewu masih tiga kilo lagi. Semakin mendekati tujuan, jalan semakin tidak karuan, membuat penumpang dalam mobil juga bergerak kesana-sini mengikuti goyangan mobil. Kali ini bongkahan payudara Dewi yang menarik perhatian Gatot, benda itu terus bergerak-gerak memamerkan kesintalannya. Konsentrasi Gatot jadi terbelah, antara melihat jalan yang berlubang atau melirik susu Dewi yang bulat besar.
1538Please respect copyright.PENANAKVGJZQBf32
“Tahu jalannya begini, aku nggak bakal mau disuruh Pak Camat.” keluh Dewi, sama sekali tidak menyadari keadaan tubuhnya.
1538Please respect copyright.PENANAMVyD5ThP8A
“Iya, Mbak. Entah jalannya yang memang rusak atau pejabatnya yang korup.” sahut Gatot. Terbayang payudara putih mulus milik Murti, yang coba ia bandingkan dengan punya Dewi, yang dua-duanya langsung membuat penisnya kaku dan mengeras seketika.
1538Please respect copyright.PENANAhnMUq3SEyv
Dewi tertawa terbahak-bahak mendengar kata-kata Gatot. “Semua pejabat di negeri kita ini sudah rusak, Tot.” kata Dewi sambil berusaha menyeimbangkan tubuhnya, tapi gagal. Dia terlempar ketika mobil menghindari lubang besar, dan tepat mendarat di dada Gatot. Payudaranya yang besar mendesak Gatot begitu rupa hingga membuat penis Gatot makin menegang tak karuan. “Maaf ya, Tot.” bisik Dewi begitu menyadari, dia lekas menarik tubuh sintalnya menjauh.
1538Please respect copyright.PENANAFsELaECKe8
“Nggak apa, Mbak. Saya juga minta maaf.” suara Gator bergetar.
1538Please respect copyright.PENANAZTsQ0Dx4HL
Permintaan maaf yang tak lebih dari sekedar basa-basi, pemanis suasana hati yang penuh warna warni. Bukan hatinya Gatot, tapi hatinya Dewi. Warna hati itu mungkin sama dengan warna paras ayu yang sekarang berubah menjadi merah delima. Dan Gatot tentu tidak menyia-nyiakan manisnya delima yang duduk di sampingnya ini. Ia melirik Dewi dengan senyum penuh arti, tapi tetap berusaha menjaga wibawanya sebagai seorang laki-laki.
1538Please respect copyright.PENANA8Is6y5pSNu
“Bolehkah aku main ke rumahmu, Tot?” tanya Dewi kemudian saat sudah bisa menguasai suasana hatinya.
1538Please respect copyright.PENANABBc1ForjTc
“Boleh saja, Mbak. Tapi setiap hari, dari pagi sampai ketemu pagi, saya selalu di rumah Pak Camat.” sahut Gatot.
1538Please respect copyright.PENANAzR3iTh2KL5
“Masa sih kamu kerja nggak ada liburnya?” tanya Dewi.
1538Please respect copyright.PENANA8IEellNi8Z
“Libur ada, Mbak, tapi saya selalu lembur. Maklum banyak tanggungan.” kata Gatot.
1538Please respect copyright.PENANAX65u0PR5aJ
“Semua punya tanggungan, Tot. Saya juga punya banyak tanggungan. Hutang di bank menumpuk.” sahut Dewi.
1538Please respect copyright.PENANAMD0Thfw0Gn
Cemorosewu sudah di depan mata. Dewi memberi petunjuk kepada Gatot agar langsung menuju ke balai desa. Dewi menemui kepala desa, sedangkan Gatot seperti merasa tidak asing dengan wajah kepala desa itu. Ia teringat sesuatu yang membuatnya berdiri dengan tegang. Ia teringat salah satu wajah orang orang yang berjudi besar-besaran dengan ayahnya puluhan tahun silam. Ia juga ingat wajah salah satu begundal yang memperkosa ibundanya dan ia yakin wajah Pak Kepala Desa sama dengan wajah itu.
