Nita tanpa malu-malu menatap wajahku yang mendadak menjadi begitu tegang. Dada kami berdua saat ini mungkin sama-sama saling bergemuruh satu sama lain, aku bisa membacanya dari gerak tubuh serta mimik wajah Nita. Entah kenapa di momen seperti ini kepolosan wajah Nita makin membuatnya terlihat begitu menggairahkan. Zahra mungkin jauh lebih cantik, tapi Zahra tak memiliki faktor kepolosan dan keluguan natural yang dimiliki oleh Nita.
Pelan namun pasti tubuh kami mulai saling mendekat, kedua matanya tertutup seiring dengan kepalanya yang menghilangkan jarak dari kepalaku. Saat akhirnya bibir kami saling menempel, aku bisa merasakan desah nafas pelan di antara celah bibirnya yang sedikit terbuka. Aku menyadari jika ini mungkin pertama kalinya bagi Nita berciuman, maka dengan sedikit pengalamanku, aku mulai membimbingnya. Kecupa pertama, kedua dan seterusnya akulah yang memegang kendali. Tanganku mulai merengkuh kepalanya, sebelum kembali memagut bibirnya dengan lembut.
"Eeemmcchhhh...Maass..." Desah Nita di tengah percumbuan bibir kami. Kata yang keluar dari bibirnya tanda sebuah kepasrahan yang makin membuat birahiku membuncah.
Berciuman dengan remaja belasan tahun bagi pria matang sepertiku rupanya memberi efek ganda. Sensasi kepolosan bercampur dengan sedikit kebinalan yang ditawarkan Nita makin membuat jiwa jalangku ingin terus berpetualang. Nita mungkin tak selihai Zahra dalam berciuman, tapi entah kenapa pengalaman ini justru memancing superioritasku sebagai seorang lelaki. Aku mendapati diriku menjadi seorang pemimpin yang tak bisa dibantah, apalagi Nita sudah berikrar untuk melayaniku sebaik mungkin sebagai seorang istri. Alih-alih mengkhianatiku seperti Zahra, Nita justru takluk dan tunduk akan kemauan birahiku.
Posisi kami masih saling berhadapan, cukup lama kami berciuman. Nita mulai bisa mengikuti ritme ciuman bibirku. Pagutan-pagutan bibirku dibalasnya sesekali sambil diiringi desahan manja. Lambat laun birahi menuntun Nita untuk terbiasa dalam percumbuan, lidahnya mulai ikut memainkan peran, menjilatiku, bertukar liur denganku.
Rupanya Nita cukup cepat belajar, bibir atas dan bawahku bergantian dihisapnya. Tak ada lagi rasa canggung dalam dirinya, Nita membalas setiap cumbuan bibirku dengan tak kalah liarnya. Tanganku pun mulai meraba payudaranya yang mungil, kulihat dia tetap diam saja tidak bereaksi dan tetap berkonsentrasi pada ciumannya. Tangan serta jemariku yang leluasa menangkup daging kenyal itu pun bergerak liar. Meremasnya perlahan, memilin puting gadis remaja yang baru aku nikahi itu.
"Emmmhhh..."
Hanya itu yang terdengar dari mulut Nita. Ciumanku pun mulai turun mengarah ke payudaranya, aku hisap lembut putingnya dan sesekali aku remas daging payudaranya dengan kedua tanganku. Cukup lama aku bermain di sana, Nita hanya bisa melenguh dan terkadang meremas rambutku sembari terus mendesis menikmati sensasi hangat dan basah dari bibir serta lidahku.
"Emmmh.....Mas Azam... "
Aku pun menghentikan seranganku ke payudaranya, Aku tatap wajahnya, kali ini hanya birahi yang ada di dalam mata Nita, segala macam kepolosan serta keluguan yang terlihat sedari tadi nyaris hilang begitu saja bak ditelan bumi. Nafsu dan birahi telah sepenuhnya menguasai istri keduaku ini. Tak mau membuang waktu, aku bergegas melepas seluruh pakaianku hingga telanjang bulat, sejenak Nita sedikit terperangah saat menyaksikan tubuh polosku dengan penis mengacung tegak sudah bersiap di sisi ranjang. Gadis cantik itu sampai menggigit bibirnya sendiri saat aku kembali merangkak mendekati tubuhnya. Kurebahkan tubuh mungilnya di atas ranjang sembari sesekali aku mengecupi bibirnya.
