![](https://static.penana.com/images/chapter/1620818/aP_image_-_2025-02-03T163723.084.jpeg.jpeg)
Aku begitu menikmati genjotan penisnya yang begitu liar dan ganas. Terasa nikmati di vaginaku. “Kontol kamu kok nikmat banget, sayaang. Lebih nikmat dari punya Rangga. Aaahhh… Aaahhh… Hisap toket aku,” desahku meminta Pak Azka menghisap dadaku.
Dengan penisnya yang masih terus bergerak, menghujam dinding rahimku terus menerus. Pak Azka membungkuk dan menghisap puting sebelah kananku. Kedua tanganku diangkat ke atas dan diikat, ngebuat hisapan mulut Pak Azka rasa gelinya meningkat drastis.
“Ooohhh… Ooohhh… Mmhhh… Mmmhhh… Sumpah ini enak bangeet. Genjotan kontol Bapak kenceng banget di memek sayaa. Tapi rasanya gak sakiit, justru hangat dan nikmat. Aaahhh… Aaahhh… Teruss Paaak. Terus genjot memek sayaa,” ujarku meracau lagi.
Pak Azka terlihat semakin menggila, putingku sebelah kanan dihisap habis-habisan. Hisapan mulutnya bener-bener kuat, bahkan sampai putingku merah dan tegang banget. Ditarik putingku pakai mulutnya, ditarik berkali-kali bahkan sampai digigit kecil juga saat itu.
“Ooohhh… Fucck! Ini rasanya enak banget! Aaahhh… Aaahhh… Teruss, sayaang! Hisap putingku lebih kuat! Tarik putingku lebih kuat! Aaahhh… Aaahhh… Sayaang! Sayaang!” kataku yang begitu menikmati permainannya yang liar. Aku sampai melupakan Rangga.
Toket sebelah kananku penuh dengan air liur Pak Azka. Dari pinggir toket aku sampai ke puting, semuanya dihisap dan dijilati tanpa tersisa. Desahanku menjadi sangat keras, vaginaku terus menerus mengocorkan cairan membasahi penis Pak Azka yang besar itu.
Namun aku yang lemah dan amatiran ini, lagi lagi gak bisa bertahan lama. Baru digenjot selama 3 menit,vagina aku udah merasa geli tak tertahankan lagi. Berasa ada cairan banyak yang hendak keluar dari vaginaku. Aku mengerang semakin keras tak kuasa tahan.
Menggeliat tak karuan di atas kasur yang menjadi tempat tidurnya kepala keamanan rumah ini. Aku sudah dipenuhi hawa nafsu yang tak bisa aku kendalikan lagi. Hasratku sudah meninggi, sampai di titik aku sudah sepenuhnya dikuasai oleh hawa nafsuku yang buta ini.
Kedua kakiku mengapit keras pingggang Pak Azka. “Aaahhh! Aaahhh! Dalem bangeet! Mentook banget kontol kamuu! Aku gak kuaatt, aku mau keluar lagiii! Pak Azkaa sayaang! Aku cinta kamu, Paakk! Kenapa bisa dientot kamu rasanya sampai senikmat inii.”
Pak Azka tersenyum manis, dia mempertanyakan perasaan cintaku barusan kepadanya. “Kamu beneran jatuh cinta sama saya? Atau hanya nafsu sesaat saja? Jangan bilang cinta saat kamu lagi sange. Nanti kalo cowonya anggep serius, kamu yang bingung.”
Pak Azka yang baru saja melepas hisapannya di toket sebelah kananku. Bibirnya langsung berusaha aku raih, aku berusaha mengangkat kepalaku. Meraih bibir Pak Azka dengan bibirku. Namun Pak Azka memang yang paling mengerti aku dan keinginan aku.
Bibirku langsung dicium olehnya, kami berdua berciuman dengan ganasnya. Lidah kami bersilat dengan sangat mesra, dengan kedua tangan yang masih terikat dan terangkat di atas kepalaku. Aku jilati lidahnya penuh nafsu, aku isep berkali-kali lidahnya yang panjang.
Aku mulai mengganas, mulai mendominasi permainan ini. 15 menit sudah berlalu, pikiranku sudah sama sekali tidak memikirkan Rangga. Terlintas berkali-kali di pikiranku, untuk menjadikan Pak Azka pacarku. Aku butuh pria yang bisa membuat aku puas kaya gini.
