Di rumah pak Afgan,

Di ruang keluarga..

"Bu..", Titah memanggil kanjeng ibu.

"Iya nduk", jawab kanjeng ibu.

"Itu apa ?", tanya Titah.

"Ini resep rahasianya ibu, nduk", jawab kanjeng ibu lagi.

"Oh.., Gampang, Jumiati", Titah memanggil Gampang dan Jumiati.

"Iya bu Afgan", jawab Gampang dan Jumiati.

"Kalian ikut ke Kediri kan besok ?", tanya Titah lagi.

"Iya bu Afgan", jawab Jumiati.

"Saya tidak bu Afgan, setelah mengantar bu Afgan, kanjeng ibu, den mas Kamil, dan mbak Citra ke stasiun tetap berada di rumah, takutnya pak Afgan minta diantar ke kantor dan pergi urusan pekerjaan lainnya bu Afgan", jawab Gampang.

"Berarti di rumah Joya sama kamu, suami saya, adik saya, dan pak lik Purwanto, oh ya saya titip suami saya ya Gampang, terus awasi suami saya dan kasih laporan pada saya kalau suami saya macam-macam", kata Titah.

"Inggih bu, siap laksanakan tugas bu Afgan", sambung Gampang.

"Joya mana tah ?", tanya kanjeng ibu.

"Tidak tau", jawab Titah.

"Jo.. Ya..", kanjeng ibu berteriak memanggil Paijo.

"Iya kanjeng ibu", jawab Paijo.

"Ini", kata kanjeng ibu memberikan resep bolu.

"Ini apa kanjeng ibu ?", tanya Paijo.

"Resep kue bolu rahasia saya, kamu pelajari ya, oh ya satu lagi pesan saya kamu harus bisa membuat kue, setelah saya pulang nanti saya mau lihat hasil kue buatan kamu", jawab kanjeng ibu.

"Oh inggih kanjeng ibu", kata Paijo.

"Ya sudah, ada lagi jo", sambung kanjeng ibu.

"Apa itu kanjeng ibu ?", tanya Paijo lagi.

"Ini..", jawab kanjeng ibu lagi.

"Kok amplop sih kanjeng ibu, oh saya tau pasti mau titip sekalian ya ke kantor pos besok ?", tanya Paijo lagi.

"Bukan..", jawab kanjeng ibu lagi.

"Kok bukan, terus ini apa kanjeng ibu ?", tanya Paijo lagi.

"Di buka saja dulu", jawab kanjeng ibu lagi.

"Oh inggih, wah.., banyak banget kanjeng ibu", kata Paijo yang terkejut ternyata isi amplop itu adalah uang untuk membeli bahan kue beserta bonus dari kanjeng ibu.

"Iya, itu buat beli bahan kue dan bonus juga untuk kamu asalkan di buat membeli bahan kue dan latihan membuat kue, setelah berhasil dan rasanya enak ada tambahan bonus lagi buat kamu jo", kata kanjeng ibu yang berjanji memberikan bonus untuk Paijo lagi.

"Jarang-jarang loh kanjeng ibu seperti ini", kata Paijo lagi.

"Ya dong, ya sudah belajar membuat kue yang benar dan yang paling penting adalah rasanya", sambung kanjeng ibu.

"Siap kanjeng ibu", kata Paijo lagi.

"Oh iya yu besok titip Paijo dan Gampang ya", sambung kanjeng ibu lagi.

"Siap bu", kata Ayu.

"Titah ku sayang", Afgan memanggil Titah.

"Iya mas", jawab Titah.

"Gampang mana ya ?", tanya Afgan.

"Tidak tau mas dimana, tadi sih disini, terus sudahnya tidak tau Gampang nya kemana", jawab Titah lagi.

"Mas Afgan", Ayu memanggil Afgan.

"Iya yu, kenapa ?", tanya Afgan.

"Itu Gampang nya", jawab Ayu.

"Oh iya, makasih ya yu..", kata Afgan.

"Iya, mbak", sambung Ayu.

"Iya dik", kata Titah.

"Em berapa hari pergi ke Kediri nya ?", tanya Ayu.

"Dua hari dik", jawab Titah.

"Oh..", seru Ayu.

"Kenapa ?", tanya Titah.

"Tanya doang mbak", jawab Ayu.

"Pak Afgan maaf", kata Gampang.

"Iya Gampang ada apa ?", tanya Afgan.

"Ini uang apa ya ?", tanya Gampang juga.

"Itu uang ganti oli kamu kemarin, oh ya ini enam ratus ribu ganti uang bensin kamu juga", jawab Afgan.

"Oh.., saya kira uang apa pak..", kata Gampang lagi.

"Sudah lunas ya", sambung Afgan.

"Iya pak..", kata Gampang lagi.

"Titah ku sayang..", Afgan memanggil Titah.

