Hari sudah larut malam, store pun sudah tutup. Beberapa yang tersisa di store ini hanya Leader dan manager. Karena memang hanya dua jabatan itu yang pulangnya paling lama di antara karyawan lainnya ketika closingan. Hal inilah yang membuat Bopeng sdikit malas jika masuk dalam shift siang. Karena dia harus pulang sedikit lebih lama.
Bopeng bersama beberapa leader lainnya akhirnya bergegas keluar juga dari kerjaannya. Dirinya menjadi orang yang paling akhir untuk pulang, bukan karena tentang kerjaan kembali. Tapi karena Waktu bopeng dalam memanaskan motor ialah paling lama, karena dia harus menghabiskan satu batang rokoknya sambil menunggu motornya yang sedang menyala. Makanya dirinya ditinggal paling akhir.
Di luar tempat kerja, didapati lah Leni yang sedang berdiri sendirian ditengah kondisi jalan yang amat sepi.
"Irni mana Len?", tanya Bopeng.
"Yaah udah pulang lah, diakan masuk pagi!", jawab Leni dengan ketus.
"Ohh masuk pagi, lu sendiri ga pulang?", tanya Bopeng kembali.
"Ini lagi nunggu jemputan", jawab Leni.
"Siapa? Ames?", tanya Bopeng meledek.
"Yaa calon suami gua lahh", jawab kembali Leni dengan sewot.
"Kasian temen gua, parah lu Len... ", ujar Bopeng yang memulai memojokkan Leni
Dirinya nampak masih kesal jika mengingat tentang hubungan Ames dan Leni ini.
Perkataan Bopeng kali ini malah membuat raut wajah Leni jadi berubah. Jika biasanya dia langsung sewot atau marah namun kali ini berbeda. Didepannya Leni malah menangis.
"Hiks hiks hiks"
Bopeng langsung panik saat dirinya melihat Leni yang mengeluarkan air mata dan menangis.
"Eeh eeeh eeh sorry len sorry, kok jadi nangis sih", kata Bopeng yang ga enak.
"Hiks hiks,, banyak anak - anak ga tau apa apa, seakan akan gua itu orang yang bikin Ames kaya gini.. Padahal kalian ga tau apa-apa huaaa hiks hiks hiks",ujar Leni dengan tangisnya yang makin jadi.
Bopeng makin panik karena tangisannya itu, diapun lalu turun dari motornya dan mencoba mengelus - ngelus pundak Leni.
"Maaf ya Len maaaf, iya iya gua salah. Jangan nangis lagi dong", kata Bopeng menenangkan.
Namun Leni masih terisak tangisnya, Bopeng jadi bingung dia juga sedikit takut jika nanti cowonya Leni beneran datang menjemput dan melihat kondisi cewenya yang menangis ini bersama Bopeng.
Perlahan Tangis dari Lenipun reda. Bopeng sedikit tenang melihatnya.
"Cowo lu mana Len? Ga jadi jemput dia? Udah malem gini?", tanya Bopeng.
"Hmmm ga tau, ketiduran biasanya dia kaya gini", jawab Leni
"Ketiduran.. Telpon lah orangnya", balas kembali Bopeng.
Leni sudah mengerti karakter calon suaminya ini, bahwa kalo lama dalam menjemput pasti dia sedang ketiduran. Menelpon pun percuma karena tak bakal diangkat, karena calon suaminya jika sudah tidur sama seperti mayat saja. Hanya bisa dibangunkan lewat gerakan tubuh. Kalo suara pasti ga akan sanggup membangkunkannya.
"Hmmm yaudah apa mau bareng sama gua?", ajak Bopeng.
"Ga ngerepotin emang?", tanya Leni balik.
"Ya gapapa kan searah juga", jawab Bopeng. Padahal dalam hati ini sebagai rasa bersalah saja karena ucapannya membuat Leni menangis.
Lalu Leni diantar oleh Bopeng menuju Kostannya. Di perjalanan pulang Bopeng nampak diam, Karena dia takut salah berucap malah membuat Leni menangis kembali.
"Gua tuh udah pernah bilang za ke Ames, jangan terlalu berharap sama gua", ujap Leni membuka pembicaraan.