1538Please respect copyright.PENANAnOgUXviLYr
Ia perlahan mendekat, semakin dekat dan akhirnya bisa melihat ciri yang memperkuat keyakinannya. Tato macan Pak Kepala Desa sama dengan tato macan milik ayahnya. Perlahan Gatot meraba sesuatu di balik jaketnya dan ketika ia hendak mencabut benda itu, seketika itu pula Dewi menepuk pundaknya.
1538Please respect copyright.PENANAa68RSd4wN3
“Sudah selesai, Tot. Kita kembali ke kecamatan.” kata gadis cantik itu.
1538Please respect copyright.PENANAS7MngkJJvQ
“Oh ya… Mbak Dewi jalan saja dulu.” sahut Gatot.
1538Please respect copyright.PENANAHxxs9q0lpk
Maka Dewi pun berlalu, sedangkan Gatot memandang tajam pada Pak Kepala Desa, membuat laki-laki tua itu merasa grogi dan tak nyaman. Tapi Gatot tidak ingin membuat masalah. Ia cuma menunjukkan celurit kecil yang dulu membunuh ibunya pada kepala desa, membuat kepala desa berdiri gemetaran dan memandang takut pada Gatot.
1538Please respect copyright.PENANApQl4vQvfwI
“Dimana dua temanmu yang memperkosa ibuku?” bisik Gatot dengan suara bergetar menahan amarah. Ia tidak melepaskan jabat tangannya sehingga Pak Kepala Desa tidak bisa lari kemana-mana.
1538Please respect copyright.PENANAnNJAnzcIJP
“Saya tidak paham maksudmu,” kata Pak Kepala Desa semakin ketakutan.
1538Please respect copyright.PENANAndZWJVwYPd
Gatot melepaskan tangannya dan mengembalikan celurit kecilnya ke balik jaket. “Aku telah menemukan pemerkosa dan pembunuh ibuku,” katanya sebelum meninggalkan balai desa, meninggalkan Pak Kepala Desa yang pucat pasi setelah sadar siapa pria yang baru berhadapan dengannya. Pria dengan sorot mata penuh amarah dan dendam, pria dengan nafsu membunuh yang besar. Pak Kepala Desa langsung terduduk lesu di kursi kerjanya.
1538Please respect copyright.PENANAzC849163UL
Gatot sudah kembali bersama Dewi dan mulai meninggalkan desa Cemorosewu disertai hujan yang turun dengan lebat, membuat jalanan tanah jadi semakin becek, memperlambat laju mobil.
1538Please respect copyright.PENANAypbo3JOzwV
“Sabar ya, Mbak. Jalannya hancur.” kata Gatot.
1538Please respect copyright.PENANAc0ZyfUwioc
“Tidak apa. Aku sudah telepon Pak Camat dan bilang kalau mobilnya mogok.” jawab Dewi.
1538Please respect copyright.PENANAU2eTL8woqL
“Terima kasih, Mbak.” Gatot tersenyum.
1538Please respect copyright.PENANA4YGRvHBT3S
“Kamu kenal dengan kepala desa itu?” Dewi bertanya.
1538Please respect copyright.PENANAtDWP7O8QYk
“Tidak, Mbak. Kebetulan saja tadi ngobrol lama. Maaf kalo membuat Mbak Dewi menunggu.” Gatot berbohong.
1538Please respect copyright.PENANA8pT5HCHsIk
Butuh perjuangan keras untuk menaklukkan jalan yang lebih cocok buat arena off road itu. Kaca belakang dan samping mobil sudah dipenuhi oleh tanah liat sehingga menyulitkan pandangan. Terlanjur basah, mandi saja sekalian; itulah pemikiran Gatot. Maka iapun segera meminta pada Dewi untuk mengencangkan sabuk pengaman, setelah itu pedal gas diinjaknya kuat-kuat sampai mobil melesat menembus derasnya hujan. Dewi sampai harus berpegangan pada apa saja agar tidak terlempar kesana-kemari. Beberapa kali tubuhnya berbenturan dengan bahu Gatot, dan berkali-kali pula payudara besarnya mendarat di lengan laki-laki itu. Terasa sangat empuk dan kenyal bagi Gatot hingga membuat penisnya kembali kaku dan menegak di bawah sana.
