Aku memandang selembar kertas yang ditempel di dinding pengumuman sekolah. Tinggi badan Boni yang lebih pendek dariku membuatnya harus menjinjitkan kedua kakinya agar bisa membaca tulisan di kertas tersebut. Tetapi kemudian dia menyerah.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7I4AOXoWRM
“Itu pengumuman apa? Sekolah diliburkan?” ia bertanya penuh harap. Aku menggelengkan kepala. Ia menatapku kecewa.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDGPbMHMl2t
“Bukan. Ini pengumuman lomba jalan santai tujuhbelasan,” jawabku sambil terus membaca deretan tulisan di kertas itu. “Hari ini tanggal 15, berarti lomba ini akan diadakan dua hari lagi. Oh ada hadiahnya juga, tetapi palingan hadiahnya cuma satu paket alat tulis.”
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOuEpJCg4iF
“Apakah kita wajib ikut?” tanya Boni lagi.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡG08kNNbZod
“Sayangnya iya. Hmmm… aku yakin lombanya tidak hanya jalan santai. Mungkin ada lomba lain seperti panjat pinang. Siapa tahu. Kamu mau ikut?”
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4bsJuTxlbx
“Jelas saja aku mau ikut!” ujarnya bersemangat. “Kita akan membawa mama kita masing-masing! Barangkali ada kejadian menarik kalau kita membawa mereka.”
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaQmhzfwSqN
“Ya itu pasti. Pihak sekolah tentu tidak akan keberatan bila kita membawa orangtua. Mama kita sepatutnya menjadi tontonan publik. Oke oke, mari kita menghibur para teman-teman kita,” kataku ikut bersemangat. “Tidak ada hari yang membosankan selama masih ada mama kita.”
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡM0mEu42lYw
Sepulang dari sekolah, aku menyerahkan kertas pengumuman yang aku ambil dari papan penumuman sekolah ke mama. Ia sedang duduk di bangku warung sembari menunggu pelanggan datang. Setelah mama membaca kertas pengumuman itu, ia memandangiku dengan penuh curiga.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxZaNDOW5UX
“Mama tahu kamu pasti berencana menelanjangi mama di depan teman-teman kamu,” ujarnya dengan tatapan sedih. “Mama sudah tidak tahu lagi bagaimana melindungi tubuh mama; hampir semua orang sudah melihat tubuh mama. Tolong hentikan ini nak.”
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPbRccdtr6E
“Hmmm… susah mau berhenti ma. Selama ini masih besar maka tidak akan berhenti,” kataku sambil mentutul kedua payudara mama yang tersembunyi di dalam kaosnya. “Sudahlah mama tidak perlu banyak tanya. Lakukan saja maka semuanya akan beres.”
Hari itu pun tiba. Langit pagi menerawang cerah. Ini sebuah pertanda baik untuk memulai sebuah kegiatan jalan santai. Aku sudah mengenakan sepatu olahragaku dan bersiap pergi. Ketika aku hendak membuka pintu, mama masih terlihat ragu. “Apa benar mama harus berpakaian seperti ini?” tanyanya.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ033ZkP3Lz3
Aku menatap mama yang berpakaian serba ketat: sebuah kaos putih super ketat yang ukurannya dua kali lebih kecil daripada ukuran tubuh mama, namun bahannya cukup elastis sehingga tidak mudah robek. Kedua tetek mama seperti mau meledak keluar dari dalam kaosnya. Sementara itu untuk tubuh bagian bawah, mama mengenakan celana olahraga pendek berwarna hitam yang panjangnya hanya beberapa sentimeter di bawah pinggang sehingga nyaris terlihat seperti celana dalam. Walaupun mama mengenakan celana dalam, hal itu tidak mampu menyembunyikan belahan pantatnya yang menonjol.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrgKLnErlIn
“Mama pilih mana antara pakai baju itu atau bertelanjang bulat dari sini ke sekolah?”
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIkZa1BycJi
“Iya nak, iya,” sahut mama memelas.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmxvIIdLV5Y
Sesampainya di sekolah, ternyata para siswa dan guru sudah memulai jalan santai sekitar lima belas menit lalu. Jam tanganku menunjukkan pukul delapan lewat tujuh belas menit, padahal acara jalan santai dimulai pada pukul delapan tepat. Aku hampir saja memutuskan balik ke rumah kalau seandainya aku tidak melihat Boni dan ibunya yang muncul dari balik gerbang sekolah. Mereka juga telat datang.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjSkHLTrhpP
“Astaga aku kira acaranya belum dimulai!” seru Boni sambil menepuk keningnya. “Tapi tenang saja, sepertinya mereka mengikuti jalur jalan santai seperti tahun kemarin. Ya hanya itu satu-satunya jalur jalan santai yang kita punya.”
