Matanya tajam ke depan, tubuhnya tinggi tegap, dan rambutnya hitam mengkilap. Dia cinta pertamaku di umurku yang genap 20 tahun. Menurutmu apakah ini suatu hal yang aneh karena jatuh cinta untuk yang pertama kali di usia yang bahkan sudah legal untuk menikah? apapun jawabanmu, maaf dengan setulus hati, harus ku katakan aku tidak peduli. 565Please respect copyright.PENANA3iFHfSdBal
Aku Dihyan, mahasiswi yang sedang menari-nari di dunia merah jambu. Izinkan aku memperkenalkan cinta pertamaku, Abimanyu, mahasiswa yang ingin ku ajak menari di dunia merah jambuku. Kami duduk di bangku perkuliahan dengan jurusan yang sama, ah senangnya. Aku jatuh cinta pada seluruh retorikanya, caranya menyampaikan keindahan dunia yang tanpa sadar menyihir pendengarnya juga bisa menikmati keindahan dunia. Aku peringatkan kalian untuk tidak membayangkan yang berlebihan, karena ini adalah sudut pandangku dari sudut belakang kelas dekat jendela. Ingin sekali ku sampaikan berjuta cintaku ini padanya, namun belum sempat aku mencoba, rasanya sudah seperti gagal. Aku tidak tahu cara jitu seperti apa yang sekali coba langsung dapat. 565Please respect copyright.PENANAmv74EYB5b5
Setelah 55x aku menghitung mobil biru yang lewat di depan toko kue Sudarsih, di tempatku sekarang duduk sambil menikmati matcha latte dan sepotong rainbow cake, akhirnya aku memutuskan untuk menyampaikan cintaku yang sebesar dan seberat dunia ini melalui cerita pendek. Alasannya sederhana, karena Abimanyu gemar membaca dan cinta bercerita. Aku tidak masalah jika harus ikut mencintai apa yang ia cinta, walau dibuat-buat pun tak apa, toh. Tapi yang jadi masalahnya sekarang ialah aku tidak tahu harus menuliskan apa, terlebih lagi aku tidak pernah menulis sebuah cerita. Cerita apa yang harus ku tulis agar ia tahu kalau aku mencintainya 5x sehari selama ini. Apakah perlu cerita yang dibaluti adegan heroik agar aku terkesan seperti pemuda yang berjiwa nasionalis? Apakah cerita yang jenaka agar aku terlihat seperti wanita yang humoris? Ku hitung lagi mobil biru sebanyak 33x sampai akhirnya pegawai toko menghampiriku dan menyampaikan kalau toko ini sudah mau tutup. Tak terasa sudah empat jam aku di sini. Ku rapikan barang-barangku dan bergegas pulang. Indekosku tidak jauh dari toko, sekitar 8 kilometer. Kalau dikonversikan ke satuan waktu, mungkin sekitar 25 menit. Tapi untuk menempuh sebuah jarak, satuan waktu itu bukan sesuatu yang pasti. 565Please respect copyright.PENANAmJ3risJydB
Aku sudah sampai di kamar indekosku. Tidak terlalu luas, tidak juga terlalu sempit. Aku tidak tahu berapa luasnya karena aku tidak pernah sempat untuk menghitungnya, mungkin besok atau lusa kalau ingat. Ku buka laptop di meja bundar, tapi ini bukan konferensi. Sudah terpampang lembar kertas putih dengan kontras cahaya agak silau. Ku tulis kata demi kata, kata yang manis sampai manis sekali. Sesekali ku bayangkan Abimanyu yang sedang berdiri menutupi seluruh papan tulis di depanku, tujuannya agar aku bahagia. Katanya, jika sedang bahagia, tulisan yang ditulis akan membuat pembacanya ikut bahagia. Jariku terus menari seiring dengan musik-musik ghibli yang ku putar. Sampai pada kata ke-79, aku sudah tidak mampu berpikir lagi. Aku minta maaf Abimanyu, bukannya aku tidak memikirkanmu, tapi sepertinya hari ini cukup panjang dan melelahkan. Mungkin Nampak biasa saja, tapi bagiku sudah sangat lebih. Ku tutup laptop dan beranjak tidur. Ku semogakan inspirasi lahir dari mimpiku.565Please respect copyright.PENANAfYxLgCbVSi