"Berharap gimana maksudnya?", tanya Bopeng. Dalam benaknya kok bisa Leni malah membahas tentang Ames dan dirinya kembali.
"Ya itu, dari awal dia coba deketin gua padahal udah gua bilang kalo gua punya cowo di kampung cuman temen lu kekeh masih aja gitu", balas Leni kembali.
Mendengar Leni yang sudah mulai membuka pembicaraan dan membahas tentang dirinya. Barulah Bopeng merasa jadi sedikit lebih nyaman, kini perjalanan motor itupun menjadi sebuah curhatan dari hati Leni yang tak banyak anak tau.
Bopeng juga kini tau cerita dari sisi Leni, ternyata dari awal Ames dekat dengan Leni. Beberapa kali Leni sudah menasehati Ames untuk segera menjauh dan agar gak berharap lebih. Tapi kenyataannya Ames dengan percaya diri bisa menaklukkan Leni ini dan mengalahkan perasaan cowonya yang di kampung.
Alhasil pun yang didapat oleh Ames ialah hasil kekecewaan. Karena ternyata dia tetap kalah dengan cowo di kampung nya. Bahkan dari sisi Leni, Bopeng jadi sedikit kasihan karena sepertinya Leni menjadi dalang atas keterpurukan Ames akhir-akhir ini.
Padahal kalo dengar cerita dari sisi Leni, Leni sama sekali tak salah. Dia memang sudah menolak Ames beberapa kali dan segera menjauh. Bahkan Ames lah yang terkadang memaksa Leni untuk membalas pesan dari nya ketika Leni sudah mencoba menjauh.
Leni juga mengetahui bahwa Ames memang lelaki yang memiliki effort lebih namun tetap saja effort yang dia lakukan sama sekali tak membuat hati Leni berpindah.
Kini pun setelah melamar Leni, cowonya ikut merantau ke Jakarta bersama dengan Leni disini. Namun mereka tak tinggal bersama meski Bopeng sendiri tak tahu apa benar mereka tak tinggal bersama. Kan yang tau hubungan Leni dan calon suaminya ya tetap mereka berdua.
Tak terasa perjalanan pulang yang diiringi oleh curhatan Lenipun sudah sampai. Bopeng sudah berada di Kostan Leni.
"Jadi gitu ya Len, sorry deh kalo gua nilai lu sebelah mata", ucap Bopeng.
"Iya zaa, cuman lu doang yang gua ceritain tentang ini", balas Leni.
"Anak - anak di kerjaan sama sekali ga tau cerita dari sisi gua kaya gimana. Taunya cuman se penglihatan mereka aja", tambahnya.
"Lahh harusnya kasih tau dong ke mereka juga, biar lu ga disalahin Len. Gua aja awalnya gedek sama lu tapi pas denger cerita dari lu. Baru tau dan ngerasa bersalah akan penilaian gua selama ini", balas Bopeng kembali.
"Ga bisa Za,, kalo gua cerita kasian di Ames. Nanti dia jadi malu makanya gua cuma bisa cerita ke elu. Karena elu, gua sama Ames tuh temen bareng dari awal masuk. Makanya gua yakin lu bisa ngejaga dan nyikapin tentang hubungan gua sama Ames gimana", jelas Leni kembali dengan bijak.
"Dan gua berharap lu bisa ngebalikin semangat Ames lagi za.", balasnya.
Salut Bopeng ternyata mengapa Leni menyimpan rahasia hubungan ini bukan semata-mata dia melindungi dirinya. Tapi juga melindungi Ames.
Leni pun mencoba pamit untuk msuk kedalam Kostannya.
"Cowo lu di dalem Len?", tanya Bopeng.
"Gila lu ya,, ga baca apa itu bacaan kostan putri"
"Cowo gua ya di Kostannya sendirilah", balas Leni kesal.
"Ya kan barang kali nginep Len disini"
"Mana boleh kali, biar kata dia juga tunanangan gua. Ga boleh bawa masuk cowo ke kostan gua. Bisa diusir", balas Leni.
"Ohh brarti lu kali ya yang maen ke kostan cowo lu", tanya Bopeng kembali. Sambil dirinya memberikan senyum meledek pada Leni.
"Ya maen tapi ga ngapa-ngapain."
"Ahh masaaa", ledek Bopeng kembali.
