Saat ini lastri sudah mulai tenang dan tidak tersengal lagi nafasnya. Sementara Vie masih duduk di samping ranjangnya, lalu saprol pun menghampiri tubuh setengah telanjang itu lagi.
1245Please respect copyright.PENANAsV5QJ8nw9f
Saat itu juga saprol naik lagi ke ranjang, disebelah tubuh lastri. Lalu spontan dia mengangkat tangannya kepada lastri, menunjukkan dua buah bulu angsa di tangannya. Bulu itu sendiri berupa bulu angsa panjang yang pangkalnya tertanam pada sebuah bilah kayu, setiap pangkalnya terdapat dua buah bulu yang berimpit dan menjadi bercabang dua pada ujungnya.
1245Please respect copyright.PENANAEUXmw5Niuf
Dengan nakal saprol memutar mutar kedua bulu itu didepan mata lastri yang sudah mulai ketakutan itu.
“sudah siapkah untuk permainan berikutnya ini sayang?” goda saprol
Lastri tidak menjawab melainkan matanya yang terbelalak lebar melihat kedua bulu itu mulai mendekati tubuh telanjangnya. Dengan pelan saprol naik lagi ke pinggul lastri dan kembali mengunci pinggulnya, kedua tangannya yang memegang bulu tampak bergerak ke samping menghampiri ketiak lastri yang merengek tertahan.
1245Please respect copyright.PENANAADfrO32o0k
Sementara Vie juga tidak tinggal diam, tangannya nampak membantu menyibak dan menahan singkapan baju lastri ke samping sehingga bagian ketiaknya terbuka lebar dan saprol bebas menggelitiknya.
“Ayo sayang….neh mau tak kitik kitik yha…hihihihi….siap yha….hmmm,” saprol masih terus menggoda lastri. Ujung bulu itu sudah semakin dekat dengan ketiak lastri, membuat lastri histeris tertahan, dan akhirnya ujung bulu angsa itu mulai menyentuh dan mengusap usap lembut kulit ketiaknya yang putih, seakan membungkam histerisnya lastri. Dan bulu itupun mulai dengan gerakan liar yang mengusap menyapu dan melingkar lingkar di lembah ketiaknya. Akhirnya mulut lastri tidak bisa menahan kegelian yang dirasakannya, ketawa tertahan yang dicoba ditahannya sekuat mungkin akhirnya seakan meledak ledak, diselingi jeritan histeris, bibirnya sudah tidak bisa menahan untuk tertawa, rengekan dan permintaan tolongnya seakan tenggelam seiring usapan lembut bulu yang menggesek gesek simpul sarafnya, urat lehernya terlihat menegang kuat, jari jari tangannya mengepal dengan kuat. Aku tahu yang dia inginkan hanyalah bisa mengatupkan kedua lengannya, menutup ketiaknya dari ulah saprol. Tetapi tentu saja itu tidak bisa dilakukannya, lengannya tetap terpentang lebar memberi kebebasan penuh pada saprol untuk beraksi. Gerakan bulu itu sudah seperti jarum seismograf yang sedang mencatat gempa. Kadang pelan teratur tetapi kadang cepat dan liar. Saprol sudah sangat pandai memainkannya, terkadang ujung bulu itu ditariknya ke bawah hingga berada di samping payudaranya. Mengusap usap bongkahan gunung indah itu, lalu naik lagi kembali menyusuri ketiaknya hingga ke bawah lengan, lalu turun kembali. Begitu berulang ulang dengan gerakan acak sehingga lastri sampai terkejat kejat karena tidak bisa menduga ujung bulu itu akan bergerak kemana. Tubuh montoknya ikut menggeliat geliat mencoba menghindari usapan ujung bulu itu, sementara rengekannya sudah tidak jelas tenggelam dalam ketawa histerisnya. Disaat lastri sudah putus asa untuk berontak, tanpa diduga ujung bulu yang bercabang itu menuju putingnya. Sehingga kedua putingnya seakan terjepit diantara dua ujung bulu angsa itu. Saprol berhenti sejenak setelah menempatkan mainannya itu di puting susu lastri. Beberapa detik kemudian saprol menarik bulu itu pelan sekali dengan gerakan seperti orang sedang menggergaji. Membuat setiap helai ujung bulu angsa itu dengan lincah menggesek dan menggelitik ujung puting susu lastri. Lastri yang masih tersengal sengal akibatnya seakan akan disengat listrik, dadanya berulangkali membusung dan terkejat kejat merasakan aliran rasa geli di puting susunya akibat gerakan bulu angsa saprol. Dengan intens saprol menarik bulunya sampai bawah, lalu kembali lagi diangkat dan diulangi lagi gerakan gergaji tadi dari atas. Membuat lastri hanya bisa mengibas kibaskan kepalanya menahan rasa geli itu. Dia Cuma bisa berharap saprol segera menghentikan permainan bulu itu di putingnya. Kira kira setelah tujuh kali tarikan dari atas ke bawah, saprol akhirnya mengakhiri gelitikannya pada puting susu lastri. Membuat lastri tergolek lemas. Saprol memandangi wajah lastri sambil terkekeh kesenangan. Bulu angsa itu ditaruhnya di samping ranjang. Lalu kedua tangannya meraih payudara lastri. Dengan perlahan bukit kenyal itupun diremas remas pada bagian pangkalnya. Sambil mengawasi lastri yang sampai memejamkan mata tidak berani memandang tatapan saprol.