1538Please respect copyright.PENANAxhh0Hq7xj0
Dewi bukannya tidak mengetahui, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa pasrah pada ’penderitaan’ yang membuat jantungnya seakan berhenti berdetak itu. Tapi yang aneh, Dewi seperti menikmatinya. Ia dengan ikhlas terus memberikan dadanya pada Gatot, sampai akhirnya mereka tiba juga di jalan desa yang beraspal. Gatot segera mengurangi kecepatan dan memandang penuh arti pada Dewi yang terduduk lemas di sebelahnya.
1538Please respect copyright.PENANAzonLdVrpKM
“Berhenti dulu, Tot. Kita makan di warung itu.” Dewi menunjuk warung makan yang ada di sebelah kiri jalan. Wajahnya nampak memerah padam, sementara nafasnya masih sedikit tersengal.
1538Please respect copyright.PENANA6RCmRHKXgn
“Baik, Mbak. Kebetulan saya lapar.” kata Gatot. Ia tidak pernah mengetahui kalau memek Dewi sudah sangat basah saat itu.
1538Please respect copyright.PENANAo10Lde5FQM
Gatot segera memarkir mobil di depan warung. Sudah jam satu siang. Gatot teringat pada Murti. Siapa yang menjemput Murti hari ini, sedangkan ia masih berada lumayan jauh dari kecamatan. Iapun meminjam handphone pada Dewi untuk menelpon Murti dan bilang tidak bisa menjemput. Gatot menarik napas lega karena Murti sudah ada di rumah. Ia mengembalikan handphone pada Dewi.
1538Please respect copyright.PENANArUritK0Nkn
“Terima kasih, Mbak.” katanya.
1538Please respect copyright.PENANAUsrO8Smvcg
“Mau makan apa?” tanya Dewi.
1538Please respect copyright.PENANA4tgcnQ9USj
“Sama dengan Mbak Dewi saja.” kata Gatot.
1538Please respect copyright.PENANAgPZl0o25UO
Merekapun makan dengan lahap. Dewi memperhatikan Gatot tak putus-putus, sementara Gatot tidak peduli pada apapun selain pada makanan yang ada di hadapannya. Selesai makan barulah ia sadar kalau diperhatikan. Mereka saling tersenyum. Dewi sudah akan membuka obrolan, tapi sayang seribu kali sayang mereka harus cepat sampai di kantor kecamatan. Dengan diiringi pandangan seisi warung yang mengagumi kesintalan tubuh Dewi, merekapun lekas kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan.
1538Please respect copyright.PENANAEN6JdMLXTE
Setelah mengantar Dewi ke kantor, Gatot dipanggil Pak Camat ke ruangannya. Pikiran Gatot mulai macam-macam karena tidak biasanya Pak Camat memanggilnya. Setelah berada di depan Pak Camat, ia tambah bingung karena Pak Camat tampak sangat gembira, tidak marah seperti yang ia bayangkan sebelumnya.
1538Please respect copyright.PENANAgp7aEcU8k2
“Pak Camat memanggil saya?” tanya Gatot.
1538Please respect copyright.PENANA8keqhcOKVQ
“Benar, Tot. Ada dua kabar gembira yang ingin saya sampaikan ke kamu.” sahut Pak Camat.
1538Please respect copyright.PENANAHwlzC005nU
“Kabar apa itu, Pak?” tanya Gatot penasaran.
1538Please respect copyright.PENANAfmwpOgFQQL
“Yang pertama, Murti telah resmi jadi PNS. Tadi pagi SK pengangkatannya turun.” jawab Pak Camat.
1538Please respect copyright.PENANADT7E1S91si
“Syukurlah. Saya ikut senang, Pak.” sahut Gatot.
1538Please respect copyright.PENANAPh12YEm9X2
“Kamu tidak ingin tahu yang kedua?” tanya Pak Camat.
1538Please respect copyright.PENANAoazP1GcYFq
“Kalau Pak Camat tidak keberatan memberitahu saya,” kata Gatot.