"Aah terserah lu dah, yang jelas gua masih segel kali sampe sekarang", ujar Leni lagi. Segel yang dimaksud ialah bahwa meki milik Leni belum ada yang disentuh oleh pria.
Namun jawaban dari Leni malah membuat raut wajah Bopeng tak percaya. Dan makin meledek lewat ekspresi wajahnya itu.
"Udah ahh gua mau masuk", Lenipun cabut kedalam Kostannya. Mengantar Leni hari ini Bopeng makin menyadari bahwa Leni bukan hanya cantik tapi sikapnya juga lembut khas wanita desa. Tak Heran Ames bisa mengejar-ngejar Leni ini.
Drrt
Drttt
Drttt
Di kantong celana Bopeng nampak Ponsel bergetar. Dia lalu mengeluarkan ponselnya dan terlihat jelas sebuah panggilan
Ka Atikah
Bopeng panik bahwa dia lupa kalo malam ini akan menjemput kakaknya.
"Halo kak", ucap Bopeng setelah mengangkat telpon itu.
"Kayanya udah bosen nih sama gua"
"Udah ga btuh jatah dari gua lagi kah? Adik gua yang gantenggggg", balasan dari Atikah ini. Nadanya seolah mengancam.
"Aduuuh sorry ka, ada temen gua kecelakaan jadi anter dia kerumah sakit dulu", Bopeng berbohong.
"Ohhh... Siapa? Ican? Petra? Himza? Indra? Siapa lagi temen lu yang kecelakaan. Heran gua kecelakaan mulu temen lu", balas kembali Atikah dengan menyebutkan nama - nama teman dari adiknya ini yang sering dijadikan alasan.
Nampaknya kebohongan Bopeng sudah diketahui oleh kakaknya sendiri. Dia harus mencari kebohongan baru.
"Iya iya ka, ini gua otw jemput"
"15 menit, kalo dalam 15 menit ga sampe depan toko gua. Gua pulang naik Ojol, dan lu bakalan gua kunci dari dalam kostan biarin aja", balas kembali Atikah.
"Ka kan jaraknya.... "
Tut
Telpon langsung dimatikan oleh Atikah. Bopeng yang sudah mengenal karakter dari kakanya sendiri ini dengan segera langsung menancap gas dengan kencang.
Dirinya benar benar menarik gas dengan dalam, tanpa melakukan rem sama sekali. Dalam pikirnya pokonya bopeng harus sampai ke toko kakaknya dalam waktu 15 menit.
Karena kakaknya kalo dalam berucap saat tepat sekali, jika kakaknya kesal dan tak memberikan jatah maka beneran tak diberikan jatah Bopeng oleh kakaknya sendiri.
Meski tau hubungan ini terlarang, namun Kebutuhan biologis Bopeng harus terpenuhi meskipun lewat kakak kandungnya sendiri.
Didepan toko, terlihat Atikah yang sedang duduk sendirian sambil menunggu jemputan dari adik kandungnya ini. Sebenarnya ada anak yang ingin mengantarnya namun dia menolak dengan alasan sudah dijemput.
Waktu 15 menit yang dia berikan kepada adiknya mungkin memang tak cukup. Karena jarak dari kerjaan adiknya sampai ke tempatnya lumayan cukup jauh dan membutuhkan waktu kisaran 30 menit perjalanan. Namun dirinya sengaja bersedia menunggu adiknya.
Atikah sebenarnya tak berharap bahwa adiknya akan menjemputnya dengan waktu yang sangat tepat diberikan olehnya. Tapi ternyata dibalik ketidak ada harapannya, sorot lampu motor menyala kedepannya.
"Buset, cuman telat dua menit dong dia", ucap Atikah sendiri ketika melihat motor Bopeng yang mengarah kearahnya.
Brrrm
Cittt
Motor Bopeng langsung berhenti didepannya, Atikah memandang Bopeng sedikit heran. Bisa juga dia sampai ke kerjaan nya dalam waktu 15 menit lewat.
"Gua pikir bakalan lama lu datengnya?", tanya Atikah.
"Hehehe ngebut banget gua abisnya gapake rem nih tadi", balas Bopeng.
"Gila lu ya, ga takut mati emang lu ampe ngebut gitu?", tanya Atikah lagi.