1245Please respect copyright.PENANA9j7IfsBCsm
Tiba tiba mulut saprol menghampiri payudara kanan nya. Dan mencium dengan gemas bagian atas payudaranya sambil terus diremas. Kumis tipis saprol sengaja disapukan di sekujur bagian atas payudaranya.
“Hmmmm…….cuppp…cuuppp…ahhhh…HHsshhhh…” saprol sengaja menghembuskan nafasnya diatas kulit putih bergurat biru halus itu. Akhrnya wajahnya seakan tenggelam sembari mengusapi dada dan bagian atas payudara lastri. Gumaman nya tidak jelas karena sebagian wajahnya tenggelam dalam bola lunak itu, sembari ditingkah oleh lastri yang menjerit tertahan karena ulah saprol. Bentuk payudara lastri pun sudah tidak karuan lagi akibat remasan gemas dari tangan saprol. Dan akhirnya saprol pun memutuskan untuk mulai memasukkan ujung payudara lastri dalam mulutnya. Dimulai dengan puting susu kanan yang dijepit halus oleh bibirnya dan akhirnya sebuah sedotan keras yang membuat tubuh lastri menggeliat kegelian. Lidah saprol sampe berkecipak memainkan puting susunya di dalam mulutnya. Bergantian saprol melakukannya pada payudara kiri dan kanan lastri.
Akhirnya saprol menghentikan sedotan dan remasannya, mulutnya masih mendecap decap seakan akan baru saja meikmati suatu hidangan yang nikmat.
” Hmmm…pentilmu kenyal banget sih jeng…..bikin gemeesssss deh.” Kata saprol sambil menjentik puting susu lastri
“Pokoknya aku belum puas ngenyotnya….bakal tak kitik kitik sampe lemas kamu jeng…..hehehehehe,” kelakar saprol yang membuat mata lastri terbelalak ketakutan.
“Gantian prol…,” kata Vie tanpa diduga.
Saprol Cuma tersenyum mengiyakan dan turun dari pinggul lastri. Vie pun akhirnya berjalan memutar. Sama seperti saprol dia lalu naik ke pinggul lastri dan mendudukinya, membuat aku teringat bak seperti adegan lesbian dalam film bokep.
Vie ini mengingatkan pada body farah quin, dengan badan langsing tetapi payudara besar. Itu yang terlihat dari setelan blus warna gelap yang dikenakannya. Setelah mengikat rambutnya ke atas, dia lalu bergerak seakan menyelusup diatas tubuh lastri. Tangan dan jarinya yang bercat kuku hitam seperti tangan dracula menerkam mangsa. Payudara lastri pun diraihnya dengan lembut tanpa ekspresi. Sambil menundukkan wajahnya mendekati payudara itu, tangan Vie menahan bola lunak lastri ke atas, sambil terus memandang lastri dengan dingin, mulut Vie menyusur ke pangkal payudara bawah lastri yang tepat berkenaan dengan perutnya. Lidah Vie menjulur keluar perlahan dan mulai menjilat dengan penuh perasaan persis pada lipatan antara payudara dan perutnya. Tak disangka dan tak kuduga reaksi lastri begitu keras terhadap perlakuan itu. Tubuhnya berkelojotan bak cacing kepanasan menerima jilatan lidah Vie. Membuat aku juga tersirap melihatnya.
