SIANG TADI
167Please respect copyright.PENANAZCLvUD1VeK
Nafas Mira tersenggal cepat, dirinya tidak lagi meronta-ronta ketika tubuhnya didekap dari arah belakang. Orang yang mendekapnya itu sedang meletakkan pisau kecil di bagian leher. Mira ketakutan bukan main, dia sadar betul jika keselamatannya terancam saat ini. Meronta atau memberontak akan membahayakan nyawanya.
Perlahan-lahan orang tersebut memutar tubuh Mira agar berbalik, dan mereka pun saling berhadapan. Mira ketakutan, tubuhnya kaku tidak mampu berbuat apa-apa meskipun orang tersebut sudah melepas dekapannya. Wajah Mira pucat pasi saat berhadapan dengan sosok pria yang mengenakan masker wajah. Pikiran Mira langsung teringat akan kejadian beberapa malam lalu saat dirinya diperkosa di tengah hutan karet. Apakah ini orang yang sama?
Dalam hati Mira hanya mampu berdoa agar suaminya segera pulang. Mira tidak tahu bagaimana cara untuk lari dari situasi genting semacam ini. Tangan pria tersebut masih memegang pisau. Ingin sekali Mira berteriak meminta tolong, tapi siapa yang akan mendengar teriakannya? Lagipula rumahnya berada jauh dari rumah-rumah tetangga yang lain. Berteriak justru akan mengancam keselamatannya.
“Ka-Kamu mau apa???”
Tak menanggapi pertanyaan Mira, pria itu justru mendorong tubuh Mira hingga jatuh ke atas lantai. Mira makin begidik ngeri saat pria itu berjalan pelan mendekatinya, Miara beringsut pelan ke belakang dengan panik. Pria itu berjalan mendekat sembari menodongkan pisau ke wajah Mira.
Jari telunjuknya diletakkan pada bibir Mira memberi isyarat agar diam. Mira hanya pasrah dalam ketakutan, dirinya diam dan tidak berbuat apa-apa. Jantungnya berdegup kencang seiring dengan napasnya yang kembang kempis. Pria tersebut mendekatkan bibirnya ke telinga Mira lalu berbisik,
"Kalau mau selamat, jangan melawan!" pria itu berbisik pelan, cukup untuk terdengar intimidatif dan menakutkan.
Si pria misterius kemudian membuka sedikit maskernya di bagian mulut, sama sekali belum bisa menunjukkan siapa gerangan dirinya pada Mira karena sebagaian besar nagian wajahnya yang lain masih terbungkus topeng masker.
“Tolong jangan…” Mira langsung terdiam saat tiba-tiba dia dipeluk dari samping dan bibirnya yang tipis dilumat dengan rakus. “Emmphh!” wanita itu mencoba memberontak, tapi tangannya sudah terkunci oleh pelukan pria itu. Dia tidak bisa bergerak.
Sambil terus mencium, tangan pria itu bergerak menelusuri lekuk-lekuk tubuh Mira yang menggoda. Dengan sentuhan-sentuhan lembut ujung jarinya, pria itu mencoba merasakan kehalusan kulit Mira yang mulus seperti kulit bayi. Dari pundak, tangan pria itu turun ke telapak tangan, meremas-remas jari Mira yang lentik, kemudian berputar ke belakang, mengusap punggung wanita itu yang terbingkai indah oleh baju pakaiannya yang tipis. Sentuhan-sentuhan itu tak urung membuat Mira terpengaruh juga, bulu-bulu lembut di tengkuk wanita itu meremang. Dan...
“Ahh….”
Mira akhirnya mendesah saat pria itu mencium pundaknya dengan tangan melingkar menggelitik perutnya yang langsing tanpa lemak. Sentuhan pada perut itu terus beranjak naik, sampai tiba di payudaranya yang membulat besar. Meski masih terbalut baju dan BH, tapi benda itu sudah kelihatan begitu menggoda. Pria itu meremasnya kencang, membuat Mira sedikit mengaduh kesakitan.