"Iya mas Afgan", jawab Titah.

"Untuk besok sudah semua belum yang mau dibawa ?", tanya Afgan.

"Sudah semua kok mas Afgan", jawab Titah.

"Oh ya Afgan selama istri kamu tidak di rumah kamu jangan berbuat macam-macam ya, kalau kamu berbuat yang macam-macam nanti saya coret dari daftar warisan", kata kanjeng ibu yang mengancam pak Afgan.

"Iya kanjeng ibu, kanjeng ibu tenang saja saya tidak akan pernah berbuat macam-macam, saya itu hanya berbuat satu macam saja kok", kata Afgan yang ketakutan dengan ancaman kanjeng ibu.

"Eh loh, apa maksudnya kamu Afgan ?", tanya kanjeng ibu.

"Ya saya hanya berbuat satu macam saja kanjeng ibu, yaitu hanya mencintai istri saya, kanjeng ibu", jawab Afgan.

Keesokan harinya saya dan Gampang pergi ke pasar untuk membeli bahan kue bolu yang kemarin kanjeng ibu berikan resepnya padaku.

Keesokan harinya..

Di rumah pak Afgan,

Di dapur..

"Jo ayo jadi tidak sih kita ke pasarnya ?", tanya Gampang.

"Ya jadi tunggu tehnya habis ya", jawab Paijo.

"Aja suwe-suwe", kata Gampang.

"Mboten Gampang, sekedhap meneh.., yuk budhal", sambung Paijo.

"Kersa kemana jo ?", tanya Gampang.

"Turene marang pasar, gimana sih cah iki", jawab Paijo dengan geleng-geleng kepala.

"Hehe.., pis jo..", kata Gampang.

"Nggih sampun yuk budhal dhateng peken mangke selak siyang", sambung Paijo.

"Inggih jo..", kata Gampang lagi.

Di pasar..

"Jo..", Gampang memanggil Paijo.

"Apa ?", tanya Paijo.

"Sampun rampung nggih tumbas nik ?", tanya Gampang juga.

"Dereng Gampang,taksih enten setunggal meneh", jawab Paijo.

"Oh, menapa punika jo ?", tanya Gampang lagi.

"Glepung terigu,niki cepeng meneh", jawab Paijo lagi.

"Jagi jo..", kata Gampang.

Lima menit kemudian..

Masih di pasar..

"Nah sampun komplit sakmenika pas nik mantuk, Gampang, mangga mantuk sampun rampung nih tumbasne, Gampang.., nggih Alloh malah tilem meneh, Gampang..", kata Paijo yang berbalik melihat ke arah Gampang yang sedang tertidur.

"Eh oh, inggih jagi pak Afgan kersa ing terna kemana ?", tanya Gampang yang mengigau.

"Eh jae.., niki kula Paijo sanes pak Afgan", keluh Paijo.

"Inggih, eh Paijo aku kinten", kata Gampang.

"Stop ampun kathah ginem yuk cepet mantuk..", sambung Paijo.

"Iya jo, jo tunggu", kata Gampang lagi.

Satu jam kemudian..

Di depan komplek..

"Cepat Gampang, panas nih", kata Paijo.

"Cepat, cepat kamu mah enak bisa ngomong cepat jo, lah aku..", keluh Gampang.

"Emang kenapa sama kamu Gampang ?", tanya Paijo yang mendengar Gampang mengeluh pada Paijo.

"Ini loh bawaan nya banyak banget, sudah gitu tuh lihat kamu cuma bawa satu tepung terigu doang lagi..", jawab Gampang yang mengeluh pada Paijo.

"Oh jadi kamu ngiri sama saya, ya sudah deh nih..", kata Paijo yang memberikan tepung terigu pada Gampang.

"Loh kok, jo, jo, jo", keluh Gampang lagi.

"Apa lagi sih Gampang ?", tanya Paijo lagi.

"Kok malah di tambahin", jawab Gampang lagi.

"Oh gitu ya sudah sini saya bawain, tepung nya doang", kata Paijo yang mengambil tepung terigu kembali yang Paijo berikan pada Gampang tadi.

"Sa.. Sa.. Sa..", kata Gampang yang gagap.

"Sama-sama", kata Paijo yang meneruskan perkataan Gampang.

"Sa.. Sa.. Sa..", sambung Gampang masih dengan gagap.

"Sudah yuk di tunggu pak Afgan di rumah", kata Paijo lagi.

"Iya..", sambung Gampang lagi.

Lalu tiba-tiba aku dan Gampang bertabrakan dengan dua preman sehingga barang kami tertukar dan rupanya juga mereka berdua sedang di kejar-kejar oleh polisi.

Masih di depan komplek..

"Aduh..", kata Paijo, Gampang, dan kedua preman.

"Sorry mas, sorry", kata bos preman.