Aku akhirnya maklum kenapa sasaran Vie begitu tepat karena sebagai perempuan dia tentunya juga mengetahui bagian mana dari tubuhnya yang merupakan titik paling sensitif. Dan dia melakukan itu pada tubuh lastri. Mataku dah nanar dan berkali kali menelan ludah melihat pemandangan itu. Melihat begitu hebatnya lastri dalam menggeliat geliat kesana kemari, sementara Vie dengan tenangnya dan perlahan mengusap lipatan itu dengan lidahnya. Akhirnya payudara lastri pun dilepasnya, tetapi lidahnya masih bergerak menyusuri permukaan payudara lastri menuju ke samping di bawah ketiak. Beberapa kecupan kecil dibuat Vie terhadap bagian samping payudara lastri yang membuatnya berkelojotan.
1245Please respect copyright.PENANABRS9gvKmZV
Akhirnya Vie duduk tegak kembali di pinggul lastri. Tangannya meraih sebuah botol kecil berisi cairan yang mirip baby oil itu dari tepi ranjang. Diteteskannya cairan itu pada kedua puting susu lastri yang masih menegang dan mencuat keras. Setelah cukup Vie lalu menunduk kembali, kali ini hanya kedua jari telunjuknya yang dijulurkan ke puting susu lastri. Ujung jari telunjuknya lalu mengusap permukaan payudara lastri, tepat melingkari aerolanya yang sudah dilumuri baby oil tadi. Dengan gerakan perlahan kedua jari telunjuknya mulai memutar mutar seakan meratakan baby oil tadi melingkari puting susunya, tanpa menyentuh lingkaran gelap aerola lastri. Gerakan pelan yang semakin lama semakin cepat itu membuat darahku tersirap, seakan aku bisa membayangkan apa yang dirasakan lastri saat itu. Dan akhirnya gerakan memutar telunjuk Vie pun semakin cepat melingkari puting susu lastri. Vie tampak sangat menikmati reaksi lastri. Dengan tersenyum simpul dia melihat lastri yang bagaikan cacing kepanasan berkelojotan tidak karuan karena kegelian. Cukup lama putaran jari telunjuknya melingkar lingkar hingga akhirnya radiusnya semakin mengecil dan mulai melingkari aerolanya lastri. Aku sampe mendekap mulutku sendiri melihatnya membayangkan rasa geli yang sangat menyiksa lastri karena jari telunjuk Vie itu, apalagi dengan lumuran baby oil tadi. Kepala lastri sampai menggeleng geleng dengan keras ke samping kanan dan kiri mencoba menahan rasa geli itu, tetapi Vie tidak berhenti disitu. Jari telunjuknya sekarang bergerak dari atas menjentik jentik dengan cepat mengenai ujung puting susu lastri yang sudah menegang itu, membuat lastri akhirnya menjerit jerit histeris kegelian. Merengek rengek minta dihentikan dan dilepaskan. Tetapi Vie masih dengan terampilnya menjentik jentik ujung puting susu yang sekarang seperti sebuah tonjolan karet itu saking kerasnya sehingga jari jari Vie seakan memantul mantul pada puting susu lastri.
Hampir lima menit berlalu dan Vie lalu menghentikan permainannya,tetapi dia lalu mengambil sebuah alat yang sepertinya itu sebuah pemeras air susu ibu seperti yang aku pernah liat. Benda mirip terompet kecil dengan selang di ujungnya.Benda itu lalu ditangkupkan tepat pada puting susu kanan lastri. Dengan tombol elektrik yang ada, lalu dipompa hingga kemudian yang terjadi adalah puting susu lastri mencuat tersedot masuk ke dalam terompet itu. Vie lalu merangkak naik hingga menduduki perut lastri. Tangannya lalu mengambil sebuah bulu kuas yang cukup panjang. Tampak terlihat bulu dari kuas itu berwarna merah dan lembut. Lalu dengan perlahan kuas itu dimasukkan melalui pangkal atas dari terompet itu. Dimasukkan dengan perlahan sehingga pada akhirnya bulu merah dari kuas itu nampak melingkupi seluruh puting susu lastri di dalam terompet.
1245Please respect copyright.PENANAqk3d97NHry
Sambil memandang wajah lastri yang terpana itu, Vie lalu mulai memutar mutar ujung kuasnya. Membuat bulu merah dari kuas itu ikut menggesek dengan lembut puting susu lastri. Menyapu dengan perlahan permukaan lingkaran susunya yang kecokelatan. Dengan gerakan lembut dan teratur Vie terus memutar mutar kuasnya sambil memandang Lastri yang sudah meronta ronta dan menggeliat kegelian. Beberapa saat berlalu dan terlihat perubahan dari puting susu lastri yang tersedot itu menjadi kemerahan dan tegak meruncing, sementara bulu kuas itu masih dengan irama pelan terus melingkupi dan menggesek gesek lembut putingnya. Vie pun tampak sangat menikmati permainannya itu.
