Alika bekerja part-time di minimarket di area sekitar kosnya karena uang kiriman dari orangtuanya sangat mepet. Dia adalah seorang perempuan dengan tinggi sekitar 150 sentimeter. Postur tubuh yang kurus. Payudaranya bisa dibilang hampir tidak ada, dan hal ini terkadang membuat dia minder di dalam hati. Dia memotong rambutnya agak pendek dan memperlihatkan leher jenjangnya, bagian tubuhnya yang paling dia sukai.
Pagi itu matahari masih belum sepenuhnya bersinar. Akan tetapi, Alika sudah mendorong pintu minimarket agar terbuka sambil menghembuskan nafas panjang.
5110Please respect copyright.PENANAB9rbPg4222
Promo minggu ini! Seks gratis untuk setiap pembelian!
*) tidak berlaku kelipatan, syarat dan ketentuan berlaku
5110Please respect copyright.PENANAX0hfeW7TxG
Dia memandang papan promosi itu. Di toko-toko lain biasanya promosi seks gratis diberikan untuk batasan belanja yang lebih tinggi. Tapi minimarket tempat dia bekerja sepertinya sudah sangat putus asa hingga dengan belanja rokok dua bungkus saja pembeli bisa mendapatkan seks gratis.
Angin dingin berhembus, menimbulkan rasa geli-geli dingin di bibir vagina Alika. Karena promosi baru itu, manajer toko mewajibkan semua staf perempuan untuk mengenakan rok fril superpendek tanpa celana dalam. "Daripada kalian harus bolak-balik memakai dan melepas bawahan kalian," kata manajernya kemarin sore.
Baru beberapa menit dia bersiap-siap di belakang meja kasir, seorang lelaki memasuki toko.
“Selamat datang! Selamat berbelanja!” secara refleks mulutnya memberikan salam.
Alika memandang lelaki yang baru masuk itu. Tubuhnya tinggi dan kurus. Dia mengenakan kemeja yang dikeluarkan dari jins biru tua. Dari gaya berpakaiannya, sepertinya dia adalah pegawai di perusahaan kecil di sekitar toko tempat Alika bekerja. Lelaki itu menghampiri Alika di meja kasir dan menunjuk ke arah poster yang ditempel di luar.
“Lagi ada promo ya, Mbak?” tanyanya.
“Iya. Untuk pembelian minimal lima puluh ribu, kakak bisa mendapatkan bonus seks gratis dari kami.”
“Wah, tumben ada promo bagus. Beli rokok dua, deh. Yang merah itu,” kata lelaki itu sambil menunjuk rokok di belakang Alika.
“Ada lagi, kak? Koreknya mungkin?”
“Udah itu, aja.”
"Promonya mau diambil, kak?" tanya Alika.
"Jelas, dong," jawab lelaki itu sambil nyengir.
Alika mengangguk berjalan mendatangi lelaki itu. Dia berpegangan di meja kasir sambil menunggingkan pinggulnya, memperlihatkan lubang vaginanya dari arah belakang. Seks pertama di pagi hari adalah hal yang tidak dia sukai. Vagina yang belum basah membuat rasa perih yang tidak nyaman baginya.
Tanpa menunggu lama, lelaki itu membuka resletingnya dan mengeluarkan pelirnya. Sambil mengocok, dia menggesek-gesekkan ujung penisnya ke bibir vagina Alika. Beberapa menit kemudian, batang pelir itu sudah tegak berdiri. Tanpa basa-basi, lelaki itu langsung menghujamkan penisnya hingga pangkal. Alika yang vaginanya belum berlendir menggigit bibirnya menahan perih.
"Wah, Mbak! Promonya bagus banget nih. Cuma beli rokok dua bungkus aja bisa ngentot memek Mbak yang enak banget ini," ujar lelaki itu sambil menyodok-nyodokkan pelirnya maju mundur.
Alika bingung harus menjawab apa, antara berterimakasih atas pujian terhadap vaginanya atau menggerutu karena begitu murahnya promosi yang diberikan minimarket.
"Iya, saya juga agak kaget waktu briefing kemarin sore."
Sekitar lima menit kemudian, lelaki itu menambah cepat temponya. Sodokannya semakin panjang dan cepat. Hingga akhirnya dia membenamkan penisnya hingga ke pangkal. Alika bisa merasakan penis yang mengejang dan air mani yang menyembur di dalam liang garbanya, disusul dengan sensasi familiar dari penis setengah tegang yang ditarik keluar.
"Wow! Makasih ya! Hari ini aku ada presentasi. Seks sama kamu ini beneran jadi mood booster," kata lelaki itu sambil menaikkan resletingnya.