Saat kami sudah saling merebah, Aku kembali menciumi bibirnya. Diiringi desah lembut nafasnya yang wangi, Nita membalas ciumanku dengan begitu mesra. Kami bercumbu selayaknya pasangan pengantin baru yang belum pernah melakukan ini sebelumnya. Jemariku pun perlahan mulai turun menyusuri tiap jengkal liuk tubuh Nita yang belum pernah terjamah oleh siapapun. Lenguh panjang mengiringi aksiku saat ujung jemariku berhenti di antara celah bibir kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu tipis.
"Ouucchhhh...Mas Azam...."
"Kenapa? Sakit ya?" Tanyaku khawatir, Nita menggeleng lemah sembari menggigit bibirnya sendiri. Sungguh pemandangan yang begitu eksotis.
Ciumanku mulai turun kembali ke payudaranya dengan tanganku masih terus bermain di vagina. Jemariku pelan menggesek permukaan liang senggamanya, sementara bibir serta lidahku asyik mengerjai payudara Nita dengan hisapan serta jilatan-jilatan lembut. Semakin lama permainan jariku di vaginanya membuat area sensitif itu menjadi lembab dan basah. Aku pun membuka kakinya agar semakin melebar, terlihat olehku vagina yang merekah, basah dan lembab, aromanya begitu khas, semakin memacu birahiku. Vagina seorang perawan.
"Mas Azam mau ngapain?" Tanya Nita saat kepalaku bergerak turun menyasar area selangkangannya. Pandangan matanya nanar, kedua pahanya reflek kembali menutup, beruntung tanganku lebih cepat mencegahnya.
"Nita percaya sama Mas Azam kan?" Nita terdiam, aku tak tau apa yang sedang dipikirkannya saat ini. Namun beberapa detik kemudian gadis cantik itu mengangguk lemah.
"Mas Azam akan bikin Nita keenakan malam ini." Kataku sembari menurunkan posisi kepalaku hingga tepat berada di dekat liang senggamanya.
"Eiicchhh! Mas! Mau diapain??" Pekik Nita saat bibirku mulai menciumi permukaan vaginanya.
"Mas mau jilatin memek Nita." Dengusku tak tahan, jujur aroma vaginanya yang masih perawan langsung jadi candu bagiku.
"Ta-Tapi itu kotor Mas....Aaachhhhhh..."
Seketika kalimat Nita terpotong begitu saja saat lidahku tanpa ampun menjilati permukaan vaginanya. Kedua tanganku memegangi kedua pahanya agar tetap terbuka lebar. Bibir serta lidahku memainkan peran keduanya menyapu garis kemalua Nita dari atas ke bawah tanpa sedikitpun bagian yang terlewat.
"Arrrggghghh! Mas Azaamm!! Aaacchhh..."
Nita merintih menikmati tiap jilatan lidahku pada area sensitifnya. Terkadang Aku coba masukan lidahku ke dalam vaginanya, membuatnya merasakan sensasi geli dan menggoyang-goyangkan pinggulnya. Ditengah jilatan lidahku, aku juga menggunakan ujung jemariku untuk menggesek-gesek klitorisnya yang memerah. Jilatan lidah dipadu dengan gesekan ujung jariku pada klitorisnya sukses membuat tubuh mungil Nita menggelinjang tak karuan. Desah manja dari bibirnya berganti menjadi erangan parau tanda keputusasaan.
"Uurrggghh! Mas....Ya Allah ini enak banget!!!" Pekiknya tak tertahan.
Aku sempat mengrenyitkan dahi dan tanpa sadar menghentikan aksi nakalku saat mendengar Nita sampai menyebut nama Allah untuk menggambarkan kenikmatan yang mendera tubuhnya. Apakah ini juga bagian dari pengajaran yang diberikan oleh Ustadz Hilman?
"Kenapa berhenti Mas?" Tanya Nita membuyarkan lamunanku.
"Nggak apa-apa kok." Jawabku buru-buru.