“Kitik kitik kitik kitik…,” tiba tiba terdengar suara godaan dari saprol yang berada di bagian bawah ranjang, sedang menggelitiki dengan brutal telapak kaki lastri. Tawa lastri pun meledak dengan kerasnya, rontaannya sekarang bertambah liar. Membuat Vie sampe berguncang guncang di atas perutnya dan agak kesulitan memainkan puting susu lastri. Tak hanya digelitiki saja oleh saprol, telapak kaki itu pun terkadang dijilatinya, dan kemudian jari jari kakinya dikulumnya. Membuat lastri seakan tersengat oleh aliran listrik. Mengejat ngejat sambil masih tertawa cekikikan.
Vie yang tampak kesulitan memainkan puting susu lastri akhirnya melepas alat penyedot asi itu. Lalu jemari tangannya meraih ketiak kana dan kiri lastri dan langsung menggelitiknya dengan cepat. Beda dengan saprol yang menggelitik penuh nafsu, tetapi Vie mempermainkan bagian bagian yang dirasanya merupakan titik paling sensitif dari lastri. Seperti tepat di lembah ketiaknya. Di situ dengan tiga jari saja, Vie nampak memainkan permukaan kulit ketiak lastri, seperti sedang bermain piano.
Pemandangan itu tiba tiba saja membuat aku ikut terangsang. Melihat perempuan setengah telanjang yang terpentang tidak berdaya di atas ranjang berontak dengan liarnya karena kegelian. Diatas tubuhnya nampak Vie sambil menunduk sesekali mengecup kecup puting susu Lastri sedang menggelitik ketiaknya, sedangkan saprol dengan brutal menggelitik telapak kaki, betis dan sesekali mengulum jari jari kakinya.
Tubuh lastri sudah bersimbah dengan keringatnya. Rambutnya yang tergerai sudah awut awutan dan lengket lengket di leher dan dahinya karena keringat. Sementara mulutnya masih sempat merengek minta dilepaskan sembari ketawa kegelian dan cekikikan yang tidak berhenti. Tubuhnya kadang sampe membusung dan melonjak lonjak saking gelinya dan kuatnya dia untuk berontak. Tetapi Vie dan saprol yang sedang menggelitiknya saa sekali tidak memberi ampun, bahkan tidak memberi kesempatan pada lastri untuk mengambil nafas. Yang dirasakan oleh lastri hanyalah kegelian dan kegelian yang begitu hebat. Segala upayanya untuk berontak melepaskan diri sudah percuma. Dan dia hanya berharap kedua orang itu akan berhenti memainkan tubuhnya.
1245Please respect copyright.PENANAjatuRqkv7N
Hampir 15 menit berlalu non stop, akhirnya Vie dan saprol bersama sama menghentikan gelitikannya. Lastri pun nampak tersengal sengal kecapekan. Matanya terpejam, tubuhnya masih nampak menegang kaku akibat digelitik tanpa jeda tadi.
Saprol nampak puas melihatnya dan menghampiri kami sambil menyalakan rokok.
Dengan pelan dia menyentuh pundakku dan mengedipkan mata ke arahku.
“saatnya boss nikmati dia.” Sambil mengerling ke arah tubuh lastri yang masih terbujur lemas.
Vie nampak tersenyum memandangku. Beni juga nampak mendorongku dengan lembut. Seakan mempersilahkan aku mengambil kesempatan berikutnya. Aku pun lalu dengan sedikit ragu mulai bangkit. Saprol tanpa diduga lalu menarik kursi Wok lebih mendekat ke arah ranjang sekitar 3 meter dari ranjang. Sementara Wok juga nampak terkulai lemas dalam ikatannya.
Sebelum aku sampai ke ranjang, Vie dengan sigap menuruni tubuh lastri ke arah kakinya. Lalu dengan cepat tangannya memelorot gaun bawah lastri. Hingga ke bawah lututnya, menampilkan sebentuk celana dalam putih berenda milik lastri. Lastri yang tidak mengira kejadian itu tampak panik, mencoba berontak lagi dengan sisa sisa tenaganya, tetapi Vie nampak menahan gerakan kakinya. Lalu dengan sebuah cutter langsung dipotongnya juga celana dalam itu dan dilemparnya ke bawah sambil beranjak turun dan tersenyum kepadaku. Aku pun takjub dan terdiam melihat pemandangan itu. Perlahan aku makin mendekatinya. Adrenalin rasanya sudah terpompa sampe ke ubun ubun. Baru kulihat betapa menggairahkannya tubuh lastri dalam kondisi seperti itu. Nampak kemaluannya membusung padat dengan ditumbuhi rambut rambut yang cukup lebat, namun masih menampakkan bibibr kemaluan yang sedikit kemerahan dibaliknya.
