Setelah malam pesta sex yang penuh gairah dan keintiman yang sangat liar, Nurul merasakan berbagai emosi dan refleksi yang mendalam. Pengalaman tersebut membuatnya mengenal namanya kontol berkulup. Kontol lelaki dewasa yang tidak disunat, sesuatu hal baru yang membuka pikirannya bahwa betapa nikmatnya kontol berkulup itu. Kulup yang tebal memberi rasa lain dalam memeknya. Di banding dengan milik Ridwan kontol itu jauh lebih nikmat apalagi di banding dengan milik suaminya sendiri Nirwan. Teringat dengan suaminya dia jadi kesal. Lelaki itu sibuk dengan dunianya sendiri. Makanya Nurul sampai bisa demikian mudah ditiduri oleh Ridwan.
4946Please respect copyright.PENANAxgSPAjHHcb
Tapi dia harus kembali pada rutinitas sehari-harinya sebagai seorang istri. Nurul sedang sibuk memilih buah di supermarket ketika tiba-tiba, pandangannya tertuju pada seorang pria yang berdiri tak jauh darinya. Pria itu terlihat begitu familiar baginya, dengan tinggi badan yang masih sama dan senyum yang tak mungkin dia lupakan. Namun, ada sesuatu yang berbeda. Dia terlihat lebih dewasa, lebih tampan, dan lebih percaya diri dibandingkan terakhir kali mereka bertemu lima tahun lalu.
"Nando?" suara Nurul nyaris tak terdengar, tapi pria itu langsung menoleh.
Mata mereka bertemu, dan Nando tersenyum, senyum yang dulu membuat hati Nurul berdebar. "Nurul? Wah, nggak nyangka ketemu kamu di sini!"
Nurul terdiam sesaat, masih berusaha memproses pertemuan ini. "Iya, aku juga nggak nyangka. Kamu... masih di sini? Kupikir kamu sudah pindah ke luar kota."
Nando tertawa ringan, suara yang sama yang dulu selalu bisa menenangkan Nurul. "Aku memang sempat pindah, tapi sekarang balik lagi ke sini karena urusan pekerjaan."
Mereka berjalan bersama menuju bagian kasir, menghindari kerumunan orang sambil mengobrol. "Kamu gimana sekarang, Nurul? Sudah lama nggak dengar kabar." Nando menatapnya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu.
"Aku baik, kok. " jawab Nurul, merasa sedikit canggung.
Mereka pernah sangat dekat sebagai sepasang kekasih, namun perbedaan agama memisahkan mereka.
"Aku senang dengar itu," Nando menjawab, suaranya terdengar tulus. "Sebenarnya, aku sering kepikiran kamu. Tapi ya... aku tahu keadaan nggak gampang waktu itu."
Nurul merasakan dadanya menghangat. "Aku juga sering kepikiran kamu, Nando. Tapi aku nggak berani untuk menghubungi lagi. Aku takut malah memperkeruh suasana."
Nando terdiam sejenak, seolah mencari kata-kata yang tepat. "Nurul, aku juga merasa begitu waktu itu. Tapi sekarang, kita kan sudah dewasa. Mungkin kita bisa mencoba untuk... menjalin hubungan baik lagi, tanpa harus memikirkan masa lalu yang berat itu."
Nurul menatap Nando, ragu-ragu namun tersenyum. "Kamu benar. Mungkin kita bisa mulai dari awal lagi, sebagai teman?"
Nando mengangguk, matanya bersinar dengan harapan. "Aku akan sangat senang, Nurul."
Mereka saling bertukar nomor telepon sebelum akhirnya berpisah di pintu keluar supermarket.
4946Please respect copyright.PENANAFci2A7coET
Saat Nurul melangkah pergi, hatinya terasa lebih ringan, penuh harapan baru. Pertemuan tak terduga ini membuatnya percaya bahwa mungkin, hanya mungkin, takdir memberi mereka kesempatan kedua, meskipun dalam bentuk yang berbeda dari yang dulu mereka bayangkan.
Malam itu, setelah pertemuan tak terduga dengan Nando di supermarket, Nurul duduk di kamar, memandangi layar ponselnya. Kenangan masa lalu mulai muncul kembali, tapi bukan hanya kenangan tentang masa SMA bersama Nando. Pikirannya melayang ke pesta sex yang penuh gairah dan keintiman.