Aku kembali melanjutkan aksi cabulku pada vagina Nita, kali ini jilatan lembut lidahku bergerak makin cepat mengeksplorasi seluruh jengkal permukaan liang senggamanya. Aku tak lagi menggunakan ujung jariku untuk merangsang klitorisnya, melainkan dengan cara menghisapnya menggunakan mulutku. Dari yang hanya meremas permukaan kain seprei, kedua tangan Nita beralih menjambak rambutku dan menekan kepalaku ke arah vaginanya seolah tak ingin jika aksi liarku kembali berhenti, racauan dan jeritan kecil terdengar saling bersahutan dari bibirnya.
"Ya Allah!! Allah!! Enak banget Ya Allah!!!" Teriak Nita sambil mengangkat pantatnya. Entah kenapa racauan Nita yang diselingi menyebut nama Allah makin membuatku bersemangat meneruskan aksiku pada vaginanya.
"Aaaaarggggghh! Ssssshhhhhhh! Emmmhhhhhh! Maass!! Nita mau pipis!!!!"
Tubuh Nita mengelinjang, beberapa saat kemudian dia menegang seolah menahan sesuatu yang hendak keluar dari dalam tubuhnya, matanya tertutup dan pahanya dengan kuat menjepit kepalaku. Deru nafas lirih terdengar diiringi racauan-racauan lemah, Aku menyadari jika Nita baru saja mendapatkan orgasmenya yang pertama. Aku menghentikan jilatanku dan hisapan pada vaginanya. Nita diam sejenak sembari memulihkan kesadarannya dari rasa nikmat yang menghujaminya, senyumnya mengembang saat menatap wajahku.
"Gimana, enak kan?" Godaku sebelum mendaratkan ciuman pada keningnya.
"Enak banget Mas. Maaf ya Mas, tadi Nita ngencingin Mas Azam." Jawabnya, tak berselang lama istriku bangkit dan duduk di sebelahku.
"Itu bukan kencing sayang, tapi itu orgasme. Puncak tertinggi kenikmatan dalam persetubuhan." Kataku menjelaskan.
"Jadi sekarang Nita udah nggak perawan lagi ya?" Tanyanya dengan sangat polos. Aku tersenyum mendengarnya.
"Nita masih perawan, kan kontol Mas Azam belum masuk, tadi baru dijilatin doang." Kataku lagi, Nita melirik ke arah selangakanganku, penisku masih mengeras sempurna.
"Duh, gimana rasanya dimasukin kontol segede ini ya..." Ujarnya lirih sembari tanpa malu-malu membelai batang penisku dengan tangannya yang lembut.
"Nita takut?"
"Takut sih nggak Mas, Nita cuma penasaran aja, kan baru ini Nita ngewe." Aku mengecup bibirnya yang tipis, Nita membalas dengan hangat dan mesra.
"Emutin dulu ya..." Kataku
Tanpa ragu-ragu Nita beranjak menuju bagian bawah tubuhku. Jemarinya kembali membelai lembut batang penisku sebelum kemudian meremasnya perlahan lalu dilanjutkan dengan gerakan mengocok. Nita masih belum terbiasa, gerakan tangannya masih sedikit kaku dan canggung, bisa aku maklumi karena inilah kali pertama dia memegang dan mengocok batang penis seorang pria. Namun pelan-pelan Nita mulai bisa menyesuaikan genggaman tangannya pada pusakaku, gerakan tangannya yang naik turun pun beritme. Gadis polos ini sepertinya begitu cepat belajar untuk urusan sex.
"Emutin sayang..." Perintahku beberapa saat kemudian.
Nita merundukkan kepalanya, sejenak dia hany terdiam sembari memperhatikan bagian ujung penisku yang sudah mengeluarkan cairan precum. Diolesnya cairan itu dengan ujung jempolnya, membuatku begidik geli. Gadis cantik itu rupanya ingin bermain-main dengan penisku, Nita tersenyum lucu sebelum kemudian mulai mengecupi ujung peniskku dengan bibirnya yang tipis.
"Occhhhh...Sayang..." Desisku.
"Kenapa Mas? Sakit ya?" Tanya Nita dengan mimik wajah khawatir.
"Nggak sayang, lanjutin, enak banget rasanya..." Kataku.