- 565Please respect copyright.PENANAwHFUPg955z
“AAAAHH” 565Please respect copyright.PENANAVdhv2IGFwl
Mimpi sialan! Ku lihat sudah pukul 9 pagi. Aku sudah terlambat satu jam. Aku bergegas cuci muka dan sikat gigi, kemudian lari sprint 200 meter ke kampus. Setibanya aku di kampus, benar saja, dosen tua yang gemar memakai dasi kuning itu sudah masuk dan menjelaskan materi membosankannya. Bukannya mendapatkan inspirasi untuk melanjutkan cerita pendekku, aku malah bermimpi menjadi batu menangis. Ku putuskan untuk masuk mengendap-endap, sedikit malu karena penampilanku kurang lebih seperti tukang bajaj. Untungnya, Abimanyu sedang fokus memperhatikan, ia tidak menyadari kehadiranku. Atau ia memang tidak tahu keberadaanku?565Please respect copyright.PENANAxLWc8gQFJY
Setelah terbantai mata kuliah yang pembahasannya berkelok dan berliku, akhirnya jam istirahat tiba. Karena aku masuk dalam spesies mahasiswa yang kurang aktif dan tidak pandai bergaul, biasanya aku akan menghabiskan waktu di bangku depan warung gulai yang tidak ramai. Tapi bukan berarti aku sama sekali tidak memiliki teman, aku punya, satu, namanya Vandana. Nama yang cukup religius. Religius yang agak membingungkan karena nama lengkapnya ialah Vandana Maria. Padanya ku ceritakan maksud nekat dan tekadku yang ingin menyatakan cinta pada Abimanyu. Didukung penuh aku, tidak ketinggalan hujatannya juga. 565Please respect copyright.PENANAvWoGiABfCH
“Gila, kamu! memangnya sejak kapan kamu suka Abimanyu?” tanyanya. 565Please respect copyright.PENANATFETZc4snp
“Sejak aku tau Abimanyu ada di dunia ini,” kataku. 565Please respect copyright.PENANAPuPPRwsJ69
“Memangnya kamu mau bagaimana? jangan bilang kalau–” belum selesai ia bicara sudah ku potong. 565Please respect copyright.PENANAwLZhCB6arN
“Aku menulis cerita pendek,” 565Please respect copyright.PENANAmQvNvs5uek
Dengan wajah jelek dan pasrah, akhirnya dia benar-benar mendukungku. 565Please respect copyright.PENANAkGNs5koG29
“Apapun yang terbaik semoga menjadi jalanmu, ya. Tapi kalau kamu tersesat, artinya kamu kurang beriman,” tutupnya sambil menepuk-nepuk pundakku. 565Please respect copyright.PENANARpDv16ueY8
-565Please respect copyright.PENANANOLkkq6ktO
Sepulangnya, aku mampir ke toko kelontong Abah Rama untuk membeli sabun cuci piring dan kerupuk. Aku sering mampir ke sini. Selain untuk mendukung UMKM dan memenuhi kebutuhan, toko ini bukan lain adalah milik pamannya Abimanyu. Dengan begitu aku dapat sesekali bertanya ke Abah bagaimana kehidupan dan keseharian Abimanyu, kalau dilihat-lihat pun sepertinya Abah juga setuju kalau aku menjadi ponakannya, ah senangnya. 565Please respect copyright.PENANAe9M0hMHGt1
Aku duduk di emperan toko sambil menghabiskan es potong kacang ijo. Ku buka ponselku, berusaha mencari beberapa referensi dan inspirasi untuk ku masukkan ke cerita pendek untuk Abimanyu. Aku teringat pada sebuah aplikasi yang kini sedang marak digunakan mahasiswa di kampus. Aplikasi ini dapat mengunggah cuitan dan dapat mengirim pesan anonim untuk semua orang. Ku unduh aplikasi tersebut, ku tulis sebuah pesan singkat di laman profilku, berharap secercah harapan hadir tiba-tiba.565Please respect copyright.PENANAgozxM94Fp0