“Auw, pelan-pelan!” bisiknya.
Dia menahan nafas saat tangan pria itu kembali turun ke bawah dan menyusup ke balik rok panjangnya yang sudah tersingkap. Tanpa halangan, tangan pria itu mengusap-usap celana dalam Mira yang sudah basah. Sambil menekan, jari-jari itu memberikan sentuhan luar yang luar biasa enaknya, membuat Mira jadi sedikit menggelinjang dan mengaduh keenakan.
“Uhhh….” desis wanita itu pelan.
Pria itu kembali melumat bibir tipis Mira yang terbuka di depannya. Dia memasukkan lidahnya dan memaksa wanita itu untuk saling bertukar air liur. Mira bisa merasakan betapa pahit dan baunya mulut pria itu, campuran antara tembakau dan kopi yang sudah membusuk. Tapi dia tetap harus menerimanya.
“Tahan...tahan...ingat keselamatanmu lebih penting dari apapun!” katanya dalam hati menguatkan diri sendiri.
Tangan pria itu semakin bebas, yang dari tadi melingkar di perutnya, kini perlahan mulai merangkak naik menuju bulatan payudara Mira. Di sana, jari-jari kekar itu bertengger dan meremas-remas buah dada Mira yang masih terbungkus rapat. Tapi meski begitu, rasa kenyalnya sudah begitu terasa, membuat pria itu jadi menikmatinya. Sambil terus mencium, dia terus memijit-mijit benda bulat itu, sementara di bawah, tangannya yang kiri menyusup makin ke dalam, menyerang vagina Mira dengan sentuhan-sentuhannya yang semakin liar.
“Ahhhh!! Awww!” Mira membuka matanya dan menepis tangan yang berusaha menyingkap celana dalamnya.
“Jangan...” bisiknya pelan. Pria itu membalas dengan melumat kembali bibir Mira yang basah.
“Sst, diamlah! Jangan melawan!” Tangannya turun lagi, mengusap paha Mira yang putih mulus, dan terus masuk ke dalam, mencari-cari pangkal paha wanita itu yang masih tertutup celana dalam.
Rangsangan yang terus diberikan oleh pria itu membuat Mira akhirnya menyerah. Penolakannya yang cuma setengah hati dengan cepat menghilang, menguap begitu saja, berganti dengan gairah liar yang meledak-ledak. Saat pria itu melumat bibirnya, Mira dengan begitu panas dan penuh gairah, membalasnya. Lidah wanita itu bergerak liar, mengecap dan mendecap-decap, berusaha untuk menghisap dan mencucup bibir tebal si pejantan misterius yang menganga menjijikkan di depannya.
“Pegang ini!” pria itu membimbing tangan Mira yang meraba malu-malu gundukan kontolnya.
Sudah sejak tadi benda itu menegang, pria itu sendiri terus melanjutkan aksinya, menyingkap rok Mira makin atas dan dengan gemas meraba-raba paha mulus milik wanita cantik itu. Pijatan jari-jari Mira di kontolnya membuat pria itu jadi bernafsu sekali. Dia menyudahi lumatannya dan langsung menurunkan kepalanya ke bawah untuk memberi kecupan dan jilatan kecil pada kedua kaki Mira. Dari lutut, ciumannya naik ke arah paha. Dengan diselingi jilatan dan hisapan halus, sampailah bibir tebal pria itu di pangkal paha Mira. Meski masih tertutup celana dalam, tapi benda itu sudah kelihatan begitu menggoda, membuat makin bernafsu untuk memberikan jilatannya.
“Ah, jangan!”
Mira mencegah saat merasakan tangan pria itu ingin melepas celana dalamnya. Tapi karena sudah terlanjur ditarik, benda itu jadi agak turun sekarang, memperlihatkan sedikit rambut-rambut halus yang menghuni selangkangan.