"Sorra, sorry kalian itu pake mata gak sih kalo jalan ?", tanya Paijo.

"Pake mas..", jawab bos preman.

"Apa perlu saya ajarkan lari, Gampang lari", kata Paijo yang menyuruh Gampang untuk lari.

"Oke, loh kok aku yang lari sih", keluh Gampang.

"Lagi kamu ikut-ikut", kata Paijo lagi.

"Hei tunggu", kata polisi yang mengejar kedua preman itu.

"Aduh bos.., gawat ini bos..", kata anak buah preman.

"Iya bener yuk lari", sambung bos preman.

"Permisi mas..", kata anak buah preman lagi yang pergi meninggalkan Paijo dan Gampang.

"Iya..", seru Paijo dan Gampang.

Di stasiun..

"Ibu mau ngapain ?", tanya Titah.

"Ibu mau telepon pak lik mu nduk", jawab kanjeng ibu.

"Oh..", seru Titah.

Percakapan kanjeng ibu dan pak lik Purwanto lewat telepon.

"Assalamu'alaikum dhi mas", kanjeng ibu memberikan salam pada pak lik Purwanto.

"Wa'alaikumussalam mbak yu", pak lik Purwanto menjawab salam dari kanjeng ibu.

"Saya menelepon hanya ingin memperingati kembali, awasi suami keponakan mu ya, terus bantu pantau dan jangan lupa kabari saya terus ya dhi mas", kata kanjeng ibu.

"Inggih mbak yu, kalau itu beres, serahkan saja pada adikmu ini", sambung pak lik Purwanto.

"Ya sudah begitu saja, assalamu'alaikum", kanjeng ibu memberikan salam pada pak lik Purwanto.

"Inggih mbak yu, wa'alaikumussalam", pak lik Purwanto menjawab salam dari kanjeng ibu.

Sesampainya di rumah aku langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan bahan-bahan membuat kue rahasia kanjeng ibu yang kanjeng ibu berikan padaku kemarin.

Di rumah pak Afgan,

Di dapur..

"Akhirnya..", kata Paijo.

"Jo..", Gampang memanggil Paijo.

"Apa ?", tanya Paijo.

"Sekarang tinggal membuat kue ya ?", tanya Gampang juga.

"Iya dong Gampang", jawab Paijo.

"Ya sudah mulai jo", kata Gampang.

"Oke pertama-tama masukan gula kedalam mixer, lalu masukan mentega tiga sendok Oke one two Three, lalu baru tuang air kedalam mixer secukupnya, lalu masukan telur tiga butir one, two, three", kata Paijo yang membaca dan mempraktikkan resep kue bolu rahasia kanjeng ibu.

"Eh jo..", keluh Gampang yang melihat Paijo menaruh telur beserta kulitnya kedalam mixer.

"Kenapa Gampang ?", tanya Paijo.

"Ngawur kamu jo masa telur sama kulit-kulit nya", jawab Gampang.

"Lah Gampang, saya kan membuatnya sesuai resep dari kanjeng ibu, nih baca masukan telur sebanyak tiga butir bukan masukan isi telur tiga butir, sudah jangan ganggu konsentrasi ku", kata Paijo.

"Iya jo", sambung Gampang.

"Sekarang yang terakhir adalah tepung.., wah kurang nih, Gampang tadi tepung yang saya beli mana ?", tanya Paijo lagi.

"Itu jo", jawab Gampang lagi.

"Sini dong masukin", kata Paijo lagi.

"Masukin saja sendiri", sambung Gampang lagi.

"Wah.., ini anak ya, kamu lupa apa semalam kanjeng ibu ngomong apa ke saya setelah kembali dari pacitan harus bisa membuat kue dan juga nih ada NB nya", kata Paijo lagi.

"Masa sih ?", tanya Gampang.

"Yah dibilang tidak percaya, nih NB nya", jawab Paijo.

"Gimana memangnya ?", tanya Gampang lagi.

"Nih dengerin, Joya apa bila Gampang tidak mau menuruti perintah kamu maka kamu berhak memecatnya bila perlu kamu masukan kepalanya ke dalam mixer, jadi gimana ?", tanya Paijo juga.

"Iya aku masukin", jawab Gampang.

"Ada NB lagi nih, setelah itu Gampang harus mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu dan mengepel", kata Paijo lagi.

"Masa sih jo, masih tidak percaya aku mana coba sini aku lihat", sambung Gampang lagi.

"Nih..", kata Paijo memberikan resep kanjeng ibu pada Gampang.

"Mana tidak ada NB nya gitu jo", kata Gampang dengan heran.

"NB itu kan singkatan dari not blind yang artinya tidak buta, buta itu tidak kelihatan kalau bahasa inggris nya ghoif.., sudah sana beres-beres rumah", kata Paijo lagi.

"Iya, iya jo", sambung Gampang lagi.

