Sehabis Bopeng dan temannya berkumpul di warkop yang dekat dengan kerjaannya. Lalu merekapun masuk untuk kembali bekerja.
Di kerjaan, dia berjalan masuk menuju ke lorong tempat dirinya. Dirinya sedikit keheranan dengan 2 orang yang sedang berdiri di depan lorong miliknya ini.
Satu orang itu merupakan Yani, salah satu bawahannya yang di tempatkan di bagian yang sama dengannya. Dan satu lagi karyawan baru, karena wanita ini masih mengenakan setelan karyawan training yaitu hitam putih.
"Nah ini sa, Leader kita namanya Pak Reza", sambut Yani saat kehadiran Bopeng. Wanita yang dipanggil sa itu langsung menengok ke arah Bopeng. Lalu dia memperkenalkan diri kepada Bopeng.
"Siang Pak, aku Sasa karyawan baru yang di tempatin di bagian ini", ucap Sasa memperkanal diri kepada Bopeng.
"Hmm Reza", Bopeng juga memperkenalkan diri pada Sasa ini.
"Pak, Sasa ini karyawan baru yang bakal di tempatin di bagian kita nih pak", kata Yani menjelaskan.
Bopengpun mendengarkan penjelasan dari Yani tentang Sasa ini yng baru saja masuk dalam bagiannya. Diliriklah diri Sasa yang masih berdiri memandangnya bingung. Memperhatikan wajah hingga seluruh tubuhnya dari atas hingga kaki. Sasa kebingungan dengan mata Bopeng yang seakan akan ingin menerkam dirinya.
"Liatinnya biasa aja kali pak, ampe takut anak orang", ucap Yani. Lalu Bopeng tersadar akan ucapan Yani itu.
"Santai aja kali yan, kan kita punya mata emang sengaja buat ngeliat", balasnya ke Yani sambil mengedipkan mata.
"Yaudah kamu sama Yani dulu ya banyak belajar tentang bagian ini", setelah itu Bopeng meninggalkan mereka.
"Ckck tak menarik", ucap Bopeng sendiri.
Bopeng nampak kecewa ketika Sasa yang menjadi karyawan baru di bagiannya. Memang beberapa bulan sebelumnya Bopeng sempat meminta kepada manager untuk ditambahkan SDM dibagiannya. Karena saat itu divisi Bopeng memang sangat minim karyawan. Hanya ada Bopeng yang sebagai leader, lalu di bawahnya ada 2 orang yaitu Yani dan Himza sebagai senior dan Petra yang statusnya masih staff biasa.
Standar SDM dimasing-masing divisi harusnya minimal 6 orang namun di divisi Bopeng hanya ada 4 itupun termasuk dirinya. karena itulah dia meminta mendapatkan karyawan baru. Permintaan dirinya sudah dituruti oleh Manajernya tapi tetap saja dia merasa tak puas.
Alasan sederhananya pikirannya bertanya mengapa harus Sasa yang ditempatkan? karena dia lebih tertarik dengan Karyawan yang bernama Irni. Yang dua hari lalu masuk bekerja dan di tempatkan dibagian divisi lain bukan bagiannya.
Kenapa Bopeng ingin Irni yang ditempatkan di bagiannya bukan karena kinerjanya yang baik. Namun karena pikiran mesum yang berada di benak nya. Menurut pandangannya Irni memiliki body yang bagus, bukit kembar yang besar dan padat. Serta memiliki bokong yang menggoda mata lelaki. Seperti Irnilah wanita idaman Bopeng bukan seperti Sasa.
Karena jika dibandingkan dengan Sasa yang sama sekali tak membuat dirinya bergairah. Meski Sasa memiliki perawakan yang manis namun tubuh miliknya sama sekali tidak menjadi nilai plus untuk Bopeng.
Bosan di lorongnya, Bopeng menyempatkan diri untuk berkeliling keliling ke lorong bagian lainnya. Karena memang seperti ini lah kerjaan dibidang ritel, kadang bisa serius kerjanya kadang bisa bercanda.
"Irni... ", panggil Bopeng.
Bukannya membantu Yani mengajari Sasa untuk bekerja, dia malah menghampiri Irni dibagiannya. Agak lain memang si Bopeng ini sebagai leader.
"Ngapain lu za kemarin?", tanya Leni yang sedang mengajari Irni.
Irni saat ini memang ditempatkan dibagian yang sama dengan Leni yang merupakan seniornya. Dibawah naungan leader bang Ican.