”Aku mohon jangan! Sudah…Lepaskan aku…” bisik Mira memelas, berusaha menolak untuk yang terakhir kalinya. Harga dirinya sebagai wanita baik-baik membuatnya harus tetap berusaha menghentikan aksi cabul si pria misterius.
”Tenanglah.” pria itu berucap dengan nada mesum. “Aku janji nggak akan menyakitimu. Aku akan membuatmu keenakan.”
”Tapi...”
Belum sempat Mira membantah, pria itu sudah kembali melumat bibirnya yang tipis, sambil tangan kirinya meraba-raba selangkangan Mira dari luar celana dalam. Terasa semakin basah di sana, membuat pria itu jadi tersenyum kegirangan.
Dirangsang secara bertubi-tubi, membuat Mira jadi bernafsu, dia menyerah dengan mudah. Pasrah, wanita cantik itu merebahkan tubuhnya yang sintal di atas lantai dengan posisi kaki menekuk terbuka lebar. Di atasnya, ciuman si pria misterius perlahan turun ke bawah, ke leher Mira yang jenjang. Setelah menghisap dan membuat beberapa cupangan di situ, ciumannya beralih ke pundak. Sambil mencium, pria itu meremas-remas payudara Mira yang besar.
Meski masih terbalut BH putih, tapi kekenyalannya cukup untuk membuat pria itu merem melek keenakan. Tanpa berusaha untuk melepas BH-nya, pria itu menciuminya sejenak, sekedar untuk merasakan kehangatan dan aroma gundukan daging kenyal berukuran besar. Selanjutnya, bibirnya turun ke perut Mira, menjilat sebentar di situ, dan terus turun hingga ke selangkangan dan berhenti di sana.
“A-apa yang mau kamu lakukan?” tanya Mira saat merasakan celana dalamnya di tarik hingga merosot sampai ke lututnya.
Tidak menjawab, pria itu memandangi vagina Mira tanpa berkedip. Inilah kemaluan terindah yang pernah ia lihat, sempit, dengan bulu-bulu hitam yang halus dan terawat rapi. Tengahnya yang kemerahan dengan sedikit kesan mengkilap akibat cairan kewanitaan makin menambah daya pesonanya.
Untuk sesaat, pria itu berdiri terdiam karena takjub. Selanjutnya, setelah menarik nafas kuat-kuat, dari posisi di samping Mira, akhirnya dia memberi sentuhan untuk yang pertama kalinya. Pria itu menatap keindahan paha yang terpampang di depannya. Paha Mira terbuka lebar sehingga dengan mudah ia menciumi dan sesekali menjilatnya karena berada persis setinggi kepalanya. Kulit paha Mira terasa dingin di bibirnya. Lalu diusapkannya wajahnya beberapa kali ke permukaan paha dalam yang mulus itu.
Darahnya berdesir merasakan kemulusan paha di wajah dan pipinya yang masih tertutup topeng masker. Semakin sering mengusap-usapkan wajah dan menciuminya, kulit paha itu terasa semakin hangat. Kedua belah telapak tangannya pun giat bergerak menyalurkan kehangatan. Tangan kirinya mengusap-usap paha kanan bagian luar, sedangkan telapak kanannya digunakan untuk mengusap-usap betis kiri Mira. Wajah si pria misterius makin mendekati pangkal paha Mira.
“Auw!” Mira menggelinjang dan memekik lirih saat lidah basah pria itu mulai menjamah kemaluannya.
Selanjutnya, dengan mata setengah terpejam, Mira berusaha menikmati ciuman dan jilatan pria itu yang dirasakannya makin lama makin enak, terasa begitu nikmat.
"Argh….Aaacchhh! Aduuhhh Bang!!"