Nita kembali melanjutkan aksinya, setelah puas mengecupi ujung penisku, gadis itu mulai membuka mulutnya yang mungil. Seketika sensasi hangat dan basah langsung menjalari hampir seluruh batang penisku saat Nita mengulumnya. Sama seperti sebelumnya, Nita masih begitu canggung, bahkan beberapa kali batang penisku terasa seperti tergigit karena bersentuhan langsung dengan giginya. Aku tak mau mengeluh, aku biarkan Nita membiasakan diri dulu.
"Eeemmcchhh...Emmcchhhh..."
Hanya itu yang terdengar dari bibir Nita yang disesaki batang penisku. Kepalanya bergerak naik turun dengan mulut penuh oleh lesakan batangku. Liurnya beberapa kali menetes keluar, pemandangan yang membuatku begitu takjub dan tentu saja makin membakar birahiku. Hisapan-hisapan lembut ditambah jilatan pada lubang kencing membuatku merasakan sensasi kenikmatan luar biasa. Cukup lama Nita mengulum batang penisku, Aku merasa sudah saatnya untuk mulai melakukan penetrasi ke dalam vaginanya. Aku cium bibir istriku dan membaringkannya, kali ini aku duduk tepat di bawah selangkangannya, Aku membuka lebar kedua kakinya. Terlihat vaginanya masih basah dan becek oleh air liurku tadi, perlahan aku mengarahkan penisku ke vaginanya.
"Sshhhhh...Mas...."
Nita mendesis kencang ketika ujung penisku berusaha untuk menerobos masuk dan mengambil mahkota kewanitaannya. Setiap kali aku berusaha menekan pinggulku ke bawah, tubuh Nita secara reflek langsung bergerak liar dan membuat lesakan penisku meleset dari sasaran. Berkali-kali aku mencoba namun hasilnya tetap sama. Aku rundukkan tubuhku, kuciumi bibir tipis Nita agar membuatnya lebih tenang.
"Tahan sebentar ya sayang, sakit cuma sebentar aja kok..." Ujarku lirih, Nita hanya mengangguk pelan seolah sudah memasrahkan seluruh hidup dan matinya padaku.
Nita memegangi lenganku saat aku kembali berusaha membobol liang senggamanya yang masih perawan. Aku fokuskan seluruh berat tubuhku pada pinggul, satu tanganku membantu batang penisku menemukan celah sempit pada rahim Nita. Ketika aku yakin jika penisku sudah berada di jalur yang tepat, aku dorong pinggulku ke bawah dengan kekuatan penuh.
"AARRGGHHTTT!!!! MAASS SAKIITTT!!!!"
"Ssstttt...Tahan sebentar sayang..."
Celah sempit itu mulai terbuka, tak mau kehilangan momen aku menambah doronganku hingga membuat ujung penisku menyeruak masuk ke dalam vagina Nita. Gadis polos itu sampai meneteskan airmata, aku tak tega melihatnya, tapi semuanya sudah terlanjur basah. Birahi dan kepungan nafsu telah membutakanku, maka dengan sekali hentakan saja seluruh batang penisku behasil menerobos masuk dan merobek selaput dara Nita.
"Aaacchhhhh! Mas Azam!!!!!"
Kedua tangan Nita meremas keras pergelangan tanganku saat liang senggamanya disesaki oleh batang penisku. Kukecupi bibir serta pipinya, berusaha untuk membuatnya kembali tenang. Kudiamkan beberapa saat penisku di bawah sana agar meskipun dinding vagina Nita terasa begitu menjepitnya. Kubiarkan Nita mengurai rasa sakitnya terlebih dahulu.
"Masih sakit sayang?" Tanyaku beberapa saat kemudian.
"Iya Mas...Perih banget..."
"Maafin Mas ya sayang..."
"Iya Mas, nggak apa-apa."
"Mas goyangin ya?"
"Heem...Tapi pelan ya Mas...Masih sakit..."
"Iya sayang..."
Perlahan aku pun mulai memaju mundurkan penisku di dalam vaginanya, kulakukan dengan sangat perlahan agar otot otot vaginanya mulai membiasakan dengan penisku. Untuk kesekian kalinya kulumat bibirnya, Nita membalas ciumanku dengan sesekali menggoyangkan pinggulnya mengikuti gerakan penisku. Ciumanku mulai turun ke arah payudaranya, kuhisap lembut putingnya sambil terus menghujam vaginanya dengan penisku. Kurasakan vaginanya sudah basah sekali.