4946Please respect copyright.PENANAA7HSfE5Vh2
Nurul teringat Frans, pria yang baru saja membuatnya merasakan kepuasan yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Orgaseme yang berulang-ulang. Kemudian bayangan kontol Frans yang perkasa dan kulupnya yang berbeda dari kontol Nirwan dan Ridwan terus menghantui pikirannya. Dia tak bisa mengelak dari kenyataan bahwa hal itu memberinya kenikmatan yang luar biasa.
4946Please respect copyright.PENANA2vOHkOKSFx
Dan sekarang, setelah melihat Nando yang semakin tampan dan dewasa, pikiran Nurul mulai berandai-andai. Apakah Nando juga memiliki kontol yang sama besarnya dengan milik Frans? Apakah kontolnya tidak disunat dan berkulup? Apakah dia bisa memberikan kepuasan seperti yang dia rasakan bersama Frans?
Tanpa ragu lagi, Nurul mengambil ponselnya dan membuka aplikasi WhatsApp. Tangannya gemetar sedikit saat dia mulai mengetik pesan.
4946Please respect copyright.PENANARcZSHNtP5B
"Hai, Nando. Senang banget tadi bisa ketemu kamu lagi setelah sekian lama. Aku jadi ingat banyak hal waktu kita masih SMA. Gimana kalau kita ketemu lagi kapan-kapan? Mungkin bisa ngopi bareng atau sekadar ngobrol santai. Gimana?"
4946Please respect copyright.PENANAmU1dTvvhoZ
Nurul menatap pesannya sejenak, lalu menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya menekan tombol "kirim". Pikirannya terus dipenuhi oleh bayangan-bayangan liar yang membuat tubuhnya merinding. Meski ada sedikit rasa ragu di dalam hatinya, Nurul tahu bahwa dia ingin melihat bagaimana semuanya akan berjalan. Ada rasa penasaran yang membara, ingin tahu apakah Nando bisa menjadi seseorang yang tak hanya membawa kenangan indah di masa lalu, tapi juga bisa memberi kenikmatan yang selama ini dia rindukan.
4946Please respect copyright.PENANA7RjBUW3UkJ
Ponsel Nurul bergetar tak lama kemudian. Mungkin Nando sudah membalas pesan WA Nurul. Benar saja sebuah pesan masuk yang ternyata dari Nando.
"Hai, Nurul. Aku juga senang banget tadi bisa ketemu kamu. Udah lama banget ya kita nggak ngobrol. Aku setuju, kita harus ketemu lagi. Kasih tahu aja kapan kamu ada waktu."
Nurul tersenyum puas, membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi di pertemuan berikutnya. Mungkin ini bukan sekadar reuni, tapi sebuah awal dari sesuatu yang lebih mendalam dan menggairahkan.
4946Please respect copyright.PENANAO06uqoVXF8
Nando membalas pesan Nurul dengan cepat. Setelah beberapa pertukaran pesan, Nurul merasa bahwa Nando masih memiliki perasaan yang sama terhadapnya. Nando mengungkapkan bahwa dia belum benar-benar melupakan Nurul dan masih memiliki rasa yang mendalam.
Dalam percakapan mereka, Nando berkata dengan penuh kehangatan dan harapan. "Nurul, aku tidak pernah benar-benar bisa melupakanmu. Aku tahu kita pernah terpisah karena perbedaan kita, tapi perasaan ini masih ada. Aku senang kamu menghubungiku."
4946Please respect copyright.PENANA45OVGCLxOT
Nurul merasa campur aduk. Di satu sisi, ia merasakan kenangan lama bersama Nando yang pernah berarti banyak dalam hidupnya. Di sisi lain, ia juga harus menghadapi perasaannya tentang situasi saat ini dan apa yang ingin dia lakukan dengan perasaannya terhadap Nando.
"Terima kasih, Nando," Nurul menjawab, merasa jujur dengan perasaannya. "Aku juga tidak bisa sepenuhnya melupakan masa lalu kita. Tapi banyak yang telah berubah dalam hidupku. Aku ingin tahu bagaimana kamu sekarang dan apa yang kamu rasakan."
4946Please respect copyright.PENANAxPJ8VYQeQT
Nando menjelaskan tentang kehidupannya saat ini dan bagaimana dia masih memikirkan Nurul. Dia mengatakan bahwa meskipun banyak waktu telah berlalu, dia tetap merasa ada sesuatu yang belum selesai antara mereka.