Di ruang tv..

"Ayu ngapain sih dari tadi bolak balik ?", tanya Afgan.

"Aku bengong mas Afgan", jawab Ayu.

"Bengong, bingung kali ?", tanya Afgan lagi.

"Nah iya itu maksudnya aku, mas Afgan", jawab Ayu lagi.

"Kamu bingung kenapa ?", tanya Afgan lagi.

"Itu tadi bu Rani ngajak aku ngobrol dia ngajak aku ke mall", jawab Ayu lagi.

"Ya sudah kamu ikut saja", kata Afgan.

"Kalo ke mall sih okelah mas Afgan, tapi kalo sudah belanja pasti bu Rani ujung-ujungnya pamer, Ayu aku beli ini loh, Ayu aku beli itu loh", sambung Ayu.

"Oh kalo itu mah mudah caranya Ayu", kata Afgan lagi.

"Gimana caranya ?", tanya Ayu.

"Tinggal pamer balik saja lagi, eh bu Rani, aku habis jual ini, jual itu eh ternyata bu Rani yang beli, berarti bu Rani belanja barang bekas saya dong, gitu saja kok repot", keluh Afgan yang sedang membaca koran dan minum teh di ruang tv.

"Eee.., capek deh..", kata Ayu.

"Hu..", keluh Afgan yang kesal pada Ayu.

Akhirnya kue buatan ku sudah jadi, sekarang tinggal menghidangkan nya untuk pak Afgan, bu Ayu, dan Pak lik Purwanto, ketika aku teriak kesenangan, karena kuenya berhasil ku buat pak Afgan datang ke dapur mencari Gampang.

Di dapur lagi..

"Berhasil, berhasil, berhasil hore..", sorak Paijo yang senang berhasil membuat kue.

"Jo..", Afgan memanggil Paijo.

"Iya pak Afgan", jawab Paijo.

"Kamu ngapain ?", tanya Afgan.

"Saya senang karena Dora berhasil, eh Dora Joya maksudnya", jawab Paijo.

"Berhasil soal apa ?", tanya Afgan lagi.

"Membuat kue dong.., pak Afgan ngapain ?", tanya Paijo juga.

"Saya cari Gampang, kamu lihat Gampang tidak ?", tanya Afgan lagi.

"Oh kalo Gampang mah saya tidak tau dan tidak ada disini yang ada disini saya & kue bolu ini, mau cobain pak ?", tanya Paijo juga.

"Tidak ah..", jawab Afgan.

"Loh kok gitu pak ?", tanya Paijo lagi.

"Iya karena kue buatan kamu itu tidak jelas", jawab Afgan lagi.

"Tidak jelas gimana dan jangan sembarangan ngomong ya pak, ini resep dari kanjeng ibu tau", kata Paijo.

"Resepnya sih iya dari kanjeng ibu tapi..", sambung Afgan.

"Tapi apa pak ?", tanya Paijo lagi.

"Tapi kue itu kan dari tangan kamu alias kamu yang buat tidak mau, tidak jelas..", jawab pak Afgan lagi.

"Pak Afgan tidak tau ya", kata Paijo lagi.

"Tidak tau apa jo ?", tanya Afgan lagi.

"Kanjeng ibu memberikan NB", jawab Paijo lagi.

"Ha NB ?", tanya Afgan lagi.

"Iya NB dari kanjeng ibu seperti ini, Joya apabila Afgan tidak mau mencicipi kue buatan kamu lempar dia pakai kursi", jawab Paijo.

"Ha masa sih jo ?", tanya Afgan lagi.

"Iya, jadi bagaimana pak Afgan mau cicipi apa tidak ?", tanya Paijo juga.

"Coba sini saya lihat", kata Afgan.

"Nih..", sambung Paijo.

"Wah iya nih jo, kanjeng ibu juga kasih NB buat kamu, gini katanya, Afgan apabila Joya ingin menimpuk kamu pakai kursi cepat kamu tabrak dia dengan mobilmu", kata Afgan lagi.

"Ha mana sini, ada BN..", sambung Paijo lagi.

"Kok BN bukannya NB ?", tanya Afgan lagi.

"Iya dong, kan saya balik.., tadi yang terakhir pak Afgan baca itu NB, lalu saya balik jadi sekarang namanya BN", jawab Paijo lagi.

"Oh apa BN nya ?", tanya Afgan lagi.

"Joya jangan takut kalau Afgan mau tabrak kamu pakai mobil, mobil kan adanya di garasi bukan di dapur kan kaya orang gila mobil di bawa-bawa ke dapur segala..", jawab Paijo lagi.

"Sudah hem sudah ?", tanya Afgan lagi.

"Iya pak, jadi gimana ?", tanya Paijo juga.

"Kamu mau tau tidak artinya NB itu apa ?", tanya Afgan lagi.