"Sama-sama, Kak." Alika mengucapkannya dengan tulus.
"Duluan, ya. Nanti aku kabarin temen-temen di kantor biar ke sini," katanya sambil membuka pintu keluar.
"Terima kasih, silakan berbelanja kembali," kata Alika sambil menyeka vaginanya dengan lap disediakan khusus untuk sperma.
Alika menghirup nafas panjang. Awalnya dia agak kesal dengan keputusan manajerial akan promosi ini. Akan tetapi setelah mendengar respon positif dari konsumen pertamanya hari ini, dia merasa bahwa mungkin pemikirannya akan berubah.
Pintu kembali terbuka. Namun kali ini bukan pelanggan yang datang. Cindy, rekan kerja Alik masuk ke dalam toko. Gadis itu memiliki tinggi yang hampir sama dengan Alika namun dengan tubuh dan payudara yang lebih berisi.
"Alika! Makasih banyak ya udah bukain toko sendirian! Sori, pagi ini aku harus anter mamaku ke klinik dulu," katanya.
“Gapapa, Cin. Santai aja. Mamamu gimana?” tanya Alika sambil kembali menghitung persediaan di komputer.
“Migrain kaya biasanya, cuma dikasih obat sama dokter,” dia menjawab sambil membuka jaketnya. “Lik, hari ini beneran jadi promo?” lanjut Cindy.
Alika memasukkan jarinya ke dalam lubang vaginanya kemudian menunjukkan sisa sperma di ujung jarinya kepada Cindy.
“Wah, pagi-pagi udah ada yang beli ya?” tanya Cindy. Dia melepaskan jins dan celana dalamnya kemudian mengganti bawahannya dengan rok pendek seperti milik Alika.
“He em,” jawab Alika sambil menyeruput sperma di jarinya.
Tak lama kemudian pintu toko terbuka. Dua orang anak muda masuk ke dalam toko. Alika memperkirakan mereka masih SMA.
“Selamat datang, silakan berbelanja,” sapa Alika dan Cindy bersamaan.
Salah satu dari anak muda itu ragu-ragu mendatangi Alika. “Emmm, Mbak, promo di depan…,” dia ragu-ragu untuk melanjutkan pertanyaannya.
“Iya, Kak. Dengan pembelian minimal lima puluh ribu, Kakak bisa ambil promo seks,” jawab Cindy sambil menata barang.
“Oke, makasih.”
Kedua anak SMA itu kemudian berkeliling mencari barang. Alika memanggil Cindy dengan berbisik, “Cin, berondong, tuh.”
Cindy terkekeh kecil. “Buat kamu aja,” jawab Cindy. Namun mereka berdua tahu bahwa penis brondong adalah favorit Cindy. Alika tidak mau mengambil jatah rekan kerjanya itu.
Beberapa saat kemudian, kedua anak SMA itu datang ke meja kasir dengan membawa beberapa satu keranjang berisi snack dan minuman ringan.
“Totalnya lima puluh tiga ribu. Ada tambahan lagi, Kak?” tanya Alika.
“Emmm, tanya, Mbak. Promonya berlaku untuk satu orang aja apa gimana?”
Alika menatap ke arah Cindy dan mengangkat bahunya. Cindy menghentikan pekerjaannya menata barang dan mendatangi meja kasir. “Sebetulnya promo hanya berlaku per pengunjung untuk satu pramuniaga, Kak. Tapi saya bisa membuat perkecualian,” katanya sambil tersenyum.
“Ooh, makasih.”
“Jadi …, promonya mau diambil, Kak?” tanya Cindy menggoda.
Kedua anak SMA itu mengangguk kemudian menelan ludahnya. Mungkin mereka tak sanggup membayangkan akan membenamkan penis mereka ke dalam salah satu lubang gadis montok di depan mereka.
“Baik,” ujar Cindy sambil mengambil posisi membungkuk. “Yang satu pakai mulut saja, ya, Kak.”
Mereka berdua dengan cepat melucuti celana mereka dan mengocok penisnya. Akan tetapi, anak yang bertubuh lebih pendek dan berkulit legam lebih cepat menegakkan penisnya. “Aku duluan, hahaha!” katanya kepada temannya dan segera menghunuskan batang pelirnya ke dalam lubang vagina Cindy.
“Hahaha, sialan!” sahut temannya yang jangkung sambil meraih kepala Cindy dan menyodorkan penisnya. Alih-alih mengulumnya, Cindy justru menyusuri batang penis si jangkung dengan lidahnya. Kemudian dia memainkan lidahnya di seluruh permukaan biji pelir anak itu.