Aku butuh pria hebat seperti dia, aku rela jika memang dia mau menikahi aku. Aku tidak akan menolaknya, aku rela dijadikan istri keduanya. “Mmmhhh!! Mmmhhh!! Slrrrppp!! Slrrrrppp!! Mmmhhh!! Mmmhhh!! Slrrrppp!! Slrrrppp!! Mmmhhhh!!! MMMMHHHHH!!!”
Aku akhirnya orgasme dalam kondisi mulutku dibungkam oleh lidah dan bibir Pak Azka. Aku tak bisa berteriak, karena lidah Pak Azka terus menjilati dan menyedot lidahku dengan ganasnya. Begitu juga aku, yang tak bisa berhenti mencipok bibir dan lidahnya itu.
Aku melampiaskan rasa nikmat dan geli orgasme ketigaku, dengan menghisap kuat bibirnya Pak Azka. Pak Azka tiba-tiba memegang kedua tanganku, dan ikatan di kedua tanganku dilepas olehnya. Seketika setelah kedua tanganku terbebas, aku peluk erat dia.
Aku dekap erat punggung atas Pak Azka dengan kedua tanganku, bersamaan dengan kedua kakiku yang memeluk erat pinggang Pak Azka. Kami masih terus berciuman, air liurku sudah bercampur dengan air liur pria berusia 40 tahun itu. Sungguh mesranya kami berdua.
Penis Pak Azka menyentuh mentok dinding rahimku, dalam kondisi masih diam dan belum digerakkan lagi. Setelah berciuman selama 1 menit, Pak Azka melepaskan ciumannya di bibirku. “Sekarang gantian kamu yang genjot kontol saya. Saya tiduran dan kamu di atas.”
Aku mengangguk pelan, dan Pak Azka dengan perlahan mencabut penisnya dari vaginaku. Dia tiduran tepat di sampingku, hasratku yang masih belum turun sedikit pun. Membuat aku dengan gesitnya bangun dan bersimpuh di atas pangkuan Pak Azka.
“A-Aku belum pernah ngentot dengan posisi kaya gini. Angga biasanya hanya ngentotin aku dari atas, depan atau belakang. To—Tolong bantu masukin penis kamu ke dalam memek aku. Aku belum pengalaman,” jawabku sambil tersipu malu di hadapannya.
“Ohh iyaudah gampang, turunin sedikit pantat kamu. Biar saya yang ngarahin kontol saya. Lagi turunin lagi, terus turunin sampai bibir memek kamu nyentuh kepala penis saya.” Aku mengikuti instruksi Pak Azka. Perlahan aku turunkan pantatku sampai menempel penisnya.
Ketika aku merasa penis Pak Azka sudah menempel di bibir vaginaku. Pak Azka menggesek-gesek bibir vaginaku dengan kontolnya itu. Pak Azka memintaku untuk menurunkan pantatku sedikit lagi. Dan dengan mudahnya penis Pak Azka kembali masuk.
Langsung aku jatuhkan pantatku, terduduk di atas pangkuan Pak Azka. Dan aku langsung ngerasain kontolnya Pak Azka menyodok keras dinding rahimku. “Aaaahhh! Ga—Gak bisa masuk semua, sayaang. Berasa mentok banget, nyundulnya berasa keras di dalem.”
“Gak apa-apa, nanti lama-lama juga terbiasa. Sekarang angkat pantat kamu sedikit, iyaa bagus begitu. Turunin lagi pantat kamu, iyaa aahhhh… Naikin lagii, turunin lagi. Cepetin pergerakan pantat kamu. Nahh iyaa kamu pinteer banget,” jawabnya memberikan instruksi.
Aku mengikuti instruksi Pak Azka, menggenjot penisnya dengan semakin cepat. Kakiku sampai gemeteran, ngerasa kontolnya Pak Azka menghantam mentok sangat keras. Lebih keras ketika Pak Azka yang di atas. Aku merasa sedikit nyeri dan perih, tapi juga sangat enak.
Aku berusaha melakukan yang terbaik sebisa aku, meski aku begitu paham bahwa aku sangat amatiran. Rangga belum pernah mengajari aku cara woman on top. Dia pernah minta, tapi karena aku gak bisa akhirnya dia ganti gaya lain. Harusnya aku diajarin lah yaa.
Rangga malah sama sekali gak mau ngelatih atau ngajarin aku. Dan alhasil aku sekarang diajari oleh pria lain. Justru Pak Azka lah yang banyak mengajari aku teknik seks. Yang membuat aku jadi begitu mahir, bahkan sangat expert dalam memuaskan Rangga.214Please respect copyright.PENANARNzuwLgrEt
214Please respect copyright.PENANAcmZMWjjPge