1538Please respect copyright.PENANA6se67NCPbn
“Ini tentangmu, Tot. Mulai hari ini, kamu adalah calon PNS.” kata Pak Camat.
1538Please respect copyright.PENANAlTUvFbiuc2
“Maksud Pak Camat?” tanya Gatot meski sudah bisa sedikit menebak.
1538Please respect copyright.PENANA8bISCmdds2
“Kamu jadi pegawai honorer kecamatan. Tapi itu hanya sementara. Nanti kamu akan jadi PNS.” kata Pak Camat.
1538Please respect copyright.PENANAW93UEb3EBF
“Alhamdulillah. Saya tidak pernah bermimpi sampai kesana, Pak.” ucap Gatot penuh rasa syukur.
1538Please respect copyright.PENANAvhqBcjJtVk
“Aku yang membantumu, Tot. Anggap saja sebagai imbalan karena kamu juga banyak membantuku.” kata Pak Camat.
1538Please respect copyright.PENANA0TjKO7McYA
“Terima kasih, Pak Camat. Saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan.” Gatot tersenyum gembira.
1538Please respect copyright.PENANAblHXavmvtl
“Sekarang pulanglah. Bilang ke Murti kalau aku ada kunjungan kerja sampai malam.” sahut Pak Camat kemudian, menutup pembicaraan itu.
1538Please respect copyright.PENANA2m5K6wwB5X
Gatot bergegas meninggalkan kantor kecamatan sekaligus meninggalkan Pak Camat. Ia sangat paham kunjungan kerja macam apa yang akan dilakukan oleh Pak Camat, kemana Pak Camat melakukan kunjungan, menemui siapa, semuanya ia pahami betul sebagai sesama lelaki. Ia hanya merasa kasihan pada teman semasa kecilnya yang bernama Murti. Itulah alasan ia selalu ingin berada di dekat Murti untuk sekedar menghiburnya, baik dengan kata-kata maupun dengan tubuhnya. Kalau Pak Camat bisa selingkuh, kenapa Murti tidak. Dan Gatot dengan senang hati menemani teman masa kecilnya itu.
1538Please respect copyright.PENANAF2IkpMi4NS
Begitu menginjak teras rumah Pak Camat, ia sudah disambut senyuman manis oleh Murti. “Mana Pak Camat, Tot?” tanya perempuan cantik itu.
1538Please respect copyright.PENANAIhv4dCez2E
“Pak Camat ada kunjungan kerja sampai malam,” jawab Gatot.
1538Please respect copyright.PENANAh25K1PkYcZ
Seketika senyum Murti memudar, berganti dengan wajah kecewa. “Masuklah, Tot!” ia menarik lengan Gatot ke dalam rumah.
1538Please respect copyright.PENANAvRswtTzzqE
Setelah pintu tertutup, Gatot dibuat kalang kabut karena Murti tiba-tiba memeluknya sambil menangis sesenggukan. Gatot tak tahu harus berbuat apa selain membawa Murti ke ruang tengah. Di sana Gatot melihat betapa segala sesuatunya sudah dipersiapkan; makan malam bagi Pak Camat. Gatot menghela napas memahami kekecewaan dan kesedihan yang dirasakan oleh Murti. Ia tanpa sadar telah membalas pelukan Murti secara lebih erat, membuat tubuh Murti yang molek berada lekat di dalam dekapannya.
1538Please respect copyright.PENANA4ClPGccmyB
“Aku siapkan semua ini buat suamiku, Tot.” lirih suara Murti diiringi isakan kecil.
1538Please respect copyright.PENANAX9FXvCVq5g
“Itulah resiko menjadi istri pejabat, Mur. Sabar saja ya,” Gatot tak kuasa menahan keinginannya untuk sekedar mengelus kepala Murti yang masih tertutup jilbab. Ia juga ingin menjamah bagian lain dari tubuh perempuan cantik itu, tapi belum, sekarang bukan saat yang tepat.