"Tau dong", jawab Paijo lagi.

"Apa coba ?", tanya Afgan lagi.

"Not Blind kan ?", tanya Paijo yang membuat Afgan kesal.

"Ada lagi, nih NB nih, nonjok sama bogem mau hem..", jawab Afgan dengan kesal dengan ulah joya atau Paijo.

"Eh tidak, iya ampun", kata Paijo lagi.

Dan sedang asyik-asyiknya Gampang mencuci mobil datanglah tetangga yang suka pamer, bu Rani mencari bu Ayu.

Di garasi mobil..

"Assalamu'alaikum Gampang", bu Rani memberikan salam pada Gampang.

"Wa'alaikumussalam bu Rani", Gampang menjawab salam dari bu Rani.

"Kamu lagi ngapain ?", tanya bu Rani.

"Ngintip pembantu tetangga yang baru, tidak lah bu, ini loh cuci mobil", jawab Gampang.

"Oh cuci mobil kok jam segini sih, beda sama supir saya subuh, subuh dia bangun langsung cuci mobil, habis antar saya cuci mobil lagi, suami saya mau pergi ke kantor cuci mobil, pulang dari kantor juga begitu sama cuci mobil lagi, begitu seterusnya", kata bu Rani.

"Loh memang supirnya bu Rani tuh berapa kali sih nyuci mobilnya ?", tanya Gampang.

"Oh tak terhitung, karena nyucinya juga pakai sabun", jawab bu Rani.

"Ya tau bu cuci mobil pakai sabun masa pakai angin", kata Gampang.

"Eh tapi ini bukan sabun sembarangan Gampang, ini sabun import kalo kamu paling sabun biasa kan sabun colek.., Ayu mana saya mau ajak dia ke mall nih", kata bu Rani yang mencari Ayu.

"Bu Rani mau ajak bu Ayu ke mall ya tidak level dong, kan bu ayu produk import walaupun aslinya orang indonesia tapi sudah lama di London, dia juga mandi itu mandi pakai sabun khusus produk import kalau bu Rani pakai sabun biasa kan, sabun colek..", kata Gampang yang menyindir bu Rani.

"Tau ah capek ngomong sama kamu saya langsung masuk duluan saja ya dah..", kata bu Rani.

Bu Rani akhirnya masuk kedalam rumah setelah di sindir oleh Gampang, lalu kemudian aku bertemu dengannya di meja makan dan mencari bu Ayu kemudian ku tinggal sebentar untuk membersihkan dapur yang berantakan lalu kue bolu itu ku tinggal sebentar, ketika saya kembali lagi ke meja makan ternyata kuenya sudah habis setengah di makan oleh bu Rani lalu aku meminta bayaran padanya karena dia telah memakan kue buatan ku.

Di meja makan..

"Kuenya sudah siap, bu Rani ngapain ?", tanya Paijo yang membawa kue buatannya dan yang melihat bu Rani ada di meja makan.

"Eh Joya..", kata bu Rani.

"Saya mencari Ayu, Ayu nya mana ?", tanya bu Rani.

"Bu Ayu ?, disini tidak ada bu Ayu, bu Ayu di London", jawab Paijo.

"Di London darimana orang ada disini kok, tadi pagi saya ketemu sama dia", kata bu Rani.

"Oh, mungkin baru datang kali soalnya dari tadi pagi saya sibuk membuat kue jadi saya tidak tau kalau bu Ayu datang, jangan tanya saya, oh ya bu Rani ngomong-ngomong tadi bu Rani lewat darimana Kok saya tidak lihat masuknya ?", tanya Paijo lagi.

"Saya lewat dari pintu lah", jawab bu Rani.

"Oh saya kira dari loteng", kata Paijo.

"Sembarangan emangnya musang apa ?", tanya bu Rani lagi.

"Tidak ngomong ya, bu Rani yang ngomong, sudah ah.., saya titip kue buatan saya dulu awas jangan di makan ini buat keluarga di rumah ini", jawab Paijo lagi.

"Eh jo, jo..", bu Rani memanggil Paijo.

"Iya bu", jawab Paijo lagi.

"Mau kemana ?", tanya bu Rani lagi.

"Mau ke dapur lah", jawab Paijo lagi.

"Oh saya tau pasti kamu mau ambilin saya minum kan ?", tanya bu Rani lagi.

"Saya mau beresin dapur", jawab Paijo lagi.

"Loh jo gimana sih kan saya tamu disini kok tidak diambilkan minum sih", kata bu Rani.

"Ih ngapain ngambilin minum buat bu Rani lagian juga bu Rani tidak pantas tau jadi tamu", sambung Paijo.

"Terus saya pantasnya jadi apa dong jo ?", tanya bu Rani lagi.

"Jadi tambal ban..", jawab Paijo lagi.

"Hem Joya..", kata bu Rani yang kesal pada Paijo.

