Setelah meninggalkan klinik Madam Riko, Lia berjalan menyusuri jalanan desa . Udara pagi masih segar, tapi pikirannya sudah penuh dengan rencana. Dia tahu bahwa desa ini hanyalah persinggahan sementara. Tujuannya lebih besar dari sekadar bertahan hidup. Dia harus menemukan adiknya dan membalas dendam atas segala yang telah terjadi.
Saat berjalan, Lia mendengar percakapan dua orang pedagang yang sedang berbincang di dekat pasar.
"Kau dengar tentang pelabuhan rahasia di sebelah timur desa?" tanya seorang pedagang kepada temannya.
"Pelabuhan rahasia? Apa maksudmu?" balas yang lain.
"Katanya, ada pelabuhan kecil yang tidak tercatat di peta resmi. Kapal-kapal yang berlabuh di sana biasanya mengangkut barang-barang ilegal atau penumpang yang ingin pergi tanpa meninggalkan jejak."
Lia, yang mendengar percakapan itu, segera tertarik. Pelabuhan rahasia bisa menjadi jalan keluar yang sempurna baginya untuk meninggalkan desa ini tanpa menarik perhatian. Dia memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut.
Pelabuhan Rahasia
Setelah berjalan sekitar satu jam ke arah timur, Lia akhirnya menemukan pelabuhan kecil yang tersembunyi di balik tebing-tebing curam. Pelabuhan itu tidak besar, tapi terlihat sibuk. Beberapa kapal bersandar di dermaga, dan para awak kapal sibuk memuat barang.
Lia mengamati dari kejauhan, mencoba mencari kapal yang cocok untuknya. Matanya tertuju pada sebuah kapal yang terlihat lebih mewah daripada yang lain. Kapal itu memiliki layar hitam dengan simbol aneh yang terukir di bagian depannya. Lia merasa itu adalah kapal yang tepat.
Dia mendekati kapal itu dan melihat seorang pria bertubuh besar berdiri di dekat papan kayu yang menghubungkan kapal ke dermaga. Pria itu mengenakan pakaian yang mewah, tapi sikapnya kasar dan tidak ramah.
"Kau mau apa?" tanya pria itu dengan suara kasar saat melihat Lia mendekat.
"Aku butuh tumpangan," jawab Lia singkat.
Pria itu menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki, lalu tersenyum sinis. "Kau pikir kapal ini untuk sembarang orang? Ada syarat khusus untuk naik ke kapal ini."
Lia mengerutkan kening. "Syarat apa?"
Pria itu tertawa kecil. "Kapten punya selera khusus. Dia hanya mengizinkan penumpang yang bisa memenuhi... kebutuhan seksualnya."
Lia merasa jijik mendengar itu, tapi dia tahu ini mungkin satu-satunya kesempatannya untuk mendapatkan tumpangan. Dia tidak punya banyak pilihan.
"Baik, bawa aku ke kaptenmu," kata Lia dengan suara dingin dan risih.
Pria itu tersenyum lebar dan mempersilakan Lia naik ke kapal. Dia membawanya ke kabin kapten, yang terletak di bagian belakang kapal. Saat pintu kabin terbuka, Lia melihat seorang pria berusia paruh baya duduk di kursi besar. Dia mengenakan pakaian mewah dan memiliki tatapan yang mesum.
"Jadi, kau ingin naik kapalku?" tanya kapten itu dengan suara yang halus tapi penuh gurauan.
"Aku butuh tumpangan ke pulau selatan," jawab Lia.
Kapten itu tersenyum. "Aku bisa membawamu ke sana, tapi ada syaratnya. Kau harus memenuhi kebutuhan seksual beberapa kru selama perjalanan."
Lia menahan rasa jijik yang muncul. Dia tahu apa yang dimaksud kapten itu, tapi dia juga tahu bahwa ini mungkin satu-satunya cara untuk mencapai tujuannya.
"Baik," kata Lia dengan suara datar. "Tapi aku punya syarat juga. Kau tidak boleh menyentuhku tanpa izinku,
Kapten itu tertawa keras. "Kau berani sekali, gadis kecil. Tapi aku suka itu. Baiklah, aku terima tawarannu. Tapi ingat, jika kau melanggar janjimu, aku tidak akan segan-segan membuangmu ke laut sperma."
Lia mengangguk. Dia tahu ini adalah permainan berbahaya, tapi dia tidak punya pilihan lain. Dengan tekad yang kuat, dia memutuskan untuk naik kapal itu dan melanjutkan perjalanannya.
Di Atas Kapal
Kapal itu segera berlayar, meninggalkan pelabuhan rahasia di belakang. Lia berdiri di dek, menatap laut lepas. Dia tahu bahwa perjalanan ini akan penuh dengan bahaya, tapi dia siap menghadapinya.
Adiknya masih hilang, dan balas dendamnya belum selesai. Lia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan melakukan apa pun untuk mencapai tujuannya, bahkan jika itu berarti harus berkompromi dengan setan sekalipun.
Dengan hati yang berat tapi tekad yang kuat, Lia siap menghadapi apa pun yang menunggunya di pulau selatan.
40Please respect copyright.PENANA3E2toTJAcp