1538Please respect copyright.PENANA6wyFiFHqVo
Murti menyeka airmata dengan ujung lengan. Gatot menyumpahi dalam hati betapa Pak Camat telah begitu tega menyia-nyiakan seorang istri yang cantik bagai bidadari ini. Yang kesintalan tubuhnya sanggup membuat Zaskia Adya Mecca menjadi iri. Siapa yang tahan melihat pesona Murti. Seluruh komplek juga sudah mengakui sang bunga desa. Apalagi jika sudah bermuram durja seperti sekarang ini, yang sering lupa diri bahwa ia adalah wanita bersuami. Sungguh kurang ajar suami yang tega membiarkan istrinya menderita dalam sedih.
1538Please respect copyright.PENANA4PAIZ3YxkI
“Kuucapkan selamat, Mur. Kamu telah jadi PNS.” kata Gatot, tubuhnya sedikit bergidik merasakan tonjolan payudara Murti yang mendesak di depan perutnya.
1538Please respect copyright.PENANAKtcHFWioWz
“Aku ingin dengar ucapan itu pertama kali dari suamiku, Tot.” sahut Murti, tanpa merasa bersalah, ia makin mempererat pelukannya.
1538Please respect copyright.PENANA7eKV3oJoRx
“Pak Camat sangat sibuk.” suara Gatot mendadak menjadi parau karena batang besar yang ada di balik celananya perlahan mulai bangkit dan mengeras. ”Oh ya, maaf aku tadi tidak menjemputmu.” tambahnya.
1538Please respect copyright.PENANA5gFgVcxWSA
“Tidak apa. Aku diantar Aisyah. Sekarang makan saja bareng aku, ya?” tawar Murti dengan senyum menawan.
1538Please respect copyright.PENANA7AcVsjYLn0
“Semakin sering bersamamu, aku semakin merasa tak bisa mengontrol diri, Mur.” kata Gatot terus terang.
1538Please respect copyright.PENANA3ZAGJ6TcWw
”Tidak masalah, toh Pak Camat juga semakin jarang pulang. Kalau bukan kamu, siapa lagi yang akan menemaniku?” jawab Murti. Ia memang nekad bila berada di dalam rumah bersama Gatot. Sejak mereka ’melakukannya’ Murti tidak malu lagi bila duduk berdua dengan Gatot. Ia tidak risih menampakkan hal-hal yang seharusnya disembunyikan sebagai wanita bersuami. Kenapa tidak? Toh mereka sudah sering telanjang berdua akhir-akhir ini.
1538Please respect copyright.PENANA0g97gMQjlH
Sungguh beruntung si Gatot, bisa melihat bentuk tubuh Murti yang bohay secara utuh. Ia melirik tajam pada sepasang paha Murti yang sengaja diongkang-ongkangkan, yang membuat baju panjangnya jadi tersingkap hingga ke pinggang, menampakkan kulit pahanya yang halus mulus serta kencang. Juga dada montok milik Murti yang terus digoyang-goyangkan selama perempuan cantik itu menyiapkan makan malam bagi Gatot.
1538Please respect copyright.PENANAJGMNnIPCld
“Sudah berapa tahun kamu menduda, Tot?” tanya Murti dengan desah menggoda.
1538Please respect copyright.PENANApc7MUKGSvS
“Aku tidak pernah menghitungnya, Mur.” Gatot tak berkedip menatap teman masa kecilnya itu, yang kini sudah tumbuh menjadi wanita dewasa yang mulus sempurna.
1538Please respect copyright.PENANAwq1OJSvS5z
“Rasanya aku juga ingin menjanda saja, Tot. Biar bebas.” kata Murti.
1538Please respect copyright.PENANAL7aKT3xe9b
“Menjanda justru tidak baik, Mur. Omongan orang selalu usil.” sahut Gatot.
1538Please respect copyright.PENANAIgnzc4UZPK
“Peduli setan sama omongan orang. Selama ini aku sudah kebal berbagai gosip, termasuk gosip tentang suamiku yang punya istri muda.” sergah Murti.
1538Please respect copyright.PENANAM6PhuPZqsq
“Yakinlah, Pak Camat tidak seperti itu. Aku selalu bersama suamimu dan aku tahu dia suami yang baik.” kilah Gatot. Ia mengangguk meski dalam hati menggeleng. Pak Camat memang bukan suami yang baik. Pak Camat juga bukan pria yang alim. Pak Camat sama seperti dirinya. Hanya saja Pak Camat punya cara tersendiri untuk berbuat nakal. Dia adalah orang yang tahu seperti apa kenakalan Pak Camat. Dirinya jugalah satu-satunya orang yang tahu kenakalan istri Pak Camat.