Satu jam kemudian..

Masih di meja makan..

"Akhirnya beres juga tuh dapur, loh kok bu Rani apa-apaan ini kok kue bolunya habis, tinggal setengah lagi..", kata Paijo yang kesal kue bolu buatannya dimakan oleh bu Rani.

"Jo ini kue bikinan kamu ya jo ?", bu Rani bertanya pada Paijo seperti orang yang sedang mabuk.

"Iya..", jawab Paijo.

"Enak banget jo", kata bu Rani memuji kue buatan Paijo.

"Ya jelas, orang saya yang buat, karena bu Rani sudah memakan kue buatan saya dan bukan bagian dari keluarga ini maka bu Rani harus membayar ke saya sebesar cepek alias seratus ribu", kata Paijo yang meminta bayaran karena kuenya telah dimakan oleh bu Rani.

"Ha seratus ribu mahal banget jo, sepuluh ribu saja ya, sudah sepuluh ribu saja ya jo, nih kebetulan saya bawa uangnya.., seribu, dua ribu, tiga ribu..", kata bu Rani yang menghitung uangnya dengan cekukan.

"Ha bu Rani tiga ribu darimana ini seratus ribuan semua bu Rani", kata Paijo lagi.

"Seratus ribu apaan orang seribuan gini, kamu kali yang mabuk ya jo, ih joya mabuk nih, yaah jo saya cuma bawa enam ribu doang yang empat ribunya ngutang dulu ya", sambung bu Rani lagi.

Di rumah pak Afgan,

Masih di meja makan..

"Eh jo tidak usah deh, saya tidak mau ngutang-ngutangan ribet, nih ada STNK mobil saya, saya gadein dulu begitu saya punya uang nanti saya ambil kembali STNK mobil saya", kata bu Rani.

"Jo, bu Rani kenapa kok kaya orang mabuk jo ?", tanya Gampang.

"Aku sendiri tidak tau Gampang, kenapa bu Rani bisa kaya gitu, Gampang", jawab Paijo.

"Apa ?", tanya Gampang lagi.

"Ke dapur yuk ikut sama saya", jawab Paijo.

"Yuk..", kata Gampang.

Bu Ayu yang melihat ada bu Rani di meja makan langsung kembali ke ruang keluarga ternyata di situ ada pak Afgan yang sedang membaca koran dan di buat kesal oleh bu Ayu, karena bu Ayu mengganggu konsentrasinya pak Afgan yang sedang membaca koran.

Masih di meja makan..

"Ih itu kan bu Rani", kata Ayu yang melihat bu Rani ada di meja makan.

Di ruang keluarga..

"Ih..", kata Ayu yang ketakutan ketika melihat bu Rani ada di meja makan.

"Duh Ayu..", kata Afgan yang kesal pada Ayu, karena menganggu konsentrasi nya membaca koran.

"Iya mas Afgan", kata Ayu yang masih ketakutan.

"Kamu kenapa sih, ah ih, ah ih ?", tanya Afgan.

"Itu loh bu Rani, mas Afgan", jawab Ayu.

"Kenapa emangnya sama bu Rani ?", tanya Afgan lagi.

"Dia ada disini", jawab Ayu lagi.

"Ya sudah temui saja", kata Afgan.

"Mas Afgan saja gih yang temui, aku tadi sudah bilang sedang pergi ke luar rumah", sambung Ayu.

"Ya itu dl..", kata Afgan lagi.

"Apa itu dl ?", tanya Ayu.

"Derita loh..", jawab Afgan.

"Kalau begitu boam ah", kata Ayu.

"Ha boam apa tuh ?", tanya Afgan lagi.

"Bodo amat ah, hehe..", jawab Ayu lagi.

"Hem", kata Afgan yang kesal pada Ayu dan melanjutkan membaca koran.

Bu Rani masuk ke ruang keluarga dan bertemu bu Ayu, lalu bu Ayu menjelaskan bahwa bu Ayu baru saja sampai rumah.

Masih di ruang keluarga..

"Hai Ayu, Afgan", bu Rani menyapa Ayu dan Afgan.

"Iya bu Rani", kata Afgan dan Ayu.

"Eh iya bu Rani, duh maaf ya bu, aku baru saja pulang dan maaf juga tidak bisa ikut ke mall", kata Ayu yang memberikan alasan pada bu Rani.

"Mall ?, siapa yang mau ngajak kamu ke mall orang saya mau pulang kok, dah", kata bu Rani tidak ingat apapun tujuannya datang ke rumah pak Afgan mau apa.

"Yu..", Afgan memanggil Ayu.

"Iya mas", jawab Ayu.

"Bu Rani kenapa ?", tanya Afgan.

"Tidak tau mas Afgan, tapi kelihatannya seperti orang mobak", jawab Ayu.