Akupun lalu menaiki ranjang, mengelus kakinya yang gemuk itu tapi montok menggairahkan. Mengarahkan tanganku ke pahanya naik terus ke atas hingga akupun mulai menyentuh bukit kemaluan lastri. Terasa begitu empuk dan hangat dalam dekapan tanganku. Aku lalu mengarahkan tanganku ke payudara lastri, merasakan kehangatan dari buah dada yang begitu montok dan kenyal itu, meremasnya perlahan, menyentuh dan merasakan betapa tegang puting susunya.
Akhirnya nafsu kupun memuncak. Setelah melepas celana panjangku, aku pun lalu dengan penuh nafsu menindih tubuh lastri. Tak kuperdulikan lagi kondisi di sekitarku. Termasuk Wok yang tampak menjadi beringas itu. Aku hanya ingin menikmati tubuh lastri saat itu. Kedua tanganku meremas remas dengan gemas payudaranya, mengecup dan mengenyoti puting susunya. Baru kurasakan betapa nikmatnya memperkosa seorang perempuan. Tanganku segera bergerak meremas apa saja dari bagian tubuh lastri. Kulit dadanya kuciumi dengan penuh nafsu memburu. Kutenggelamkan wajahku di belahan payudaranya dan kugesekkan kepalaku di situ. Tanganku juga sempat untuk menggelitik ketiak lastri. Baru aku merasakan bahwa memainkan tubuh wanita dngan cara menggelitik itu sangat menggairahkan. Ciuman dan sedotan mulutku menyusuri tubuhnya turun hingga ke pusar, beberapa kali menjilat lubang pusarnya, sementara tanganku menggelitik dengan nafsu pinggangnya yang sedikit gemuk itu. Rontaan dan kelojotan lastri sudah tidak aku perdulikan lagi. Mulutku terus menyusur ke bawah dan akhirnya menemukan aroma khas wanita itu. Rambut kemaluan itu kujelajahi dengan mulutku dan terus menggelitik bibir kemaluannya dengan lidahku. Terasa harum aromanya. Kaki lastri mencoba berontak segera kutahan dengan kupegangi sementara aku duduk di antara kakinya sehingga dia tidak bisa mengatupkan pahanya. Dengan bebasnya aku terus melumat kemaluan itu. Lidahku kadang mencapai ke atas ke daerah selangkangan, aku pun menggelitik sekitar pinggul dan selangkangan lastri. Rasanya aku tidak puas puasnya menikmati tubuh montok istri wok itu. Baru tersadar kalo lastri yang tersengal sengal mulai menangis, menangis karena merasa sudah tidak berdaya, sudah capek dipermainkan seperti itu.
1245Please respect copyright.PENANAgzpgcbY3NI
Akhirnya aku pun memutuskan untuk mulai memperkosanya, dengan pelan kuarahkan kemaluanku ke bibir vaginanya.
“Hmmppfffff…hhmmppfff…,” terdengar suara di sebelahku
Akupun menoleh dan melihat dengan terkejut bahwa Vie sedang mennduk di depan Wok, celana wok nampak sudah dipelorotkan entah kapan. Dan celana dalamnya pun sudah turun sampai lutut. Yang aku lihat sekarang nampak Vie dengan semangat tetap tanpa ekspresi sedang mengocok kemaluan Wok, batang kemaluan itu dikocok dengan kuat maju mundur sementara Vie juga beberapa kali nampak mengulum ujung kemaluan Wok. Membuat wok juga meronta ronta dalam ikatannya di kursi.