1538Please respect copyright.PENANAcN03MEscTI
“Kamu bukan anak kecil lagi, Mur.” kata Gatot.
1538Please respect copyright.PENANAFVR0BrLZXG
“Memang bukan. Tapi aku ingin mengulangi masa-masa kecil yang kita jalani bersama, Tot.” sahut Murti, senyumnya makin kelihatan menggoda.
1538Please respect copyright.PENANALlnvPD8dND
“Itu tak mungkin, Mur.” lirih Gatot, berusaha keras menekan gemuruh di dalam dadanya yang bidang.
1538Please respect copyright.PENANAtO9qc9pR0f
“Siapa bilang tak mungkin?” Murti mencubit perut Gatot kuat-kuat. Awalnya Gatot masih bisa menahan, tapi karena cubitan Murti terasa makin menggigit, iapun tak punya pilihan selain balas mencubit perut Murti. Berawal dari cubit mencubit, kemudian berkembang jadi saling kejar dan saling menjatuhkan.
1538Please respect copyright.PENANAXRi1pwqL5x
“Jangan memancingku, Mur.” seru Gatot sambil menggeleng. Sudah terlihat tonjolan besar di depan selangkangannya akibat gesekan tubuh montok Murti.
1538Please respect copyright.PENANABZsMIIxUav
“Aku akan menangkapmu, Tot.” seperti tidak peduli, Murti terus menggodanya. Mereka berkejaran sampai ke dalam kamar. Di situlah Murti dan Gatot seperti anak kecil yang bodoh. Saling raba sana-sini dan cium ini-itu. Murti sendiri yang melepas baju panjang dan dalamannya, lalu merenggut paksa tubuh Gatot dalam kekuasaannya. Ia menuntun Gatot untuk melakukan sesuatu yang tak seharusnya mereka lakukan. Itulah momen kejatuhan Gatot.
1538Please respect copyright.PENANAehEfkv5i9M
Kesempurnaan yang dimiliki Murti ditelannya bulat-bulat tanpa ada yang tersisa. Desah dan rintih mengalir bersama cucuran keringat yang meminyaki tubuh telanjang mereka berdua, melicinkan jalan bagi setan untuk menancapkan kuku maksiat ke hati keduanya. Murti dan Gatot telah benar-benar terjatuh bersama ke dalam jurang perzinahan. Tidak ada lagi yang menghalangi kemaksiatan mereka, sekalipun itu suara azan.
1538Please respect copyright.PENANAcDQhYTEYss
Ya, saat itu Azan Isya’ terdengar, tapi telinga mereka telah terkunci oleh kenikmatan orgasme yang memuncak. Dan mencapai klimaks ketika cairan keduanya tercecer di mana-mana. Sebagian dari muntahan itu bersarang telak di rahim Murti, sisanya yang tak tertampung tumpah ruah ke atas ranjang. Murti dan Gatot menggelepar kelelahan, baik fisik maupun batin. Namun mereka tampak sama-sama puas, bahkan keduanya seperti menginginkannya lagi.
1538Please respect copyright.PENANAuB6qMpcVAv
“Aku memang ditakdirkan menjadi pendosa, Mur.” bisik Gatot sambil mengelus dan meremas-remas payudara putih mulus milik Murti.
1538Please respect copyright.PENANAq8edknu8Jv
“Kita tanggung dosa ini bersama, Tot.” balas Murti sambil memeluk Gatot dan mengocok pelan batang penis laki-laki itu.
1538Please respect copyright.PENANAepcPQNCKQZ
Gatot balas memeluk Murti, merengkuh istri Pak Camat itu erat-erat ke dalam dekapannya. ”Dosa yang sepertinya tidak akan pernah bisa aku tolak.” bisiknya mesra.