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnSRWxzcG1u
Aku memandang Ibu Boni yang berpakaian olahraga lengkap tanpa ada menonjolkan tubuhnya sama sekali. Setelah itu aku memandang Boni dengan kecewa.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqk4P17xqwe
“Apa-apaan penampilan ibu kamu ini?” kataku kesal. “Katanya mau memamerkan tubuh ibu kamu? Lalu apa maksudnya pakaian yang serba tertutup ini?” kataku sambil menarik-narik celana panjang training warna kuning milik Ibu Boni. Kaos hitam yang dikenakan Ibu Boni juga sama sekali tidak menonjolkan lekuk tubuhnya.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKBk1GUfiII
“Aku tadi terburu-buru,” kata Boni beralasan.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ92zCYpcIV2
“Kalau begitu sepanjang perjalanan dia harus begini…” kataku sembari menarik celana panjang Ibu Boni ke bawah. Celananya ternyata begitu mudah diturunkan; hanya dengan sekali sentakan, celana itu turun dengan mudahnya sampai di kedua mata kaki. Ibu Boni menatap tajam ke arahku. Sempaknya yang berwarna hitam sangat kontras dengan celana trainingnya.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡC7NYcbBBcT
“Masa aku jalan santai cuma bersempakan begini?” protesnya. “Bagaimana kalau guru lain lihat?”
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVNmB2hVrHk
“Ya jangan sampai terlihat pokoknya,” jawabku santai.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡm6toKitBUQ
“Wah kenapa gak terpikir ya,” kata Boni. “Tahu begini seharusnya mama kayak gini saja dari tadi. Aku memang kurang kreatif.”
“Jadi kapan aku bisa memakai celanaku lagi?” tanya Ibu Boni penuh harap.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8fp4ad7l4I
“Memakai benda ini? Tidak akan,” jawabku ketus. Aku mengambil paksa celana ini lalu melemparnya ke tempat sampah. “Ibu Boni pakai beha? Lepas itu sekarang juga.”
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKv8TVazhKm
Ibu Boni melepas behanya lalu menyerahkannya kepadaku. Aku mengambil benda yang dianggap suci oleh kaum wanita itu lalu melemparnya ke tempat sampah. Sekarang Ibu Boni terlihat lebih menggoda dibandingkan sebelumnya: hanya mengenakan kaos hitam dengan puting nyeplak di kaosnya dan sempak yang juga berwarna hitam yang menutupi bagian bawah tubuhnya.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡz1bSq5do3r
“Untuk mama, jangan khawatir,” kataku ke mama yang sedari tadi gugup. “Mama ada porsinya juga nanti. Nah ayo kita jalan.”
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRdlNxqa8eX
Jalur jalan santai yang dimaksud Boni adalah sebuah jalan setapak menuju ke perbukitan yang terletak di belakang sekolah. Jalan itu sebenarnya adalah jalan menuju ke pertanian; karena diapit oleh ladang padi di kiri dan kanan jalan, akibatnya jalan itu hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki atau sepeda motor. Seorang anak kecil tidak perlu khawatir bila melewati jalan itu karena jalan itu cukup ramai dilewati orang.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡH2BPpsbycv
Mama dari tadi berjalan sambil mengawasi sekelilingnya. Ia terus menerus menutupi belahan pantatnya dengan kedua tangannya. Meski ia sudah berkali-kali memamerkan tubuhnya, tetapi rasa gugupnya tidak juga hilang. Sementara Ibu Boni berusaha cuek dengan terus berjalan tanpa menutupi sempaknya seperti yang dilakukan mama. tampaknya Ibu Boni lebih berani daripada mama. Itu membuatku sedikit gemas.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡs0WAd8OxLB
“Bisa berhenti sebentar,” pintaku. Yang lainnya segera menghentikan jalan. “Ibu Boni sepertinya tidak terlalu terganggu ya, nah sekarang lepas baju ibu.”