Akupun melanjutkan perhatianku ke tubuh lastri. Dan perlahan batang kemaluankupun mulai memasuki liang vagina lastri. Terasa sudah tidak seret dan terasa licin banjir, tetapi aku tidak perduli. Aku masukkan terus sehingga sampai terasa mentok, terasa begitu hangat berada di dalamnya, lastri pun sudah lemas tak berdaya, pasrah dengan apa yang terjadi. Aku mulai gerakan maju mundur memompa liang vagina lastri. Sambil menundukkan kepalaku ke dadanya, menikmati kekenyalan dan kelembutan payudara lastri. Menciumi lehernya, ketiaknya, dan mengenyot dengan nafsu puting susunya. Gerakan memompa semakin aku percepat. Aku merasa sudah bersimbah dengan peluh keringat. Sama halnya dengan tubuuh lastri yang sudah terasa licin dan lemas itu. Hanya dalam beberapa menit maka lava dalam kemaluanku bergolak, segera kuhunjamkan dalam dalam ke lubang vagina lastri. Kuremas dengan kuat payudara kanan nya sementara aku mencium mulutnya yang sudah lemas itu.
Dengan sebuah lenguhan panjang akupun mencapai puncak. Terasa sperma yang begitu derasnya memancar dalam lubang vagina lastri. Baru aku merasakan mengeluarkan sperma sebanyak ini, begitu terasa panas dan kuatnya semburan spermaku, membuat aku hingga sedikit berkunang kunang saking nikmatnya. Kuhitung sampai tujuh kali semburan spermaku dan akupun berikutnya terbujur lemas menindih tubuh lastri menikmati sisa sisa kenikmatan yang ada. Beberapa saat kemudian aku baru bangkit dari tubuh lastri, dengan sedikit sempoyongan meraih celanaku dan memakainya kembali. Kucium beberapa kali wajah lastri dan kukecup puting susunya. Baru aku kembali menuju sofa bersama Beni yang tersenyum melihat aku.
Sambil menyalakan rokok aku masih melihat Vie yang sedang terus mengocok kemaluan Wok. Melihat Wok yang masih melenguh lenguh menahan kenikmatan. Vie memang aku akui sangat terampil dalam hal itu, sambil tangannya mengocok batang kemaluan, tangan satunya nampak mempermainkan buah zakar Wok, dan sesekali mengulum batang kemaluannya. Batang wok pun sudah seperti batang kayu keras yang menegang, dalam hitungan dua menit berikutnya nampak wok tersengal sengal akan mencapai orgasmenya. Vie nampak mempercepat kocokannya dan beralih ke sebelah wok. Dengan sebuah lenguhan keras maka wok akhirnya mengalami orgasme. Spermanya nampak muncrat hingga setengah meter ke depan. Disusul dengan semburan semburan berikutnya yang semakin lemah, Wok nampak terkulai setelah itu, namun yang membuat aku kaget karena Vie malah mempercepat lagi kocokan nya pada batang kemaluan Wok, walaupun semburan spermanya sudah habis. Kocokan itu akhirnya membuat nya melenguh lenguh tersiksa. Bahkan Vie sengaja meremas remas kepala kemaluan wok, yang membuat nya terkejat kejat.
Akupun Cuma tersenyum melihatnya.
“Udah??…tinggal aja boss…”Kata beni sambil menepuk pundakku
Aku yang merasa bahwa semua sudah cukup akhirnya memutuskan untuk pergi. Aku beranjak berdiri sambil memandang Beni.
“Udah…tinggal saja…aku yang ngurusi.” Katanya lagi
1245Please respect copyright.PENANA5AIEvDZCA7
Akupun lalu dengan sengaja melepas penutup kepalaku. Memandang wok yang masih terengah engah. Wok yang melihat aku agak tercekat wajahnya. Tetapi aku sudah tidak takut dengannya. Dengan senyum sinis akupun bahkan mengacungkan jari tengah pada Wok. Lalu keluar dari ruangan itu menuju parkiran mobilku. Menstater fortunerku dan segera menggebernya ke rumah.
Beberapa hari berlalu akupun mulai menjalani kehidupan seperti biasa, walaupun ingatan akan kejadian pembalasan itu masih membayang di benakku.
Sambil menikmati kopi di meja kerjaku, kuhabiskan waktu sambil chatting di depan laptop dengan teman temanku.
Tiba tiba nada dering sms berbunyi, kulihat dari nomor Beni
Kubaca smsnya….”anggota gerombolan wok sudah aku ketahui pula…kalo masih pengin maen gelitikin lagi …. istri bossnya wok montok juga tuh….kayak vega ngatini……wkwkwkwkwk”
1245Please respect copyright.PENANASrVFYxkmGj
Aku Cuma tersenyum saja tanpa membalasnya….sudahlah aku gak mau ambil pusing lagi.
1245Please respect copyright.PENANA6gTxZ8c7QT
1245Please respect copyright.PENANAduXEOhSrIP