Nerd berjalan di pantai untuk memeriksa keadaan harpy yang bernama Tylophis. Harpy yang sangat ganas dan psikopat.
Wanita harpy itu tampak tidak gerak dari kondisinya sebelumnya. Dengan perasaan was – was, Nerd menempelkan jarinya di leher sang harpy.
(Nah, masih hidup. Hm? Padahal mereka terlihat polos begini kalau lagi tidur?)
Nerd segera membelitkan tali pada tubuh Tylophis. Tali putih itu membelit sampai kaki dengan erat.
“Tunggu sebentar,” Nerd teringat akan sesuatu. Nerd kemudian agak menjauh, memandangi Tylophis yang terbelit dengan tali putih.
“O-OH! Sushi udang! Mirip sushi udang yang kumakan dulu di restoran Irlandia! Ya-ampun! Nostalgia sekali!” komentar Nerd pada bentuk yang dia lihat. “Ah, nanti aku coba memancing! Siapa tahu bakal dapet udang! Hohoho!” Nerd sangat bersemangat.
Kemudian…
Daripada diangkatnya seperti seorang putri, Nerd lebih memilik opsi menyeret. Bukan karena tidak mau, namun kaki wanita burung itu punya cakar yang tajam.
Nerd menyeret sampai dekat bangunan yang ia jadikan tempat untuk rumah sementara sekaligus merawat sang putri duyung.
Sementara golem yang dipanggil Nerd sebelumnya, kini duduk bosan sambil bermain pasir.
“Kerja bagus, Golem,”
Golem itu menoleh pada Nerd, mengangguk kecil, dan memberikan jempol. Bahkan wajahnya yang dari pasir terpasang emoticon senyuman.
Sementara itu…
“MmmhMmmmh!”
Terdapat dua sushi udang lainnya yang bersandar tidur di dekat pohon. Avete dan Doreris yang mulutnya dibungkam dengan tali, memandang kejam Nerd saat menyeret Tylophis dan ditunjukkan di hadapan mereka.
“Huh? Aku nggak dengar?” Nerd menyodorkan telinga kanannya dengan raut muka mengejek seperti gorilla.
“MMMHHMMMHAMHMMMHHMD?” protes Doreris dengan kasar dan keras namun tidak terdengar jelas.
“Ya, ya papa paham, uhouhouho!” Nerd terpingkal – pingkal. (Menyenangkan sekali menginjak harga diri mereka, HAHAHAHA!)
Avete dan Doreris sebenarnya saat di tengah – tengah sesi instrumentasi pemulihan sang putri duyung, membuat kegaduhan dengan golem. Mereka tidak menduga bahwa mereka harus bertempur dengan satu makhluk baru selain Nerd, yaitu Golem.
Terima kasih pada golem yang tampak bosan saat ini, instrumentasi medis untuk pemulihan Sang putri duyung berjalan dengan lancar. Setelah operasi kecil dilakukan, Nerd menyuruh Mercy untuk menjaga pasien mereka.
#Whoosh… Splsh…
Sapuan ombak pantai menyeret semua aura negatif. Termasuk niat jahat Nerd yang tampak menikmati menyiksa harpy dengan mental.
Nerd berpaling pada sapuan ombak ringan dan tenang dalam sekejap itu.
(Lustenora… sangat tenang sekali….)
Nerd mendekat.
Seolah dibawa ke masa lalu, memori itu merujuk pada perkataan gadis yang ia ingat dan cintai. Lautan itu persis, memantulkan warna langit. Dengan tanpa kecuali, bintang – bintang konstelar yang menyinari dinding hitam, itu persis ditampilkan pada lautan itu.
(Colatta… tempat yang kamu katakan memang ada! Sayangnya… kamu saat ini… telah tiada.) bisikan nestapa Nerd dalam benaknya, sambil meraih dan mengenggam pasir.
Tenang… tapi menghanyutkan. Indah… tapi menimbulkan pertanyaan.
Ketika ombak kecil datang menghampiri, Nerd bersiap melipat celana panjang hitam formalnya. Untungnya, dia telah melepas sepatu sejak tadi.
Nerd berjongkok, sambil mengulurkan kedua tangannya…
#Splash… whoosh…
Nerd dan ombak itu seolah bersalaman. Mereka seolah kawan yang saling berkenalan. Pikiran Nerd dalam sekejap bersih. Dalam sekejap menuangkan semangkuk penuh piring berisi memori dan nestapa dalam ombak lautan.
(Memang ironi…)
Air laut itu kini menenggelamkan mata kaki Nerd. Pesawat pikiran Nerd beristirahat. Nerd masuk dalam lamunannya. Tenang dan sunyi…
Hingga,
Sesuatu indah terjadi.
Sontak dan spontan pesawat pikiran Nerd dalam kendali logisnya.
(Cahaya!? Mungkinkah ini yang disebut bioluminescence?)
Sekeliling genangan air pada kaki Nerd mengeluarkan cahaya biru fosfor. Bahkan saat kedua tangan Nerd dicelupkan dalam genangan ombak yang sesaat itu juga mengeluarkan cahaya yang sama.
(Mungkin… bila ada hal indah lainnya…. Mungkin Colatta akan tersenyum di sana?) Senyuman lebar di bibir Nerd tercipta.
Tiba – tiba…
“Dokter, maaf menganggu. Pasien sudah siuman,” tambahnya. “Tapi…”
“Huh? Ada apa Mercy?” Nerd menoleh ke belakang, lalu berdiri.