4946Please respect copyright.PENANAd5J8EzQuJL
***
4946Please respect copyright.PENANAUkoEwvNvSm
Setelah beberapa hari bertukar pesan dengan Nando, Nurul merasa semakin yakin bahwa dia ingin melanjutkan hubungan ini ke arah yang lebih intim. Pikiran tentang Nando terus mengganggunya, terutama ketika dia mengingat kembali pertemuan mereka yang terakhir. Bayangan tentang kesenangan yang pernah dia alami semakin memperkuat keinginannya untuk mengajak Nando bertemu.
4946Please respect copyright.PENANAcURs5uL5DD
Pada suatu malam, saat Nurul sedang berbaring di tempat tidurnya, dia merasa ini adalah waktu yang tepat untuk mengirimkan pesan yang lebih spesifik. Dengan tangan yang sedikit gemetar karena campuran antisipasi dan kegugupan, dia mulai mengetik.
"Nando, gimana kalau kita ketemuan minggu ini? Aku pengen ngobrol lebih banyak, tapi mungkin tempat yang lebih tenang dari kafe atau tempat umum. Ada tempat yang aku suka, sebuah villa kecil di pinggiran kota. Tempatnya sepi dan nyaman, bisa bikin kita ngobrol dengan lebih santai. Kamu tertarik?"
4946Please respect copyright.PENANA4w2hoPsfCg
Setelah mengetik pesan itu, Nurul menatap layar ponselnya untuk beberapa saat, mempertimbangkan apa yang baru saja dia tulis. Dia tahu pesan ini lebih dari sekadar ajakan biasa, dan dia merasa jantungnya berdebar lebih kencang saat dia menekan tombol "kirim".
Tak butuh waktu lama sebelum ponselnya bergetar lagi, menandakan balasan dari Nando.
4946Please respect copyright.PENANAvCRM2jbxRX
"Villa kecil di pinggiran kota? Kedengarannya menarik, Nurul. Aku setuju, tempat yang lebih tenang pasti lebih asyik buat ngobrol. Kapan kita ke sana?"
Nurul tersenyum, merasa senang dengan respons Nando. Dia merasakan ada sesuatu yang istimewa dalam balasan itu, sesuatu yang menandakan bahwa Nando juga tertarik pada kemungkinan yang lebih dari sekadar obrolan biasa.
"Bagaimana kalau Sabtu ini? Aku bisa menjemput kamu, kita pergi ke sana bersama."
"Deal. Sabtu ini, aku siap."
4946Please respect copyright.PENANArBqh6VAjLO
Nurul menatap pesan itu dengan perasaan yang campur aduk, antara antusias dan sedikit cemas. Tapi yang paling dominan adalah rasa penasaran dan keinginan untuk melihat ke mana arah pertemuan ini akan membawa mereka. Sabtu yang dinantikan akhirnya tiba, dan Nurul siap untuk mengeksplorasi segala kemungkinan yang mungkin terjadi di villa kecil yang tenang itu, bersama dengan Nando.
4946Please respect copyright.PENANAcCptPCuAFc
Nurul yang belum dikaruniai anak dalam kehidupan rumah tangganya dengan Nirwan yang hambar begitu mudah mencari alasan untuk pergi ke villa di pinggir kota. Dia mengatakan pada suaminya Nirwan akan ikut acara pengajian di luar kota dan menginap.
4946Please respect copyright.PENANASEhTUu8KiQ
Di sebuah villa kecil yang tersembunyi di pinggiran kota, udara segar dan sepi menyelimuti pertemuan Nurul dan Nando. Tempat itu seolah sengaja dipilih untuk menciptakan suasana intim, jauh dari hiruk pikuk dunia luar. Nurul tampak cantik dalam balutan gaun sederhana, namun tetap anggun, menonjolkan pesona alaminya yang selalu berhasil menarik perhatian. Nando, dengan penampilan yang semakin dewasa, terlihat maskulin dan tenang, namun hatinya berdebar tak menentu saat melihat Nurul.
Mereka duduk di ruang tamu villa yang minimalis namun nyaman. Sambil memegang cangkir teh, mereka mulai mengobrol ringan, mengenang masa lalu yang penuh tawa dan canda. Nurul tertawa kecil ketika Nando mengingatkan tentang tingkah konyol mereka waktu masih remaja.