1538Please respect copyright.PENANA1AnFoAPFEy
Murti mencoba untuk tersenyum. “Aku tak pernah sehebat ini bila bersama Pak Camat, Tot.” terangnya. Murti masih punya gairah untuk sekedar memberi suguhan terakhir pada Gatot. Tidak sedahsyat yang pertama, tapi sudah cukup sebagai penutup segala kemaksiatan yang tercatat di tangan Tuhan sebagai perbuatan laknat.
1538Please respect copyright.PENANATvwNhCUtAK
Dan Gatot dengan senang hati menerimanya, apalagi saat handphone Murti berbunyi, tanda kalau ada pesan singkat yang masuk.
1538Please respect copyright.PENANA2mV0m8OkGY
”Dari Mas Joko, Tot, dia pulang telat.” terang Murti begitu selesai membacanya.
1538Please respect copyright.PENANAw1078R2MRS
Gatot langsung memeluk teman masa kecilnya yang cantik itu dan lekas melebarkan kedua kaki Murti hingga tampaklah belahan vaginanya yang basah sempurna. ”Berarti ada waktu bagi kita untuk mengulangi sekali lagi, Mur.” bisik Gatot sambil menggesek-gesekan kontolnya di permukaan vagina sempit Murti.
1538Please respect copyright.PENANAK0IGf9Jy8k
”Ahh… iya, Tot.” rintih Murti saat Gatot mulai menekan ujungnya, senti demi senti benda itu mulai memasuki tubuhnya, agak sedikit tersendat karena Murti merasa kegelian, namun perlahan tapi pasti penetrasi itu terus tejadi sampai akhirnya batang penis Gatot amblas seluruhnya, masuk sepenuhnya memenuhi celah kewanitaan Murti.
1538Please respect copyright.PENANAbbq61FZXD8
”Ughh… Mur!” Gatot melenguh menikmati jepitan dan kehangatannya yang begitu menggigit.
1538Please respect copyright.PENANAOcTXTOUiGn
Wajah Murti agak sedikit mengernyit, apalagi saat Gatot mulai menggerakkan penisnya maju mundur secara perlahan. Setiap tusukannya terasa begitu tajam dan dalam. Suara gesekannya terdengar begitu merdu, dipadu dengan rintihan lirih yang keluar dari bibir manis Murti, sempurnalah ritual persetubuhan mereka malam itu.
1538Please respect copyright.PENANAJV6DTz2EoE
Gatot menatap payudara Murti yang berguncang-guncang pelan akibat gerakannya. Ia segera memeganginya. Sambil kembali memijit dan meremas-remasnya, mata Gatot berpesta pora menikmati tubuh indah dan putih mulus milik Murti yang sekarang berada di dalam dekapannya. Ia sungguh beruntung bisa mendapatkan wanita ini, perempuan teramat cantik dan seksi yang sudah disia-siakan oleh suaminya yang bodoh.
1538Please respect copyright.PENANASIRcykZRPe
”Auw, Tot!” kepala Murti terlempar ke kiri dan ke kanan menerima tusukan dari Gatot yang semakin lama terasa semakin kuat. Matanya tertutup, tapi bibirnya yang merah merekah terlihat begitu indah.
1538Please respect copyright.PENANAa7DpMGa4vl
Gatot segera mengecup dan melumatnya mesra. ”Mmh… Mur,” panggilnya. Murti hanya mengangguk sambil membalas ciuman itu. Mereka berpagutan sejenak sebelum Gatot mengalihkan mulutnya ke puncak payudara Murti yang membusung indah, laki-laki itu mencucup dan menjilati putingnya secara bergantian sementara pinggulnya terus bergerak cepat di bawah sana, menusuk dan mengobrak-abrik memek sempit milik Murti hingga membuat benda itu jadi semakin basah dan lengket.
1538Please respect copyright.PENANAgpqgUEWyGZ
”Arghh… Tot!” pekik Murti saat Gatot makin menambah kecepatannya, suara becek dua organ kelamin yang saling bergesekan kian memenuhi ruangan kamar, tentu saja sambil diiringi melodi rintihan dari Murti dan Gatot. Hawa malam yang dingin tak mampu lagi menahan panas tubuh mereka berdua, peluh keduanya sudah meleleh dan saling bercampur menjadi satu.