“Pasien tampak kebingungan. Nah, dia memusuhiku,” tambahnya dengan suara lirih yang meresahkan Nerd. “Jahat sekali, kan? Sebagai Wraith yang rendah hati, saya hanya ingin berkenalan dengan putri duyung, loh!” salah satu tangan Mercy menyentuh pipinya, sedangkan tangannya yang lain menggerakan jari dengan aneh. Senyuman bulan sabit dan mata agak menyipit pertanda Nerd tahu kalau Mercy sedang frustasi.
(Hoi, hoi! Kenapa aku selalu dikelilingi wanita yang aneh!?…. Tapi, terima kasih sudah bersabar, Mercy!)
Wraith tidak seperti ras hantu lainnya. Mereka mayoritas introvert dan tidak pernah menakut – nakuti seperti ras hantu lainnya. Mereka punya sikap dan sifat turun temurun sebagai bangsawan. Mereka sangat menaruh tinggi pada kehormatan. Mereka tentu tidak ingin dipandang sangat istimewa, tapi menghadapi mereka seperti pelayan hanya akan melahirkan kemarahan.
Nerd telah mempelajari seluk beluk dan sikap semua ras yang pernah ditemuinya. Termasuk Wraith. Intinya adalah, Wraith tidak ingin diperlakukan buruk, bukan berarti sangat disanjung – sanjung. Dan Wraith, sangat membenci kebodohan.
“B-baik, aku segera ke sana!”
Nerd berlari.
Golem yang bosan itu menggaruk kepalanya yang melihat Nerd berlarian. Sementara dua harpy yang melihat Nerd, langsung memakinya. Tiada hari tanpa memaki meski dalam kondisi yang tidak mudah.
“Nanti dulu, sushi udang!” balas Nerd, lalu terus berlari.. “Adios!
“Mmmhm? MMHMHMHMHMHM!!” Harpy itu semakin emosi dengan wajah bodoh Nerd.
Nerd kini meraih pintu kayu lignum yang sama dengan warna tembok, pink dan berstekstur lembut mirip nilon.
#Cekrek, ngeek….
“Ha-” baru mulai membuka pintu, Nerd sudah kehabisan kata – kata bahkan baru menyentuh setengah.
Nerd menepuk jidatnya. Nerd segera tahu mengapa Mercy frustasi.
Kasur pasien yang posisinya terbalik. Selang infus yang copot dan isinya lumayan menggenangi lantai. Etalase obat tampak sedang berdemo satu sama lain. Bahkan ember kecil yang digunakan untuk membersihkan luka tadi airnya tumpah dan berceceran di mana – mana. Yang jelas, ruangan itu dalam beberapa detik seperti tempat hasil TKP pembunuhan atau kejahatan pencurian.
Sementara putri duyung itu…
“Ha-halooo!? A-aku butuh bantuan!” ia mengangkat salah satu lengan Defribillator seolah transmitter.
Nerd berpaling ke belakang menengok Mercy. Wajahnya masih tesenyum, namun kerutan di leher dan kedua alisnya yang naik turun membuat Nerd tidak ingin mengajaknya mengobrol.
(Ya-am-pun! Kesalahpahaman macam apa ini!?) Nerd menepuk jidatnya lagi.
Ketika Nerd menjejakkan kakinya masuk, Sang putri duyung mulai bereaksi.
“Jangan bergerak! Lebih dari ini!” nadanya sangat tegas meski sedang terancam. Ia posisinya melata di lantai.
“No-nona… ini pasti kesalahpahaman….” Nerd mendekatinya perlahan.
Bukannya malah mendekat. Setiap Nerd melangkah, si putri duyung itu semakin mundur. Ia rela melepaskan lengan Defribillator.
“Kubilang, jangan mendekat!” Wanita itu kemudian menoleh ke samping dan melihat botol plastik obat – obatan tergeletak di lantai.
Dengan baik hati, ia memberikan botol plastik itu. Sayangnya, dengan cara melemparnya dengan kuat.
Nerd tidak sadar akan gerakan itu…
#Plok. Srgg!
Tangan kanan Mercy diulurkan dan menangkap toples plastik itu.
“O-oh.., makasih, Mercy,”
“Nggak masalah, dokter!” sahutnya tersenyum. Tiada hari tanpa senyuman ramah untuk dokter bagi Mercy.
“Saya… hanya perlu memberinya sedikit sopat santun, mungkin?” Remasan pada toples itu menguatkan sinyal khawatir di benak Nerd.
“O-oh… ka-katakan pen-pendapatmu, Mer-mercy?” Nerd tergagap.
“Nah, nah, sebagai awal, bagaimana kalau kita patahkan telunjuknya, dokter!?”
Kata – katanya memang lembut, tapi fakta apa yang dikatakan Mercy sangatlah tidak lembut sama sekali.
(O-oke, aku lebih menyesal tanya ke Mercy…)
Situasinya genting, walau tidak membahayakan, namun cukup membuat situasi kesalahpahaman yang sangat dalam. Itu bahkan bisa lebih buruk. Nerd segera mengosongkan pikirannya. Ia berharap punya pikiran yang tenang.
#Hffffffffpp! Woooh…~
Nerd menghirup udara sedalam – dalamnya, lalu menghembuskan nafas dengan luwes dan lega.
“Aku pendatang baru di planet ini, mohon anda untuk tenang!” Nerd membungkukkan badannya, sambil lututnya menyentuh lantai.
ns 15.158.61.55da2