“Masih ingat nggak, waktu aku nyaris jatuh dari sepeda gara-gara kamu gangguin?” Nurul terkikik, mengingat momen lucu itu. “Aku hampir malu banget kalau nggak berhasil selamatin diri waktu itu.”
Nando tersenyum, matanya berbinar. “Ya, tapi aku kan yang akhirnya nahan sepeda kamu biar nggak jatuh. Kalau nggak ada aku, mungkin kamu beneran nyungsep,” jawabnya sambil tertawa.
“Ah, sombong banget!” Nurul menepuk pundak Nando sambil tersenyum, tapi di balik senyum itu, ada sesuatu yang lebih dalam. Tatapan mereka perlahan berubah, tawa yang tadi mengalir ringan kini mereda, digantikan oleh keheningan yang penuh makna.
Mata mereka bertemu, dan seketika suasana di antara mereka terasa berbeda. Ada sesuatu yang tak terucapkan, tapi begitu nyata, menggantung di udara di antara mereka. Nurul menatap Nando, merasakan getaran perasaan lama yang pernah ada, bercampur dengan keinginan baru yang muncul tanpa disadari.
“Nando...” Nurul memecah keheningan, suaranya pelan namun penuh arti. “Kamu pernah mikir nggak... gimana kalau kita dulu nggak pisah?”
Nando menelan ludah, seakan pertanyaan itu sudah lama ada di pikirannya, tapi baru kali ini diucapkan. “Sering,” jawabnya jujur. “Aku sering banget mikir gimana kalau kita nggak kehilangan waktu itu. Tapi...” dia terdiam sejenak, lalu melanjutkan, “hidup bawa kita ke arah yang beda, Nur.”
Nurul mengangguk, mencoba memahami, tapi hatinya terasa hangat dengan kejujuran Nando. “Iya, aku juga mikir gitu. Tapi sekarang kita di sini, Nando. Kita ketemu lagi, dan rasanya... kayak nggak ada yang berubah.”
Nando menatap Nurul dengan dalam, matanya menggambarkan perasaan yang selama ini terpendam. “Apa yang kamu rasa sekarang, Nur? Karena aku...” Nando menggenggam tangan Nurul perlahan, “aku nggak bisa bohong, aku masih punya rasa itu. Mungkin lebih kuat dari dulu.”
Nurul terkejut, namun hatinya berdebar mendengar kata-kata Nando. “Aku juga,” jawabnya jujur, suara Nurul bergetar, tapi tak ada lagi keraguan di matanya. “Aku juga masih ada rasa buat kamu, Nando.”
Keheningan kembali mengisi ruangan, namun kali ini bukan keheningan canggung. Ada percikan di antara mereka yang semakin kuat, seakan waktu yang terbuang selama ini kini tak lagi penting. Perlahan, Nando mendekatkan wajahnya ke arah Nurul, dan mereka berdua tahu bahwa malam ini adalah tentang mereka—tentang perasaan yang selama ini dipendam, dan keinginan baru yang tak bisa mereka abaikan lagi.
Tanpa banyak kata, bibir mereka bersatu dalam ciuman yang lembut namun penuh gairah. Semua kenangan masa lalu yang pernah ada seolah kembali hadir, berpadu dengan keinginan baru yang mulai tumbuh. Ciuman itu bukan hanya tentang hasrat, tapi juga tentang kesempatan kedua, tentang kesempatan untuk merasakan apa yang dulu mereka lewatkan.
Malam itu, di villa kecil yang tersembunyi, Nurul dan Nando berbagi momen yang begitu dalam dan bermakna. Mereka tak lagi terbebani oleh masa lalu atau ragu akan masa depan. Di tempat yang jauh dari keramaian, hanya ada mereka berdua—dan perasaan yang selama ini tak pernah benar-benar hilang.
"Nurul," suara Nando terdengar rendah dan lembut, "Aku nggak bisa berhenti berpikir tentang kamu sejak kita bertemu lagi. Rasanya, semua perasaan itu kembali lagi, bahkan lebih kuat dari sebelumnya."
Nurul merasakan jantungnya berdebar semakin kencang. Dia menatap Nando dengan mata yang penuh harapan dan sedikit rasa ragu, namun dia tahu dalam hatinya bahwa dia juga merasakan hal yang sama.
"Aku juga, Nando. Aku nggak tahu apa yang terjadi pada kita dulu, tapi sekarang... aku merasa seperti kita diberi kesempatan kedua."