"Mabuk, hem..", kata Afgan yang kesal pada Ayu, yang membenarkan perkataan dari Ayu.

Lalu di teras depan rumah bu Rani bertemu dengan orang yang tabrakan dengan aku dan juga Gampang tadi pagi.

Di teras depan rumah pak Afgan..

"Bos.., Wah itu sepertinya mabuk barang kita deh bos", kata anak buah preman.

"Sok tau kamu", sambung bos preman.

"Tau lah bos kalo cekukan nya dua kali itu mabuk barang kita", kata anak buah preman lagi.

"Kalau cekukan nya satu kali ?", tanya bos preman.

"Itu mabuk balsem bos", jawab Anak buah preman.

"Lah kalau tiga kali ?", tanya bos preman lagi.

"Mabuk balsem dan barang kita bos", jawab anak buah preman.

"Ngawur kamu", kata bos preman.

"Ngapain disitu kalian berdua ?", tanya bu Rani.

"Bu, ibu mabuk ya ?", tanya anak buah preman juga.

"Ih siapa yang mabuk, kamu kali mabuk", jawab bu Rani.

"Ibu itu keluar dari rumah ini berarti orang itu ada di dalam rumah ini", kata bos preman lagi.

"Iya bos", sambung anak buah preman.

"Yuk", kata bos preman yang mengajak anak buahnya untuk masuk kedalam rumah pak Afgan.

"Ngapain bos ?", tanya anak buah preman.

"Ya ngambil barang kita lah yuk", jawab bos preman.

"Oh yuk, yuk bos..", kata anak buah preman lagi.

Di garasi mobil..

"Hem akhirnya ludes juga ini kue", kata Paijo.

"Jangan bergerak", kata bos preman.

"Eh kamu kan yang", kata Paijo yang mengingat-ingat kejadian tadi pagi.

"Iya saya kesini mau mengambil barang saya", kata bos preman yang ingin mengambil barang yang tertukar oleh Paijo.

"Barang apaan ?", tanya Paijo.

"Tadi yang waktu tabrakan barang kamu sama barang saya ketukar", jawab bos preman.

"Ah masa, kok tidak berasa ya kalau ketukar ya ?", tanya Paijo yang memegang sesuatu.

"Bukan itu mu maksudnya", jawab bos preman.

"Oh, mungkin barang yang kalian berdua maksud adalah serbuk ya ?", tanya Paijo lagi.

"Nah iya itu yang saya maksud", jawab bos preman lagi.

"Oh..", seru Paijo.

"Oh, oh saja, sekarang mana barang saya ?", tanya bos preman lagi.

"Barangnya sudah saya jadiin ini nih", jawab Paijo lagi.

"Loh kue..", kata anak buah preman yang terkejut barang mereka sudah jadi kue bolu.

"Iya..", kata Paijo.

"Saya mau barang saya kembali", sambung bos preman.

Kediri

Di rumah kanjeng ibu,

Di ruang tengah..

"Nduk..", kanjeng ibu memanggil Titah.

"Inggih bu", jawab Titah.

"Coba kamu telepon suamimu gih untuk memastikan saja apakah di rumahmu dalam keadaan baik-baik saja atau tidak, takutnya Paijo berulah lagi", kata kanjeng ibu.

"Oh iya bu..", sambung Titah.

Jakarta

Di rumah pak Afgan,

Di meja makan..

"Mbak Titah pulang kapan mas ?", tanya Ayu.

"Katanya sih hari ini, mungkin malam atau sore", jawab Afgan.

"Oh..", seru Ayu.

"Ada telepon tuh, angkat gih..", Afgan mendengar telepon rumah berbunyi dan menyuruh Ayu yang mengangkatnya.

"Kenapa aku, kenapa tidak mas Afgan saja yang angkat", kata Ayu yang menyuruh Afgan kembali mengangkat telepon rumahnya.

"Yeh tuaan siapa sih ?", tanya Afgan.

"Iya, iya aku angkat", jawab Ayu.

Pacitan

Di rumah kanjeng ibu,

Masih di ruang tengah..

"Piye di entas ora nduk ?", tanya kanjeng ibu.

"Diangkat bu, sebentar ya bu", jawab Titah.

"Inggih nduk", kata kanjeng ibu.

**

Percakapan Titah dan Ayu lewat telepon.

"Halo..", kata Titah.

"Iya halo..", sambung Ayu.

"Ayu..", kata Titah lagi.

"Iya benar ini siapa ?", tanya Ayu.

"Ini aku, mbak mu", jawab Titah.

"Oh mbak Titah, ada apa mbak ?", tanya Ayu lagi.

"Saya ingin bertanya keadaan rumah bagaimana ?", tanya Titah juga.

"The house is fine and safe, just calm down", jawab Ayu.

"Are you sure, are Joya and Gampang causing more trouble ?", tanya Titah lagi.