"Acchhhh! Mas Azam!! Enak banget Ya Allah....Ucchhhh...Ewein Nita terus Mas..." Racau Nita, sepertinya gadis ini sudah melupakan rasa sakitnya dan berganti dengan rasa kenikmatan dunia.
Nita terus mengikuti irama tusukan penisku, pinggulnya bergerak naik turun, sementara Aku terus menghujamkan penisku keluar masuk dengan kecepatan yang semakin lama semakin cepat. Nita semakin menikmati permainan ini, sesekali dia mencengkram lengan kekarku, menahan tubuhnya agar tetap berada di bawahku.
"Sayang, gantian Kamu yang di atas ya?" Kataku setelah hampir 10 menit menyetubuhinya dari atas.
Aku segera merebahkan diri setelah sebelumnya Aku cabut penisku dari dalam vagina, dan menuntun Nita untuk naik ke atas badanku. Terlihat jelas batang penisku berubah warna menjadi sedikit merah karena cipratan darah keperawanan. Perlahan Aku masukan kembali penisku ke dalam vaginanya yg sudah sangat basah, kali ini tidak terlalu susah peniskupun langsung masuk sepenuhnya. Tanpa harus diminta, Nita mulai menggenjot tubuhku dari atas, awalnya perlahan, namun lama kelamaan goyangannya berubah menjadi lebih cepat. Kedua payudaranya bergerak liar mengikuti irama tubuhnya, sesekali Aku mainkan kedua putingnya yang mengeras menggunakan tangan. Aku tarik-tarik hingga membuatnya menjerit tertahan.
"Emmhhhhhh ... !"
Nita mencengkram lenganku, sementara Aku merasakan penisku seperti disedot-sedot oleh lubang vaginanya. Tiba-tiba Nita berhenti bergerak tapi dari dalam, dinding vaginanya seperti mencengkram seluruh bagian penisku.
"Aaaaacchhhh! Sayang ! Enak banget !" Lenguhku.
"Ayo Mas keluarin pejumu!" Nita kembali menggenjot tubuhku dari atas, kali ini dia bergerak cukup cepat dan keras.
PLOK !
PLOK!
PLOK!
Bunyi tumbukan pantatnya dengan pahaku terdengar cukup keras, bersahutan dengan desahan kami berdua. Aku mencengkram pinggulnya, sementara mulutku melahap dengan buas kedua putingnya secara bergantian. Aku merasakan sebentar lagi penisku akan menyemburkan sperma.
"Kencengin Sayang! Sebentar lagi mau muncrat! Eeeemmmhhh!" Perintahku, Nita mempercepat goyangannya, kedua tangannya menarik leher belakangku, tubuhnya meliuk-liuk keras.
"Ayo Mas, keluarin pejumu yang banyak! Acchhhhh!!"
Tak lama aku merasakan dorongan keras dari dalam penisku, ejakulasiku sebentar lagi akan datang. Buru-buru Aku jatuhkan tubuhnya, sesaat aku mengocok sendiri batang penisku menggunakan tangan, sementara Nita langsung jongkok di bawah tubuhku. Aku arahkan ujung penisku ke wajahnya yang sudah siap menerima semprotan sperma dari batang penisku.
CROOOTTT !!! 26529Please respect copyright.PENANAf0RBExQdAv
CRROOTTTTT !!! 26529Please respect copyright.PENANAQZbHAjLdf3
CROOOOTTTTT!!
"Aaaaaacccccchhh!!!! Aaaacchhhhhh!!!!!" Erangku saat semburan spermaku keluar, membasahi wajahnya yang cantik.
"Eeeemmmcchhhhh! Anget Mas..."
Ucap Nita saat semprotan spermaku membasahi sebagian besar area wajahny. Tak lama, Nita kembali mengulum batang penisku, menghisapnya perlahan, menjilati sisa-sisa sperma yang masih tertinggal. Aku merasakan sensasi geli dan ngilu, Aku belai rambutnya, dia menatapku sambil terus menjilati batang penisku yang baru saja berejakulasi.
26529Please respect copyright.PENANAz9tPbi92vr
BERSAMBUNG
26529Please respect copyright.PENANAzCC38w8nqd