"Tau lu peng, ngapain coba lu kemari. Kan ada orang baru juga dibagian lu", sahut Ican. Memang hanya suaranya yang terdengar karena Ican sedang berada di lorong sebelah mereka.
"Ahh ga asih bang, mending di sini ada Irni. Tukeran aja bisa kali nih bang Irni kebagian gua, nah Sasa kebagian elu", jawab Bopeng.
"Ohh jadi anak baru itu Sasa namanya", Kini Ican hadir menghampiri mereka."Kalo soal itu lu tanya coba ke Irni lebih milih ke gua apa ke elu buat jadi leadernya hahaha",ucap kembali Ican.
Mata Bopeng langsung melirik kearah Irni tapi karena tatapannya malah membuat Irni jadi sedikit takut.
"Ahh payah.. Enakan di nagian pak Reza tau bonusnya gede kalo target sampe", ajak Bopeng kembali.
Meski beberapa kali digoda oleh Bopeng, Irni mencoba bersikap biasa kepadanya. Karena bagaimanapun juga orang yang sedang menggodanya ini ialah Leader yang harus dihormati.
"Udah sih za, mending lu balik ke kandang. Ganggu tau ga, irni lagi belajar sama gua"
"Husssh sanaa", usir Leni kepadanya.
Bopeng nampak cemberut karena diusir oleh Leni.
"Berisik lu Len, dasar lu cewe PHP kasian tuh temen gua lu PHPin kaya gitu jadi ga semangat kerjanya", balas Bopeng. Dengan dirinya yang membahas tentang hubungan Leni dan Ames dulu.
Perkataan Bopeng malah menyulut emosi dari Leni, dan Leni bergerak mencoba mendorong Bopeng ini. Ican yang berposisi sebagai leader di sini hanya tersenyum akan tingkah temannya serta bawahannya ini.
"Hussh husssh hussh", Usir Leni seperti mengusir Bopeng. Dia mendorong tubuh Bopeng agar segera pergi.
Dirinya di dorong - dorong oleh Leni agar menjauh, namun gerakan dari Leni malah membuat Bopeng jadi tak fokus. Dada Leni nampak sedikit membusung dihadapan Bopeng.
(Gede juga nih si Leni), gumam Bopeng dalam hati. Dalam benaknya kenapa Bopeng baru sadar bahwa teman seperjuangannya yang dulu bersama ini memiliki dada yang cukup lumayan besar. Apa sebelumnya karena tertutupi rasa tak enak saat Leni masih dekat dengan Ames dulu.
Tatapan mesum dari Bopeng langsung membuat Leni jadi sedikit emosi. Dia lalu segera menjewer kuping Bopeng dengan kencang.
"Aduh Len, aduhh sakit anjirr", ringis Bopeng.
"Biarin ajaa mata lu tuh jelalatan banget", balas Leni.
Di tengah - tengah Leni sedang menjewer kuping Bopeng lalu mereka dikejutkan dengan kehadiran seseorang.
"Kalian pada ngapain?", tanya Melani. Tatapannya sangat serius menatap Bopeng dan Leni yang sedang bercanda ini.
Bopeng dan Leni seketika langsung terdiam, ditarik lah tangan Leni dari kuping Bopeng. Bukan cuman mereka berdua, Ican yang tadi hanya cengengesan pun langsung hilang entah kenapa saat melihat hadirnya Melani.
"Ini masih jam kerja, kalo ada customer liat kalian becanda seperti ini bukan kerja bagaimana?", Ucap Melani tegas.
"Pak Reza juga sama, bapak kan Leader udah ga seharusnya bapak kaya anak kecil kaya gini", ucap Melani.
"Ya Bu Maaf", balas Bopeng sambil menunduk.
"Pak Reza bisa balik ke lorongnya, ini bukan lorong pak Reza kan?", kata Melani kembali seolah mengusir Bopeng.
Melani langsung berjalan kembali dan meninggalkan mereka berdua.
Setelah itu mereka berdua saling menyalahkan karena kepergok dengan Melani.
Melani sendiri jabatannya sama seperti Bopeng yaitu leader. Namun dirinya merupakan leader paling senior dan digadang gadang bakal dipromosikan naik jabatan. Karena selain senior, dirinya juga merupakan leader kesayangan manajer karena dirinya yang bekerja sangat sesuai SOP.
(Uhh lama - lama gua ekap juga lu), gumam Bopeng sambil melihat bokong milik Melani.