4946Please respect copyright.PENANA5uYQOKQuxH
Tanpa banyak bicara lagi, Nando perlahan mendekatkan wajahnya ke arah Nurul. Bibir mereka bersentuhan dalam ciuman yang awalnya lembut namun segera berubah menjadi penuh gairah. Sentuhan tangan Nando pada tubuh Nurul membuatnya merasakan gelombang panas yang menjalar di seluruh tubuhnya. Nurul merespon dengan sepenuh hati, membiarkan dirinya tenggelam dalam momen yang sudah lama dia impikan.
4946Please respect copyright.PENANAhaVJWAbj6Z
Mereka tak lagi bisa menahan diri. Ciuman mereka semakin dalam, dan dalam waktu singkat, mereka saling melepas pakaian, memperlihatkan ketelanjangan yang panas dan bergetar oleh hasrat yang membara. Nurul mendesah ketika dia merasakan sentuhan Nando yang begitu hangat dan kuat, membuatnya semakin ingin dekat dengannya. Apalagi saat dia melihat kontol Nando yang ternyata sesuai dengan harapannya. Kontol besar dan berkulup. Terlihat jauh lebih gemuk dari milik Frans.
4946Please respect copyright.PENANAoLOZc26mbP
Mereka memadu kasih dengan penuh gelora, membiarkan diri mereka terseret dalam arus keinginan yang begitu kuat. Nurul merasakan setiap sentuhan, setiap desahan Nando yang membuat tubuhnya bergetar. Tak tahan dia segera berjongkok di depan selangkangan Nando. Menghirup aroma khas kontolnya dan kemudian mulai mengulum kontol itu.
Glok glok glok. Bunyin pompaan kontol besar Nando ke mulut Nurul.
4946Please respect copyright.PENANAL2IQ50uqUu
Nurul memainkan kulup kontol Nando dengan lidahnya. Mereka tenggelam dalam gelombang kenikmatan yang tak terlukiskan, menikmati setiap momen yang seolah menghapus semua batasan di antara mereka. Hanya dengan digenjot di mulut saja memek Nurul banjir cairan kenikmatan. Kemudian saat Nando akhirnya melesakan kontolnya dalam liang memek Nurul terdengar jeritan kenikmatan dari wanita cantik itu.
“Ouwhhhhhh kontolllll… ouwhhhhh aku suka kontollll..uhhhhhh!”
Mereka bersetubuh dengan berapa posisi, dari Nurul terlentang. Nungging menyamping hingga Nurul berada di atas tubuh Nando. Setiap posisi Nurul mencapai orgasme. Dia menggapai puncak kenikmatan berkali-kali. Tubuhnya bergetar hebat. Jauh lebih memuaskan dari yang diberikan Frans. Apalagi ini dibarengi oleh rasa cinta yang terpendam lama.
“Nurul….aku mau keluar…keluarin di mana sayang?’
“Aku juga udah mau nyampe tahan dikit Nando… owuhhhh cintaku…kontolku… keluarin di dalam memek aku saja…himili aku Nandoku sayang!”
“Arghhhhhhhhh….. cretttttttt…cretttttt…cretttttt!”
4946Please respect copyright.PENANAdksoITK9Ko
Malam itu, di villa kecil yang tenang, Nurul dan Nando membiarkan diri mereka hanyut dalam hasrat yang telah lama terpendam. Mereka tahu, apa yang terjadi di antara mereka bukanlah sekadar pertemuan lama yang kembali, melainkan awal dari sesuatu yang lebih, sesuatu yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.
4946Please respect copyright.PENANAXjWI6ixd4j
Saat terbaring kelelahan setelah badai orgasme yang menerjangnya berkali-kalinNurul menatap Nando dengan lembut penuh cinta, merasakan ketegangan dan kehangatan di udara. "Nando, aku sangat puas dengan apa yang kau berikan padaku.."
4946Please respect copyright.PENANAVu0Vg8s7r3
Nando meraih tangan Nurul dengan lembut, mata mereka saling bertemu. "Nurul, aku merasakan hal yang sama. Aku ingin kita saling memahami lebih dalam, dan aku siap untuk menjelajahi hubungan ini denganmu."
4946Please respect copyright.PENANAFSTqWBtlza
Bersambung
4946Please respect copyright.PENANAYfF35ll08y