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡX3Nu0iY3vD
“Lepas? Nanti tetekku kelihatan dong!” ia memprotes.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXabHh6VE8g
“Lha memang itu tujuannya,” kataku lagi.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvvj6fCiMCh
Ibu Boni menatapku dengan murka, namun tak lama kemudian ia meraih bagian bawah bajunya lalu menariknya ke atas. Kedua teteknya yang padat berisi langsung memantul-mantul tergesek bajunya ketika dilepas. Ia menaruh kaos tersebut ke semak-semak di pinggir jalan. “Sudah puas kamu?” katanya penuh amarah.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnQ2bC6Fgow
“Oke sip sip,” aku mengangguk puas.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWFlf7yb4Qq
Boni tertawa melihat ibunya telanjang. “Mama memang lebih cocok tidak pakai baju, benar-benar lebih mantap telanjang begitu,” komentarnya.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡi8wyWW0p7m
Kami melanjutkan perjalanan. Meski Ibu Boni berusaha tetap cuek, namun ia tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang memerah karena malu. Aku melirik teteknya yang sedikit berurat kehijauan. Sepertinya Boni habis menyusu ke ibunya sebelum berangkat ke sekolah.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrKW2v3aJru
Setelah berjalan sekitar seratus meter, dari kejauhan terlihat dua orang anak sedang duduk di bawah pohon rinang sambil menikmati botol minuman. Dari pakaian olahraga yang dikenakan mereka berdua, aku tahu kalau mereka adalah siswa dari sekolahku.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoJkLAiOBWP
“Ibu Boni bisa melihat dua anak itu?” tanyaku. “Ya, yang mengenakan pakaian olahraga hijau kuning itu. Lihat bukan?”
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQGBzj8Yi4J
“Iya aku lihat, memangnya kenapa?” ia bertanya balik.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaQNKo5SzwS
“Susui mereka.”
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdyceN0wkEG
“Yang benar saja kamu!” seru Ibu Boni. Ia menutupi kedua teteknya dengan salah satu tangannya.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyLzTV50P4s
“Sudahlah ayo maju,” kataku sambil mendorongnya maju. Ibu Boni mendengus kesal, lalu ia berjalan maju mendekati dua siswa yang sedang beristirahat itu. Kedua anak itu menatap ke Ibu Boni dengan pandangan takjub. Salah satu dari mereka bahkan sampai menjatuhkan botol air minumnya.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCZoalzomvW
“Loh bibi ini ibunya Boni kan?” kata salah satu anak itu.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8xCQF2tgRI
“Eh… anu… kalian haus ya?” tanya Ibu Boni gugup. Keringat deras mengucur deras dari keningnya sampai ke dagu. Bulir-bulir keringat itu perlahan-lahan jatuh ke belahan dadanya yang Nampak berpori-pori karena cuaca panas.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxNPvY5WA4X
“Iya bi haus banget malah,” ujar salah satu dari mereka. “Panas-panas begini makanya itunya bibi gak ditutupi ya? Mamaku biasanya begitu juga tapi dia cuma berani di dalam rumah saja.”
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHnqxK1kh91
“Wah enak dong bisa ngelihat tetek mama kamu,” seru anak satunya lagi.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDXSY9t512b
“Lumayanlah, tapi gak seberani bibi ini,” kata anak itu sambil menunjuk ke Ibu Boni.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVQC6kgCu2N
Ibu Boni memberanikan dirinya. “Kalau kalian masih haus, kalian boleh minum susu bibi,” kata Ibu Boni seraya meremas kedua payudaranya yang terlihat lunak. “Bibi dengar anak seusia kalian masih membutuhkan susu, ayo sini minum susu bibi.”
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPPkCUhsSeD
Ibu Boni duduk sambil menyenderkan punggungnya ke batang pohon tempat anak-anak itu berteduh. Ia masih meremas-remas payudaranya seakan-akan hendak memompa susunya di dalamya. Kedua anak itu saling menatap satu sama lain. Salah satu dari mereka mencoba menarik puting tetek Ibu Boni. Ibu Boni sontak mendesah. “Ssssssh… plan-pelan,” katanya. Anak itu langung melepas puting itu dari jari jemarinya karena kaget.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCLmOFCKYCJ
“Kenapa dilepas? Pegang saja jangan takut,” kata Ibu Boni.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnyx25c1sXg
Kedua anak itu mulai memberanikan diri dengan meraba-raba tetek Ibu Boni yang sepertinya membengkak karena remasannya sendiri. Secara hampir bersamaan, mulut kedua anak itu tahu-tahu sudah menempel di payudara Ibu Boni. Dilihat dari pipi mereka yang berdenyut, mereka jelas sedang menghisap pentil Ibu Boni dengan bersemangat.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZ12IbAY5qy
“Nnnngghhh…,” Ibu Boni menutup salah satu matanya menahan nyeri karena salah satu anak itu ada yang menggigit putingnya. Ia mengusap-usap kepala kedua anak itu. Kedua anak itu semakin membenamkan kepala mereka ke dalam gumpalan payudara Ibu Boni yang menutupi sampai ke pipi mereka.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrbtIrdcVUp
“Loh sejak kapan…,” seru Ibu Boni ketika menyadari celana dalamnya sudah melorot sampai ke mata kakinya. Salah satu anak itu pasti ada yang melakukannya atau dia sendiri yang secara tidak sadar memelorotkannya sendiri. Sambil terus menyusu, kedua anak itu menahan kedua kaki Ibu Boni dengan tangan mereka sehingga memek Ibu Boni terbuka lebar.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqVB7gnlUoE
“Wah memeknya Ibu Boni persis seperti punya mama,” kataku sambil melirik mama di sebelahku. Mama membuang muka.