Bu Melani juga memiliki bokong yang besar dan padat. Namun karena sikap dirinya yang sedikit tegas dan angkuh. Bopek tak terlalu tertarik mendekatinya, boro-boro mendekati. Ngomong aja juga udah rada males, karena dalam kerjaan sangat sulit sekali mengajaknya berbicara beda dengan leader lain.
Bopeng kemudian balik ke lorong bagiannya, masih ditemukan Yani yang sedang mengajari Sasa disini. Tapi kali ini dibantu oleh Petra yang ikut bersama mereka.
"Dari mana aja lu pak?", tanya Petra.
"Hmm kaya ga tau aja leader lu sendiri tra, abis masuk shift siang leader lu kan emang ga jelas. Kesana kemari ngalor ngidul", jawab Yani.
"Ini pak udah kenal belom lu sama anak baru kita, namanya.... "
"Udah, udah kenal gua tadi", potong Bopeng saat Petra mencoba mengenalkan.
"Ohh bagus deh, akhirnya pak dapet anak baru juga kita yaa", ucap Petra kembali.
"Hehhe iya", jawab pendek dan jutek Bopeng.
"Kok gitu sih lu responnya Pak? Bukannya dari kemaren lu berharap banget dapet karyawan baru. Ngapa cemberut gitu lu", balas Petra lagi.
Petra nampak bingung dengan sikap leader nya karena sama sekali tak senang dan terkesan ga peduli dengan Sasa ini.
Bopeng tak ingin membahas tentang anak baru ini dia malah berbicara kepada Petra tentang project pesanan dari customer nya. Setelah itu dia nampak mulai bekerja seperti melakukan stock terhadap produk yang sudah mulai kosong. Dan melakukan pengecekan tentang data dari divisi miliknya.
Ketika Bopeng sudah serius dengan pekerjaan memang seperti sebuah robot yang tak mengenal waktu istirahat. Dia terlalu fokus sampai tak sadar bahwa waktu menunjukkan pukul jam 4. Hingga dirinya baru berhenti ketika Yani, Petra dan Sasa datang kepadanya yang masih fokus menatap komputernya.
"Pak, fokus amat lu", ucap Petra.
"Iyalah", balasnya.
"Gua ama Yani pulang ya Pak", ucap Petra kembali.
Bopeng langsung menengok kearah mereka bertiga.
"Lu masuk pagi tra?", tanya Bopeng.
"Iyaa kan gua emang masuk pagi sama Yani. Himza libur, lu siang sendiri nah sekarang karena Sasa udah masuk jadi lu ama Sasa", jawab Petra.
"Sasa masuk siang?", tanyanya lagi.
"Iya Pak, Sasa masuk siang tadi emang datang lebih cepet jam 12 Sasa pak", kali ini Sasa yang menjawab.
"Rajin banget lu, dateng cepet mau caper yaa biar langsung jadi karyawan", celoteh Bopeng.
Sasa sedikit diam dan terkejut saat Bopeng berucap seperti itu.
"Pak!!!"
"Jangan ngomong gitu sih lu!!", sewot Yani yang memarahi Bopeng.
"Hehehe canda ya Sa, gua tuh emang orangnya suka becanda jangan dibawa hati Sa", ucap Bopeng. Sasa mencoba memaklumi Ucapan Bopeng ini meski dirinya masih sedikit sakit. Maklum karena ini merupakan pengalaman dirinya dalam bekerja.
"Sa.. Gausah dimasukin ke hati omongan pak Reza"
"Pak Reza emang orangnya suka becanda kok, tapi diantara semua leader yang lain. Pak Reza tuh leader yang paling asik, tanya aja deh kekaryawan lain", ucap Yani mencoba menenangkan Sasa. Yani juga takut karena sikap Bopeng yang asal ini malah membuat Sasa jadi Keluar tanpa kabar.
"Iya kak, Sasa tau kok", balas Sasa. Kemudian Yani tersenyum kepadanya.
"Alaahh sok dah sok, sok muji muji gua lu.. ", celoteh Bopeng kembali.
"Issh yaudah gua ama Petra mau pulang dulu ni, gantian lu pak ajarin Sasa", ucap Yani.
Belum sempat dibalas oleh Bopeng dia dan Petra langsung berjalan cepat untuk segera kabur.
Sasa nampak kebingungan saat dia berdua dengan Bopeng. Bopeng juga bukannya mengajak dia berbicara malah terkesan cuek dan fokus pada komputernya.
"Sa, gausah berdiri gitu. Lu udah istirahat belum? Kalo belum istirahat aja makan sana",kata Bopeng yang menyuruh Sasa yang bingung itu untuk beristirahat.