“Buset! Nyesel kamu gak ngerasain lidahnya si Mbak ini,” kata si jangkung sambil memejamkan matanya.
Merasa tidak terima, si pendek meremas erat-erat pantat Cindy. Dengan brutal dia menyodok-nyodokkan penisnya lebih kencang lagi. “Plak! Plak! Plak!” Suara paha yang beradu dengan paha Cindy memenuhi ruangan minimarket.
Karena sibuk mengulum penis, Cindy hanya bisa mendesah. Air liur menetes dari mulutnya, sedangkan di mulut bawahnya, lendir mengalir melewati pahanya hingga ke lantai. Tangan kirinya meraih dan memainkan klitorisnya seirama dengan sentakan si Pendek.
Melihat Cindy di-gangbang di depannya membuat Alika tidak bisa menahan berahinya. Tanpa sadar tangannya menggapai vaginanya kemudian jemarinya menggesek-gesek labia mayoranya. Ah, enak bener si Cindy. Pagi-pagi udah dapet gangbang.
Tak lama kemudian, si Jangkung mengeluarkan penisnya dari dalam mulut Cindy. Sambil mengerang, dia memuntahkan semua air maninya ke wajah Cindy. Air mani pemuda yang sedang puber itu tumpah ruah di seluruh wajah Cindy sampai-sampai sebagian membasahi rambutnya. Tidak berselang lama, si Pendek menggenjot lebih kencang lagi kemudian membenamkan batangnya hingga pangkal. Cindy bisa merasakan penis pemuda itu berkedut-kedut, mengeluarkan air mani di dalam liang vagina Cindy.
“Wah, makasih ya, Mbak,” kata si Jangkung. “Nanti saya kabarin temen-temen biar pada belanja di sini.”
“Iya, vaginanya Mbak mantep banget, nih,” sahut si Pendek ketika mengeluarkan penisnya yang sudah mulai mengendur. “Apalagi bisa sambil ngeremes pantat yang semok kaya gini,“ kemudian dia menampar pantat Cindy yang sekal.
Muka Cindy memerah mendengar pujian dari kedua anak SMA itu. “Sama-sama, Kak. Senang bisa jadi tempat penyaluran sperma Kakak. Silakan berbelanja kembali,” katanya malu-malu.
“Wah, yang pagi-pagi udah dapet brondong. Dapet dua lagi,” canda Alika kepada Cindy ketika kedua anak SMA itu telah pergi. Cindy hanya cekikikan sebagai jawaban.
“Cin, tau, gak? Kemarin sore aku sebenernya agak bete waktu denger bakalan ada promo kaya gini. Tapi setelah dirasa-rasain, kayanya promo ini bakalan amazing, deh,” kata Alika sambil menghitung stok.
“Sama. Aku juga gitu kemarin. Tapi kalo tiap pagi dapet brondong gini, siapa juga yang mau nolak?”
Pembicaraan mereka terhenti karena pintu terbuka. Seorang lelaki bertubuh tinggi dan ramping masuk ke dalam toko. Umurnya sekitar dua puluhan akhir. Dia mengenakan kemeja putih yang nyaris tanpa bekas lipatan. Dari jauh Alika dan Cindy bisa mencium parfum yang sangat maskulin. Lelaki itu berjalan menuju ke meja kasir. Dari dekat, kini mereka berdua bisa melihat bahwa garis wajah lelaki itu bisa dipersamakan dengan aktor drama Korea, lembut tapi tetap maskulin.
“Mbak, lagi ada promo, ya?” tanya lelaki itu. Berlawanan dengan wajahnya yang lembut, suaranya yang dalam seperti menggetarkan seisi ruangan.
“Eh, promo …. Emmm …, iya. Lagi ada promo, Kak,” jawab Cindy terbata-bata.
“Berlaku kelipatan, gak?” tanya lelaki itu sambil tersenyum. Melihat lesung pipit dan deretan gigi putih lelaki itu membuat vagina kedua perempuan itu berkedut-kedut.
“Iya, Kak! Promonya berlaku kelipatan!” sahut Alika yang tiba-tiba sudah berada di sebelah Cindy di meja kasir.
“Oh, oke. Aku muter cari barang dulu, ya.”
Ketika lelaki itu menghilang di balik rak, Alika berbisik, “sekarang giliranku!”
Tanpa melepaskan pandangan dari cowok itu, Cindy mencubit pantat Alika sebagai jawaban. “Ogah! Emang situ doang yang doyan oppa kaya gini?” bisiknya kemudian.
“Kita lihat ya siapa yang menang,” sahut Alika.
“Oke! Yang kalah nraktir!5110Please respect copyright.PENANAXmZ2pO7NgM