Aroma segar kemaluan Mira sungguh menggugah birahi. Si pria misterius menekan hidungnya ke celah sempit di antara bibir vagina. Ditekannya sedalam-dalamnya sambil menghirup aroma kewanitaan yang khas. Mira terkejut merasakan hidung lelaki itu tiba-tiba menusuk lubang vaginanya. Tubuhnya menggelinjang bak cacing kepanasan. Menggelinjang dalam kenikmatan.
"Aarrgghh..! Aarrghh..! Ampun, Bang!" rintihannya semakin keras ketika merasakan lidah si pria misterius menyapu klitorisnya.
“Aaahhh! Aku mau pipis Bang!!! Aaahh!!"
Tapi anehnya Mira tak berusaha menghindari kepala pria itu. Ia bahkan memutar pinggulnya sambil menekan bagian belakang kepala si pria. Mira tak ingin hidung itu lepas dari jepitan bibir vaginanya. Tak lama kemudian, tiba-tiba saja ia merasakan adanya dorongan orgasme yang tak mampu ditahannya. Dorongan itu terasa sangat kuat. Jauh lebih kuat daripada dorongan yang biasanya ia rasakan ketika mendekati puncak waktu bercinta dengan Fadli.
“Aaahhh!!! Aku keluar!! Aku keluaarr!!!”
Si pria misterius mendengar rintihan itu. Tapi ia tak ingin menarik hidungnya. Ia tak peduli walaupun merasakan dua lengan memukul-mukul kepalanya dengan gemas. Ia telah terbius oleh aroma, kehangatan, kelembutan, dan kehalusan dinding vagina Mira. Bahkan semakin diremas dan ditariknya kedua bongkah pantat wanita itu agar hidungnya semakin tenggelam ke dalam liang vagina yang segar.
Remasannya di bongkah pantat milik Mira sangat kuat, membuat wanita itu hanya dapat merintih dan meronta-ronta. Tak lama kemudian, ia merasakan lendir hangat memancar keluar dari liang senggama Mira. Ia sangat senang merasakan kehangatan lendir itu. Aroma cairan tersebut membuat batang kemaluannya semakin tegang.
Si pria misterius menarik kepalanya setelah merasakan lendir orgasme Mira berhenti mengalir. Ia menatap wajah wanita itu sambil tersenyum puas memperlihatkan giginya yang berwarna kekuningan. Ia dapat melihat kenikmatan yang baru saja usai mendera tubuh Mira. Hal itu terlihat dari bola mata Mira yang sayu dan menatap hampa ke atap rumah.
“Sekarang aku masukin kontolku ya!” kata Si pria misterius.
Mira hanya mengangguk di tengah nafasnya yang masih naik-turun. Pria itu menggosokkan batang kontolnya pada bibir vagina Mira yang sudah basah, dirasakannya kelembutan dan kehangatan di ujung batang kemaluannya. Kontolnya menjadi semakin keras, urat-urat di sekujur batang kemaluannya semakin membengkak. Si pria misterius mulai menekan pinggulnya sehingga kontolnya pun membelah bibir vagina yang berwarna pink itu. Ia menatap wajah Mira menggigit bibirnya sendiri ketika merasakan vaginanya dimasuki daging keras nan kekar berukuran besar.
Dengan tambahan tekanan yang lebih keras, kontol itu akhirnya amblas juga diiringi desahan panjang Mira. Keduanya menahan nafas merasakan momen-momen alat kelamin mereka bersatu. Si pria misterius mulai menciumi leher Mira. Dadanya yang direndahkan hingga menekan buah dada Mira yang berukuran besar.
“Aaaachhh! Abang!! Aaacchh!!”
Ia sengaja melakukan hal itu karena ingin merasakan kekenyalan payudara Mira ketika menggeliat. Tangan kirinya meremas buah dada, sedangkan tangan kanannya mengelus-elus paha luar Mira sambil melakukan gerakan tarik dorong ke selangkangan wanita itu. Ia merasakan cairan lendir yang semakin banyak mengolesi batang kemaluannya.