"Istirahat pak?", tanya Sasa.
"Iya emang lu ga laper? Makan dulu.. Gua aja laper abis ini mau makan", balas Bopeng. Matanya kembali menatap komputer.
Sasa masih sedikit malu-malu ketika bersama Bopeng. Dalam hatinya ingin sekali dia mempercepat waktu agar bisa pulang dibanding dia yang bingung harus seshift bersama leadernya.
"Oii Pak!!",panggil Sinta dari ujung lorongnya. Panggilan dari Sinta membuat pandangan matanya beralih dari komputer.
"Ini ada anak gadis lu diemin kaya kambing conge gini. Orang mah ajarin kaya bang Ican tuh, si Irni diajarin gitu", ucap Sinta. Hal yang dibicarakan Sinta ialah tentang Sasa yang berdiri kebingungan ini.
"mumpung ada lu nih, ajak makan tuh Sasa. Kesian dia kayanya mau makan tapi masih malu-malu", balasnya.
"Dih dasar lu.. Kamu namanya Sasa?", tanya Sinta pada Sasa.
"Iya ka, aku Sasa", Sasa memperkenalkan diri dengan mengulurkan tangannya.
"Aku Sinta"
"Yaudah mending kamu ikut aku aja yuk makan di luar. Dibanding bengong gini liat leader kamu jadi budak komputer", ajak Sinta. Bopeng hanya sedikit tersenyum saat Sinta menyebut dirinya itu. Namun matanya masih tak beralih dari komputer.
Dengan perasaan yang masih malu akhirnya Sasa pun izin ke Bopeng untuk pergi makan keluar bersama Sinta.
Sinta dan Sasa lalu berjalan keluar dari kerjaan dan saat berada diluar sudah ada Herni dan Widia yang sedang menunggu.
"Anaknya Bopeng ya ini", tanya Herni.
"Iyaa, kesian banget. Si Bopeng emang rada geblek tuh si Yani sama Petra pulang. Anaknya malah di diemin aja kaya kambing conge", balas Sinta.
"Hahaha emang kaya gitu kan dia orangnya", balas Herni kembali.
Sasa jadi sedikit mengetahui karakter dari leader nya ini lewat omongan Herni dan Sinta. Dirinya jadi bingung apakah dia harus bertahan atau tidak bekerja disini. Karena sikap Bopeng yang acuh tak acuh dengannya. Namun di sisi lain sikap Petra dan Yani justru berbalik dengan Bopeng. Mereka berdua dimata Sasa sangat mengayomi dan menghargai keberadaan Sasa disini.
"Oh iya Sa, tapi kamu jangan baperan ya sama leader kamu ini"
"Dia orangnya baik kok sbenernya cuman karakternya emang begitu aja", ucap Herni kembali.
"Iyah sih ka, tadi Ka Yani juga ngomong begitu", balas Sasa.
"Iya tuh bener, sebenarnya dari semua leader disini nih. Cuman leader kamu doang yang beneran emang leader tau ga"
"Dia tuh leader yang mau maju kalo ada anaknya yang kena masalah, ngebela dan baek soal penjualan ke anaknya. Padahal dia leader termuda tapi kalo soal kerjaan sebagai leader dia yang paling dewasa nyikapinnya", tambah Sinta.
"Ohh gitu ya ka", ucap Sasa.
Baik Herni dan Sinta menceritakan tentang diri Bopeng kepada Sasa sambil memakan mie ayam ditempat ini. Mereka bercerita dimulai dari kenapa leader Sasa itu dipanggil Bopeng hingga menceritakan kinerjanya.
Mereka saat ini sebenarnya sedang berempat bukan bertiga. Namun dalam obrolan itu hanya mereka bertiga yang amat sedang berbincang.
Widia yang ada dimeja ini sama sekali tak tertarik untuk membahas tentang Bopeng. Dirinya sedang disibukkan dengan beberapa chat dari Andri.
Andri: Baru keluar kerjaan nih ay..
Bunyi pesan Andri sambil mengirimkan selfie dirinya yang sedang dimobil. Nampaknya setelah mengantar Widia sore itu,hubungan mereka tak hanya berhenti sampai situ. Ternyata mereka saling berbalas pesan, dan Widia yang awalnya cuek pun kini malah semakin senang meladenin Andri.
Widia: Ay Ay.. Ayam maksudnya apa? Wkwkwk
Andri : Ayang dong hehee
Widia : Sorry udah punya ayang wleee.. Lu tuh yang belom wkwkwk.