"No, my sister", jawab Ayu lagi.

"Oh Oke..", seru Titah.

"I leave them", kata Titah.

"Ready", sambung Ayu.

"Okay, well then..", kata Titah menutup telepon.

"Bye..", kata Ayu yang juga menutup teleponnya.

**

Jakarta

Di Rumah pak Afgan,

Masih di meja makan..

"Siapa yu ?", tanya Afgan.

"my older sister", jawab Ayu.

"Oh..", seru Afgan.

"Yes, mas Afgan", kata Ayu.

"Iyo a ?", tanya Afgan.

"Dengar tidak ?", tanya Ayu juga.

"Iyo, suaro ribuik-ribuik a tu ya ?", tanya Afgan lagi.

"Mas Afgan ngomong apa sih ?", tanya Ayu juga.

"Hem rasain emangnya enak tidak ngerti kan sekarang bahasa minang alias padang itu", kata Afgan yang masih kesal pada Ayu di dalam hati.

"Ih kok malah diam, ya sudah lah kesana saja", kata Ayu.

"Yah tuh bocah malah pergi, Ayu tunggu", sambung Afgan.

Pacitan

Di rumah kanjeng ibu,

Di ruang tengah lagi..

"Piye nduk ?", tanya kanjeng ibu.

"Aman bu..", jawab Titah.

"Syukur alhamdulillah", kata kanjeng ibu.

Jakarta

Di rumah pak Afgan,

Di garasi mobil..

"Ini ribut-ribut ada apa sih ?", tanya Afgan.

"Jangan bergerak angkat tangan semuanya", kata bos preman yang meminta semua yang ada di garasi mobil mengangkat tangannya.

"Siap..", kata anak buah preman yang ikut angkat tangan juga.

"Loh kamu ngapain ?", tanya bos preman.

"Katanya di suruh angkat tangan bos,ya saya ikut bos..", jawab anak buah preman.

"Kamu tidak usah ikutan, cukup mereka saja yang angkat tangan", kata bos preman.

"Oh..", seru anak buah preman.

"Iya", sambung bos preman.

"Ya sudah kalau begitu saya turun kan lagi", kata anak buah preman lagi.

"Ya sudah cepat kamu ikat mereka", sambung bos preman lagi.

Kami pun kedinginan dan tak berapa lama kami kedinginan bu Rani dan pak polisi datang ke rumah untuk meminta pertanggung jawaban ku dan aku juga di suruh mengembalikan uangnya sebesar enam ratus ribu beserta STNK mobilnya bu Rani, kedua bandar narkoba itu melihat polisi lalu kemudian mereka lari , rupanya mereka adalah buronan yang selama ini di cari oleh polisi yang bertemu aku dan Gampang tadi pagi di komplek depan.

Di ruang tengah..

"Saya sekarang minta ganti rugi", kata bos preman.

"Ganti rugi apaan, nih serbuknya sudah jadi kue tidak ada dan tidak bisa", sambung Paijo.

"Oke kamu tidak mau ganti maka..", kata bos preman yang mengancam keluarga pak Afgan.

"Tuh lihat pak, ini yang namanya..", kata bu Rani.

"Bos, bos polisi bos", sambung anak buah preman.

"Kabur..", kata bos preman dan anak buah preman.

"Hai tunggu kamu..", kata polisi mengejar bos preman dan anak buah preman.

"Pak polisi sekarang bagaimana ini ?", tanya bu Rani.

"Maaf bu nanti saya akan kembali, saya kejar orang itu dulu karena dia adalah buronan yang selama ini saya cari-cari", jawab polisi.

"Joya kembalikan uang saya dan STNK nya juga", kata bu Rani yang meminta uang dan STNK mobilnya kembali.

"Uang apaan ?", tanya Paijo.

"Uang yang tadi siang saya kasih ke kamu", jawab bu Rani.

"Saya tidak merasa di kasih uang sama bu Rani", kata Paijo yang beralasan pada bu Rani.

"Saya kasih kok", sambung bu Rani.

"Bu Rani lupa kali", kata Paijo yang masih beralasan pada bu Rani.

“Apa iya ya..”, kata bu Rani yang kembali mengingat-ingatnya.

"Bu tolong bu", kata Ayu yang meminta tolong pada bu Rani.

"Iya bu, tolong bukain tapi yang mengikat kami", kata Afgan yang meminta tolong pada bu Rani juga.

"Oh iya, siap pak Afgan, Ayu", kata bu Rani yang membantu keluarga pak Afgan.

Keesokan harinya kanjeng ibu, bu Afgan, den mas Kamil dan non Citra sampai di rumah, membawa oleh-oleh untuk kami, lalu aku pun memberikan kanjeng ibu kue bolu yang baru ku buat tadi pagi, kanjeng ibu sangat menyukai kue bolu buatanku.