Sambil menghembuskan nafas berat, didorongnya kontolnya lebih dalam hingga ujungnya yang menyerupai helm menyentuh sesuatu. Ia menahan gerakan pinggulnya ketika melihat ekspresi wajah Mira meringis. Ia benar-benar tak ingin menyakiti Mira. Selain itu, tubuhnya sendiri pun bergetar merasakan sempitnya lubang vagina istri Fadli itu. Mulutnya memagut mulut Mira dan dilumatnya bibir wanita itu dengan lahap.
Ia tak ingin mendengar Mira menjerit ketika ia mendorong kontolnya. Puting buah dada Mira diremasnya dengan jempol dan jari telunjuknya. Dan ketika merasakan wanita itu mendorong pinggulnya, dengan cepat didorongnya pula batang kemaluannya.
"Eeemmmcchhhh!!!" terdengar gumaman tertahan dari mulut Mira yang sedang berpagutan dengan si pria misterius.
Ia hanya dapat bergumam ketika merasakan batang kemaluan pria itu menghunjam ke dalam lubang vaginanya. Pria itu kembali membenamkan batang kemaluannya perlahan-lahan. Kali ini ia hanya mendengar Mira mendesis beberapa kali sambil merangkul lehernya erat-erat. Kedua belah kakinya yang jenjang dan mulus semakin erat membelit pinggangnya. Setelah menarik nafas panjang, dan tak sanggup lagi menahan kesabarannya, si pria misterius menghentakkan pinggulnya sedalam-dalamnya hingga pangkal pahanya bersentuhan dengan pangkal paha Mira.
Ia melenguh beberapa kali ketika merasakan seluruh batang kemaluannya terbenam di dalam vagina. Bahkan ia merasakan ujung kemaluannya menyentuh mulut rahim Mira. Sejenak ia diam tak bergerak. Ia sengaja membiarkan batang kemaluannya menikmati sempitnya lubang vagina. Matanya terpejam merasakan remasan lembut di batang kemaluannya ketika vagina itu berdenyut.
"Ouuucchhh! Ayo Bang lanjutin lagi…" rintih Mira ketika seluruh batang kemaluan pria itu terbenam di dalam lubang vaginanya.
Ia merasakan pedih dan nikmat di sekujur tubuhnya. Sensasi yang membuat bulu-bulu roma di sekujur tubuhnya meremang, yang membuat ia terpaksa melengkungkan punggung. Dipeluknya erat-erat tubuh pria itu ketika ia merasakan biji kemaluan memukul-mukul selangkangannya. Mira tak mampu bernafas ketika merasakan nikmatnya saat bibir dalam vaginanya tertarik bersama batang kemaluan itu.
Kenikmatan birahi itu semakin menjalar dari vaginanya, nikmat yang membuat tubuhnya kelejotan ketika sang pejantan kembali menghunjamkan batang kemaluannya. Ia menggigit bibirnya meresapi kenikmatan yang mengalir dari klitorisnya yang tergesek ketika si pria misterius menghunjamkan kontol dengan keceoatan penuh.
Kenikmatan itu membuat Mira terengah-engah karena nafasnya makin memburu. Pria itu juga melenguh setiap kali mendorong batang kemaluannya. Vagina Mira yang seret membuat telapak tangan kasarnya harus meremas payudara wanita itu dengan keras ketika ia menarik kontolnya dari dalam liang senggama. Hampir setengah jam lamanya tubuh Mira dijadikan ladang pemuas birahi, hingga beberapa saat kemudian pria itu melenguh panjang. Mira bisa merasakan batang kontol yang sedari tadi menyesaki vaginanya mendadak berkedut-kedut, tanda jika si empunya akan memuntahkan sperma.
“Ahhh!! Aku mau keluar!!” desah pria itu dengan nafas terengah-engah.
