Hari-hari pertama dirumah kedua kujalani dengan sedikit terpaksa, bagaimana tidak terpaksa, aku setiap hari harus hidup dengan seluruh aturan mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi pun diatur. "Hai kalau makan jangan sambil berdiri, duduk" Gertak pengurus rumah kedua, sontak saja orang itu langsung duduk, mukanya pucat. Suara pengurus rumah kedua memang keras, lebih keras dari TOA masjid kayanya hahahaha. Aku hampir menyerah pada masa-masa awal dirumah kedua, tapi setiap ingin menyerah aku teringat wajah orang tuaku, wajah yang menaruh harapan pada anaknya, wajah yang menggambarkan kelak setelah engkau kembali dari rumah kedua ibu berharap engkau lebih banyak belajar tentang apa itu makna hidup.
1157Please respect copyright.PENANAXNbMZmC4hY
1157Please respect copyright.PENANAlX6GRz7oQz
Setiap malam aku mempunyai kebiasaan melihat langit yang dihiasi bintang"Hai, melamun saja. Sedang memikirkan apa?" Seseorang menepuk bahuku lalu duduk disampingku. Ah si Revan mengagetkan saja. Revan adalah salah-satu temanku, satu kamar juga denganku. "Ah kamu itu mengagetkan saja, sedang memikirkan nanti jika sudah tidak dirumah kedua ini, apa yang akan kita lakukan?", Revan menarik nafas dalam seakan-akan akan mengatakan sesuatu yang berat " Tentu saja aku akan bermain internet sampai puas hahahhahahaha". Ah dasar Revan, yang dipikirkan hanya bermain internet saja. Dirumah kedua ini internet memang sangat dibatasi, jika ingin bermain internet harus berjalan menembus aral melintang. "Kalau kamu akan melakukan apa setelah pergi dari rumah kedua ini?" Gantian revan yang bertanya kepadaku sekarang. "Entahlah, kita gak pernah tau kan apa yang akan terjadi dimasa depan?, lebih baik jalani saja hari ini dengan sebaik-baiknya" Jawabku sembari menatap langit. Kita menatap langit bersama-sama dengan pikiran masing-masing.
ns 15.158.61.8da2