“Aku duluan!” seru salah satu anak itu. Rupanya anak itu baru saja mau memasukkan tangannya ke dalam memek Ibu Boni dan ternyata ia bersentuhan dengan tangan temannya yang juga mau melakukan hal yang sama.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3TGBRyCz7w
“Oke oke silakan,” kata anak satunya mengalah.
Anak itu tersenyum penuh kemenangan. Ia memasukkan kelima jari tangannya ke dalam memek Ibu Boni. Tubuh Ibu Boni mengejang sebentar lalu kembali tenang. Anak itu memainkan jari jemarinya di dalam memek Ibu Boni. Ibu Boni menggigit bibir bawahnya menahan berbagai perasaan yang berkecamuk di pikirannya. Anak itu melepas kulumannya lalu membuka celananya sambil terus membenamkan salah satu tangannya ke dalam memek Ibu Boni. Ibu Boni menatap kontol anak itu yang sudah tegak berdiri menghadap wajahnya.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡq21la4Pgq8
“Bi isap dong,” pinta anak itu. Ia mengeluarkan tangannya dari dalam memek Ibu Boni dan membiarkan tangan temannya yang gantian mengutak-atik memek wanita itu.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhPzA7Y9DcF
“Tapi ini sudah…” kata Ibu Boni kebingungan.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUuZArFJNiu
“Sudah isap saja bi!” seru anak itu sambil menarik kepala Ibu Boni mendekati kontolnya. Bibir Ibu Boni serta merta menempel di kontol anak tersebut. “Phueeh!” ia menjauhkan wajahnya sebentar. Anak itu terus memaksa Ibu Boni agar mendekat ke kontolnya. Ibu Boni memejamkan matanya lalu memasukkan kontol anak itu ke dalam mulutnya.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡB3VVatVKRJ
“Nah begitu dong, bibi cerdas deh. Gak salah si Boni punya ibu seperti bibi,” kata anak itu sambil menepuk-nepuk kepala Ibu Boni. Ia menggerakkan kepala Ibu Boni secara maju mundur agar kontolnya terkocok. Ibu Boni terus memejamkan matanya dan membiarkan kedua anak bengal itu bertindak sesukanya. Anak yang lain ternyata sibuk menjilat memeknya dengan lahap.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡht4nBecCFY
Srrrrrr… srrrrrrr…
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQvK4NK4GFS
Cairan kental membasahi tanah yang diduduki Ibu Boni. Ia terkapar dengan posisi bersender di pohon. Muluta mengeluarkan cairan putih yang meluber sampai ke dagunya. Kedua anak itu menaikan celana mereka masing-masing. Mereka menyempatkan diri untuk meremas-remas tetek Ibu Boni yang terjuntai tanpa penutup.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBwzDWidDh1
“Kalian yang di sana! Cepat ikuti rombongan lain!” seru seseorang dari kejauhan. Sepertinya itu suara dari salah satu guru. Kedua anak itu mengambil ransel mereka dan bergegas pergi. Aku mendekati Ibu Boni yang masih terkapar lemas. Kuamati baik-baik memeknya yang menganga. Memeknya masih saja mengeluarkan cairan bening mengalir perlahan-lahan di sela-sela kedua pahanya.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ84oefjdoLV
“Masih mau?” tanyaku.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqC2RepmlFx
Ibu Boni menggeleng.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbA1QIfAiap
“Tidak. Aku tidak mau lagi,” jawabnya.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡf7xUXgJxPW
Matahari mengintip malu-malu di balik awan. Jalur jalan santai ini cukup panjang dan membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk mengitari sebagian daerah perbukitan. Aku berjalan ke belakang mama lalu aku pelorotkan celananya sampai ke betisnya. Memeknya yang ditumbuhi bulu lebat langsung mencuat keluar.
4802Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWCSBQkOZGY
“Nah, ayo kita lanjutkan perjalanan sampai bertemu yang lain,” kataku sambil menarik celana mama.
ns 15.158.61.48da2