Andri : Aku udah, kan kamu ayangnya aku hehe (sambil mengirimkan emote love)
Widia : dasar lu jomblo wkwkwk
Andri : makanya yuk kita jadian biar aku ga jadi jomblo hhehehe.
Widia : wleee ga mau...
Meski berbalas pesan seperti itu nampaknya Widia mulai tergoda dengan kehadiran Andri. Sambil membaca dan membalas pesan dari Andri dirinya sering kali senyum sendiri.
Senyuman itupun langsung membuat Herni dan Sinta jadi penuh menyelidik.
"Kenapa lu Mba senyum senyum sendiri?", tanya Sinta.
Widia pun langsung tersadar kalo saat ini dia tak sendiri melainkan bersma teman kerjanya. Ponsel miliknya langsung dimatikan.
"Kaga, gapapa", jawabnya tersenyum.
"Lagi chattan sama siapa lu ya? Sampe senyum senyum gitu?", tanya Sinta kembali. Herni hanya diam memandang apalagi dengan Sasa yang sama sekali tak tau apa-apa.
"Iya biasalah laki gua", jawab Widia berbohong.
"Tumben banget lu senyum - senyum sendiri, biasa kalon chattan sama laki lu biasa aja ga senyum kaya orang kasmaran gini", balas kembali Sinta.
Dalam hati Widia, dirinya juga bingung apa dia sedang kasmaran atau tidak dengan pria yang baru dikenalnya sehari ini.
"Udah sih lu makanya nikah lu berdua biar rasain harmonis nya rumah tangga, ada berantem ada senengnya", balas kembali Widia. Meski dia tau bahwa dengan dirinya yang membalas pesan dengan Andri saja sudah merubah keharmonisan dalam rumah tangganya ini.
"Males dah udah mulai bahas merried, males gua maless", balas Herni dengan wajah ngambek.
Herni memang sedkit sensitif jika mendengar kata pernikahan. Itu semua tak lain karena pengalaman dalam hidupnya yang ditinggal nikah oleh mantannya. Padahal dia sudah memberikan mahkota indahnya kepada mantannya itu. Namun tetap saja pada akhirnya dia ditinggalkan.
Melihat sikap Herni yang jadi cemberut itu kemudian Widia dan Sinta kembali menghibur. Widia juga tak sibuk kembali dengan berbalas pesan sama Andri. Meski dalam hati ingin sekali dia segera kembali melakukan hal ini. Namun karena dia menghargai kedua temannya disini, dia hilangkan rasa itu.
Tak terasa waktu mengobrol mereka semua sudah mau habis karena waktu break maksimal satu setengah jam. Jadi mau tak mau mereka semua bersiap untuk kembali bekerja.
Herni dan Widia masuk terlebih dulu sedangkan Sasa dan Sinta masih berada di tukang mie ayam ini. Karena ternyata Bopeng meminta kepada Sinta untuk membelikan mie ayam untuknya.
"Pak Reza emang istirahat nya dia ga keluar ya ka?" Tanya Sasa.
"Kenapa emang sa?"
"Yaa itu buktinya dia nitip ke ka Sinta makanan, kenapa ga keluar aja dia makan gitu", balas Sasa.
"Ohh Reza mah emang gitu, kalo udah didepan komputernya tuh suka males dia buat keluar - keluar. Fokus aja sama komputernya. Tapi palingan nanti dia keluar break bentar buat ngerokok doang", jelas Sinta.
"Ohh gitu, emang sih tadi pak Reza tuh beneran fokus banget sama komputer sampe ka Petra dan ka Yani pulang masih aja duduk disana. Emang ngerjain apa ya ka? Semua leader emang kaya gitu apa ka?", tanya Kembali Sasa.
"Kaga.. Cuman leader kamu doang yang kaya gitu", Jawab Sinta.
"Makanya tadi aku bilang kan, leader kamu meski kaya gitu tapi dia paling beda di antara yang lain. Biasanya tuh buat ngerjain data para Leader lebih nyuruh seniornya buat ngerjain dibanding dia yang harus turun tangan. Tapi cuman Reza doang yang kaya gitu", jawab Sinta.
"Ohh gitu, aku termasuk beruntung brarti ya jadi bawahannya dia", ucap kembali Sasa.
"Iyalah beruntung banget kamu, banyak anak-anak yang pengen kerja dibagian kamu jadi anaknya dia. Aku juga sebenernya mau juga sih jadi anaknya kalo dia ga..", balas Sinta namun seketika dia menghentikan ucapannya.