PLOK
PLOK
PLOK
Bunyi tumbukan kelamin keduanya semakin keras terdengar setiap kali Mira mengangkat pinggulnya untuk menyongsong kontol si pria yang menghujam deras. Si pria masih mencoba bertahan, tapi semakin lama vagina yang menelan kontolnya terasa meremas makin kuat dan berdenyut-denyut seolah ingin menghisap kontolnya saja sehingga ia tak mampu lagi menahan gelombang orgasme yang menerpa dengan dahsyat.
"Aarrgghh!!!" raung Si pria misterius ketika merasakan spermanya muncrat dari lubang kencingnya tanpa tertahankan.
Ia menghunjamkan pinggulnya sekeras mungkin agar ujung kontolnya tertanam sedalam-dalamnya di rahim Mira. Tubuhnya menegang saat mencapai puncak kenikmatan . Pada saat itu Mira pun mendapat orgasme dengan tubuh menggelinjang.
“AAAACCHHH! ABAAANGG!!" erang Mira ketika merasakan cairan hangat itu 'menembak' mulut rahimnya!
Selama beberapa saat tubuh keduanya mengejang karena orgasme hingga akhirnya melemas kembali dalam posisi berpelukan. Mereka berbaring beristirahat di atas lantai. Nafas Mira masih tersenggal hebat, dadanya yang berukuran besar naik turun, dahinya pun basah akibat peluh setelah merasakan persetubuhan nan hebat bersama pria misterius.
Perlahan Mira melepas pelukannya pada leher pria itu, namun kakinya masih mengunci tubuh pria tersebut agar kontol di dalam vaginanya tetap berseMiram dan tak terlepas keluar. Sejenak Mira mengambil sedikit waktu untuk memulihkan tenaganya.
"Siapa kamu sebenarnya?" Mira memberanikan diri untuk bertanya dalam keadaan kakinya masih mengunci tubuh pria tersebut. Pria itu menatap mata Mira dan dengan lemah lembut menggelengkan kepala, pertanda dia tidak akan mengaku siapa dirinya yang sebenarnya.
"Aku janji nggak akan melaporkanmu kepada polisi." sekali lagi Mira membujuk agar pria itu mau menunjukkan wajahnya. Namun sekali lagi pria itu hanya menggelengkan kepala.
"Bagaimana kalo kamu mau menunjukkan wajahmu sekarang, lain waktu aku mau melayanimu lagi tanpa perlu paksaan?” Saking penasarannya dengan si pemerkosa, Mira bahkan menjanjikan hal semacam itu.
“Serius???” Ujar si pria misterius seolah tak percaya dengan apa yang baru saja didengar.
“Iya aku serius, kamu bisa pegang kata-kataku.” Jawab Mira meyakinkan.
Pria itu kemudian menggerakkan pinggulnya untuk mencabut kontolnya yang semakin mengecil di dalam vagina Mira. Mira kemudian melonggarkan kakinya dan kembali membuka pahanya lebar-lebar, memberi ruang untuk pria memisahkan alat kelamin mereka.
Sedikit air mani mengalir keluar dari lubang vagina Mira setelah kontol itu terpisah. Dalam posisi masih berlutut, pria itu mulai melepaskan topeng yang dipakainya perlahan-lahan. Mira memperhatikan dengan seksama gerakan pria itu. Dan tiba-tiba mata Mira terbuka lebar saat dapat melihat keseluruhan wajah sosok sang pemerkosa tanpa terhalang lagi.
"Hah... kamu????"
167Please respect copyright.PENANAG7aPtE0v9F
BERSAMBUNG
Cerita "GODAAN MILF BINAL" sudah tersedia dalam format PDF FULL VERSION dan bisa kalian dapatkan di KLIK INI167Please respect copyright.PENANAaocm0QZLRb
167Please respect copyright.PENANA945hc3mQt4