"Hahahaa, gua lebih takut kehilangan jatah dari lu kak dibanding kehilangan nyawa. Percuma gua hidup tapi ga ada jatah dari lu hehehe", balas Bopeng.
Atikah hanya menggeleng kepala, dirinya nampak kaget bahwa jawaban dari Bopeng sperti menunjukkan bahwa adiknya memang sudah kecanduan dengan tubuh miliknya ini. Dari sisi lubuk hatinya sampai kapan kegilaan hubungan kakak dan adik ini akan berakhir.
Lalu kakak Adik inipun akhirnya pulang secara bersama sama. Atikahpun naik ke motor Bopeng dan langsung pulang bersamanya.
***
Ditempat lain.
Seorang wanita sedang duduk diujung kasur,disebelah wanita itu ada seorang lelaki yang sedang tiduran sambil memainkan ponselnya sendiri. Sesekali wanita itu melihat gerak gerik lelaki ini. Dua pasangan ini yang sedang berada dikasur tanpa percakapan satu sama lain ialah Widia dan Suaminya. Sebenarnya tanpa sepengetahuan suaminya yang sedang disebelahnya ini. Dia sedang berbalas pesan dengan Andri.
Andri : Kenapa belum tidur? Udah malem kan?
Bunyi pesan Andri padanya.
Widia : Belumlah, baru aja kelar momong anak.
Andri : Ohh lagi momong anak toh, suami kamu di momong juga ga? Wkwkwk.
Widia : Iyalah udah pasti di momong juga wkwkwk kenapa pengen ya?
Widia : Makanya cari pacar gih biar ada yang momong pas mau tidur wkwkk.
Andri : Engga ahh aku maunya di momong sama kamu wkwkwk.
Andri tak berhenti untuk mencoba menggoda Widia dan mencoba menaklukkan hatinya. Widia pun sebenarnya tanpa sepengetahuan Andri sendiri, dia sudah mulai tergoda dengan beberapa rayuan atau godaan darinya.
Widia : Dihh kenapa? Banyak kali cewe diluar sana yang masih fresh buat lu gebet tuu.. Ngapa masih berharap sama gua
Andri : Diluar sana emang banyak cewe tapi yang masuk ke hatiku aku cuman kamu (disertai emote love)
"Hihihi", tawa pelan Widia saat melihat balasan pesan dari Andri. Kemudian dia melirik suaminya kembali, masih fokus sedang melihat ponselnya sendiri. Dia kemudian menggerakkan jarinya kembali untuk membalas pesan dari Andri.
Widia : Aneh ada banyak gadis yang masih bisa dikejar kok ngejarnya emak emak sih wkwkwk.
Andri : gimana ya orang emak emaknya rasa gadis gimana mau nolak wkwkwk.
Widia : Dih sok tau... Emang pernah ngerasain apa? Wkwkwk
Dalam benak Andri, setelah mendapat balasan dari Widia.(wah sudah terpancing ini Widia), ucapnya.
Andri : Udahlah.. Masa lupa sih wkwkwk
Andri : Mulutnya aja nagih, gunungnya nya juga kenyel banget. Anak gadis gabakal ada yang kaya gini sih wkwkwk.
Widia menutup mulutnya sambil dilihat kembali Suaminya yang masih dengan sikap yang sama. Namun bukannya berhenti dia malah ingin membalas pesan dari Andri ini. Bahkan perasaannya malah senang bukan marah untuk membalasnya.
Widia : Hihihi baru kaya gitu aja udah nagih. Gimana yang lain?
Saat mengirim pesan itu, jantungnya berdegup kencang. Dia sadar bahwa dia salah, karena bukannya membalas pesan ke Andri dengan respon marah. Justru malah terkessn memancing dirinya.
Andri : Nah makanya itu.. Jadi penasaran kan aku sama yang lain wkwkwk pasti makin bikin nagih deh..
Widia : iyalah jelas pasti nagih banget wkwkwk suami gua aja ketagihan (dengan emote mata tertutup)
Andri : Ahh Widd jadi bayangin kan nih aku..
Widia : Wkwkwk gih bayangin aja sana. Jangan lupa dibersihin hihihi
Andri : Wahh makin mancing mancing nih, bisa kali dibantu sama kamu wkwkwk
Widia : Bantu ngapain emangnya? Hihihi
Andri : ya bantuin pake diri kamu wkwkwk.