Sasa kemudian bingung saat Sita tak jadi berucap itu. Matanya jadi penuh tanya. "Kalo ga apa ka?"
"Yaa kalo ga dia ngomong suka asal aja"
"Kamu udah tau kan bacotan dia kaya gimana, orang yang baru kenal karakter dia pasti kesel banget", jawab Sinta.
"Ohh iya iya sih ka"
Sasa tidak tahu bahwa jawaban dari Sinta ini ialah Kebohongan. Padahal Sinta ingin bercerita kalo ada sifat lain dari leadernya ini yaitu sedikit mesum. Namun karena Sasa orang baru makanya dia takut jika bercerita itu malah membuat Sasa jadi resign.
Setelah pesanan Mie ayam untuk Bopeng sudah jadi, mereka berdua lalu berjalan untuk masuk. Dalam perjalanan tiba-tiba mereka dikejutkan dengan air hujan yang turun sedikit deras. Mereka pun berlari cepat untuk masuk, karena waktu break mereka sudah selesai jadi tak mungkin untuk meneduh. Karena itu lah diterobos air hujan itu tanpa payung.
Sesampainya di dalam store baju mereka nampak basah kuyup sedikit. Lalu Sinta dan Sasa berjalan ketempat bagian Bopeng.
Bopeng masih duduk didepan komputernya, sama sekali dirinya tak beranjak dari kursi itu.
"Buset dah pak pak, itu kursi abis lu dudukin kalo gua pegang bakalan panas banget kali ya", kata Sinta. Sinta dan Sasa pun langsung menghampiri komputer Bopeng.
"Pesenan gua dibeliin?", tanya Bopeng tanpa membahas perkataan Sita ini. Matanya masih tak beranjak dari layar komputer.
"Ada tuh dibelakang, udah gua balik dulu ke tempat gua", ucap Sinta.
"Yaudah sana, makasih yaa duitnya nanti aja pulang", balas Bopeng. Dia juga tak meratapi kepergian Sinta itu.
Sampai akhirnya, kelar juga data yang dikerjakan oleh dirinya. Barulah matanya bisa beristirahat dan berpaling dari layar komputer. Dia baru sadar bahwa disebelahnya ada Sasa yang berdiri melihat dia ini.
"Eh Sa, lu disini?", tanyanya.
"Iya Pak, Sasa dari tadi liatin bapak disini. Abisnya Sasa bingung", jawab Sasa.
Mata Bopeng langsung melongo, saat melihat Sasa yang ada disebelah ini. Yang membuat dirinya melongo tak lain dan tak bukan karena seragam milik Sasa yang sedikit basah kuyup terkena hujan.
Dalam pikirannya bukan karena Sasa yang kehujanan namun pandangannya saat ini mendapatkan pemandangan indah. Sasa mengenakan seragam bewarna putih jadi ketika terkena air jadi sedikit menyeplakkan dalaman miliknya.
Terlihat jelas ceplakan dan bentukan BH milik Sasa dari pandangan depan. Sasa yang tubuhnya tertutup karena hijab ini justru malah menimbulkan otak mesum milik Bopeng jadi bekerja kembali.
(Walaupun kecil tapi kayanya padet juga tuh), ucap Bopeng dalam hati.
Sasa pun tak menyadari bahwa mata leadernya sedang menuju ke arah bukit kembar miliknya yang tembus pandang dari depan. Seketika meski Sasa bukanlah tipe wanita idaman nya, namun pemandangan ini membuat penis miliknya menjadi sedikit bereaksi.
Sikap dari Bopeng selanjutnya ialah langsung beegegas cabut meninggalkan Sasa bgitu saja. Karena dia takut semakin melihat Sasa semakin berdirilah penis miliknya. Akhirnya Bopeng memilih untuk makan mie ayam yang dititip ke Sinta tadi.
Setelah makan pun Bopeng dan break sebentar kembali Bopeng menemui Sasa. Namun kali ini pakaian yang lembab milik Sasa sudah sedikit mengering. Jadi dirinya bisa menemui Sasa tanpa takut bahwa penis miliknya akan berdiri tegak. Meski bayangannya masih terbayang sih bungkusan bra hitam milik Sasa.
Bopeng juga jadi sedikit penasaran dengan orang baru di bagiannya. Bukan tentang karakternya tapi jadi penasaran dengan isi dari milik orang baru ini.
ns 15.158.61.16da2