1538Please respect copyright.PENANAsQKJuaaJz0
Gatot melipat kedua paha Murti ke atas hingga lututnya nyaris menyentuh bulatan payudaranya, dengan begitu tusukan kontol Gatot jadi makin dalam menghujam liang senggama milik perempuan cantik itu.
1538Please respect copyright.PENANALwgWYwAqBH
”Oouh… Tot, nngh… ahh!!” rintih Murti setengah memekik saat melepaskan cairan orgasmenya.
1538Please respect copyright.PENANAjiUPKQHGeb
Tak peduli dengan semprotan deras dari liang sempit Murti, Gatot terus menggerakkan penisnya. Ia juga merasa sudah hampir sampai. Kedutan dan jepitan vagina Murti makin menambah daya rangsangnya. Akibatnya, tak lama kemudian biji pelirnya pun mengerut kaku lalu… dengan satu tusukan terakhir, Gatot mengantar semburan demi semburan spermanya membanjiri alat kelamin Murti yang masih memuntahkan isinya.
1538Please respect copyright.PENANATddnecWI8I
Mereka terus menguras nafsu masing-masing hingga Gatot yang kelelahan duluan, rebah di atas tubuh sensual milik Murti. Ia mencoba mengatur nafasnya sambil menjilati puting Murti yang terlihat menonjol indah di depan hidungnya. Murti merangkul dan mengelus-elus punggung Gatot yang bermandikan keringat penuh rasa sayang, ia membisikan kata-kata mesra ke telinga laki-laki itu, bagai seorang gadis muda kepada kekasihnya.
1538Please respect copyright.PENANAvCIFFMCFDf
“Aku harus pulang, Mur.” kata Gatot saat merasakan penisnya mulai mengkerut dan mengecil pelan.
1538Please respect copyright.PENANA6TDpuSqJck
“Jangan, Tot, aku masih pingin kamu temani.” Murti menahan badan Gatot yang sudah akan beranjak meninggalkan tubuhnya.
1538Please respect copyright.PENANAxwUv4PQDVs
“Maaf, Mur, nanti bisa dipergoki sama suamimu.” Gatot mencabut penisnya. ”Lagian, aku ingin cari berita ke kantor polisi.” tambahnya sambil memperhatikan cairan putih pekat yang mengalir keluar dari celah liang vagina Murti yang merah merekah, menciptakan danau kecil di atas sprei.
1538Please respect copyright.PENANAfzpHTta2lF
“Ya sudah. Kalau mau balik ke sini, pintu belakang nggak kukunci.” sahut Murti sambil merebahkan tubuh sintalnya ke atas ranjang.
1538Please respect copyright.PENANARbSDTEhtsu
Gatot menatapnya tanpa berkedip. Sebelum pergi, ia memeluk dan memagut mesra bibir teman masa kecilnya itu, bak sepasang kekasih yang bakal lama tak bertemu. “Jangan, Mur. Pak Camat pasti pulang sebentar lagi.”
1538Please respect copyright.PENANAKDhbWx9GD4
Sehabis berkata, ia pun pergi dengan sejuta rasa di dalam hati. Jalan terang yang baru saja datang telah kembali berubah dengan begitu cepat menuntunnya menyusuri kegelapan. Dosa telah kembali tercipta dan itu pasti membawanya ke jurang neraka.
1538Please respect copyright.PENANA8hTwsM3C4Z
Gatot cuma sebentar saja masuk ke rumahnya lalu keluar lagi dengan jaket hitam gelap, celana hitam, helm hitam, dan tak lupa menyelipkan sesuatu di balik jaket. Ia memanasi motornya sejenak lalu melesat menembus rinai gerimis hujan. Malam benar-benar hitam pekat. Sesekali petir menyambar berkilat-kilat. Gatot tidak pergi ke kantor polisi sebagaimana yang ia katakan kepada Murti. Ia berbohong kepada gadis itu. Sebenarnya Gatot menuju ke desa Cemorosewu. Ada tugas maha penting yang harus secepatnya ia rampungkan demi ketenangan hati.
ns 15.158.61.6da2