Widia : Ihh enak aja, punya suami wleee..
Andri : Lah buktinya kemarin mau aja bantuin aku sama temen aku kan wkwkwk. Walau pake mulut wkwkwk.
Widia : Itu mah anggep aja Bonus service untuk customer hihihi.
Andri : Ohh brarti aku harus beli lagi kali ya biar dapet bonus yang lebih nih wkwkwk.
Widia : Gatau wkwkwk. Udah mau tidur dulu besok masuk shift pagi.
Widia : Byee.
Widia langsung menghentikan chatnya dan menghapus semua pesan dari Andri. Takut dirinya nanti juga ketahuan sama suaminya,makanya dia harus bermain rapi. Hal yang dia takutin bukan cuman tentang itu saja, tapi takut malah balasan pesan darinya akan memancing Andri bahkan memancing dirinya sendiri juga.
Karena saat ini meski hanya lewat chat yang seadanya itu, gairah dalam tubuhnya sedikit meningkat ketika berbalas pesan dengan Andri.
"Kamu kenapa yang kok keringetan gitu? Emang gerah?", tanya Suaminya.
Suaminya Widia juga sudah menghentikan aktifitas nya yang bermain ponselnya. Kini dia sedang berhadapan dengan Widia yang sedang tidur juga.
"Gapapa mas, hawanya gerah aja", jawab Widia.
"Ohh kamu masuk pagi kan? Yaudah tidur yuk istirahat", ajak suaminya. Tak lama Suaminya langsung memejamkan matanya setelah berkata seperti itu. Widia nampak kecewa, padahal ada harapan dalam dirinya bahwa suaminya akan memberikan nafkah batin untuknya. Malah suaminya langsung tertidur pulas.
Ditempat kediaman Andri.
Andri sedang rebahan dikasur sambil memegangi penis miliknya sendiri yang sedang berdiri. Matanya sedikit terpejam membayangkan Widia yang berada dalam pikirannya.
"Hmm sssh Widd,, liat aja Widd kamu"
"Ga lama lagi bakal aku dapetin kamu Wid sssh hmmm hmm "
Ucap sendiri Andri, sambil menggerak gerakan tangannya yang memegangi penis miliknya ini. Dibayangkan lah Tubuh Widia yang sedang berada di depannya ini tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi dirinya.
"Hmm Widd hmm sssh"
Disisi lain ditempat Widia.
Ternyata Widia juga melakukan hal yang sama, setelah memastikan suaminya tertidur. Dia langsung berjalan kekamar mandi, melepas benang benang yang menutupi bagian bawahnya. Terpampang jelaslah meki miliknya yang terbuka lebar.
Jika Andri membayangkan Widia di tempatnya, maka kini Widia juga sedang melakukan hal yang sama. Membayangkan Andri di depannya, membayangkan penis miliknya yang sempat di cicip oleh Widia di dalam tempatnya bekerja.
Dimainkan lah jemari - jemari miliknya untuk menyapu, menggesek serta menggali meki miliknya sendiri ini yang sudah lembab dan basah.
"Sssh mmph sssh", Widia mengerang seorang diri.
Andri dan Widia, dua orang yang sama sama sedang menuntaskan gairahnya sendiri. Saling membayangkan satu sama lain meski mereka melakukannya ditempatnya sendiri.
Mereka berdua satu sama lain tak tahu, bahwa orang yang sedang berada di bayangan mereka sendiri ini. Ternyata sedang melakukan hal yang sama seprti yang mereka lakukan.
Dalam benak Widia yang masih menikmati jemarinya sendiri.
"Hmmm ssssh sssh, maaf mas.. Istrimu sudah tergoda", ucap Widia sendiri.
"Aaaghhh", Widia nampak mengerang sedikit kencang.
Dan diliat lah jari jarinya yang putih itu disertai beberapa lendir yang menempel. Dia megusap ngusap jarinya sendiri lalu memasukkan jari itu ke mulut nya. Matanya terpejam menikmati rasa dari jarinya sendiri meski tau ini menjijikan namun dia menikmatinya.
ns 15.158.61.13da2