“Halo, ini anone-anone. Aku sedang membuat karya yang spektakuler. Apakah ada yang bisa membantuku untuk menuntaskannya? Tolong berkunjung ke profilku, ya!”565Please respect copyright.PENANAgOIubGGmYR
2 menit, 3 menit, masih ku tunggu sebuah balasan atau komentar. Sampai menit ke 5, aku sudah dinobatkan menjadi orang tersabar di seluruh dunia. Bergegas aku pergi dengan angkutan umum ke toko kue Sudarsih, toko kue kecintaanku. Sesampainya di sana, disambut penuh hangat aku dengan pegawainya yang sudah paruh baya, Pak Yeye namanya. Seperti biasa ku pesan matcha latte. Kali ini aku duduk di dalam karena harus melanjutkan cerita pendekku ini, laptopku agak manja karena harus disambungkan ke stopkontak agar mau menyala. 565Please respect copyright.PENANAaqG20BvywY
565Please respect copyright.PENANASJ0ec6z9Ed
DING DONG!! 565Please respect copyright.PENANA0FZEM8JSvF
Bunyi notifikasi ponselku yang super besar berhasil mengejutkanku dan semua pelanggan toko.565Please respect copyright.PENANA4yZO87q0tY
“Halo kak, sedang butuh pijat leher gratis? bisa hubungi 08xxxxxxxx.”565Please respect copyright.PENANATWGfQJohS9
Pesan pada kontak masuk yang sebelumnya amat ku tunggu terpaksa harus ku maki-maki dalam hati. Segera ku lewati pesan dari kontak anonim ini. Mengapa dunia sebercanda ini untuk aku yang sangat serius menuntaskan perasaanku. Ku lanjutkan cerita pendek ini dengan sebisaku, dengan seluruh isi kepala dan tenagaku. Lumayan lelah, setidaknya ini sudah 3/4nya. 565Please respect copyright.PENANAB4Avaz8ZiM
DING DONG!! 565Please respect copyright.PENANA2jRgYLAw7J
Notifikasi ponsel yang sudah ku kecilkan menjadi 90% masih saja membuatku terkejut. Kali ini apa?565Please respect copyright.PENANAv8lplE38F1
565Please respect copyright.PENANAMCGVI5hXgZ
“Halo, Ne. Aku Nim. Aku melihat cuitanmu di profil. Karya apa yang sedang kamu buat? apa yang bisa ku bantu?”565Please respect copyright.PENANApNCQ5dtgLU
Akhirnya! terima kasih Tuhan, ternyata aku tidak tersesat. Ku balas pesan anonim itu dengan penuh semangat 45.565Please respect copyright.PENANAmybh3YISGI
“Nim, aku sedang menulis cerita pendek untuk kekasihku. Masih calon sih, sebenarnya. Bagaimana ya, aku harus menyelesaikannya?”565Please respect copyright.PENANAVNTSriyxOR
“Wah, menarik! boleh ku baca, Ne?”565Please respect copyright.PENANAjsuuvDKmDT
Anone-anone send file. 565Please respect copyright.PENANAuEfvUYiRa1
BACA AKU (BELUM SELESAI).Docs 565Please respect copyright.PENANAA2PqQaYZDv
“Tolong tulis masukan dan komentar terbaikmu, Nim. Aku tunggu secepatnya,”565Please respect copyright.PENANAwa14ZjdvaR
565Please respect copyright.PENANAirhVhr8DNq
Tanpa ku sadari, jantungku berdegup cepat. Aku tidak sabar menyelesaikan cerita pendekku. Aku membayangkan bagaimana reaksi Abimanyu yang membacanya sambil salah tingkah, ah gemasnya. Ku habiskan minuman yang mulai mencair esnya, benar saja, rasanya sudah mulai tawar. Termenung aku sebentar dibalik dinding bercat putih gading, aku terpikirkan sesuatu. Ada hal yang sebenarnya sengaja ku tutupi dengan rasa percaya diriku yang selangit ini. Sejujurnya, aku takut sekali. Ini kali pertamaku selama menjadi manusia merasakan jatuh cinta. Apakah memang jatuh cinta seperti ini rasanya? Mendebarkan, juga menakutkan. Apakah memang jatuh cinta seperti ini caranya? Berlari, sembunyi, dan tak menjadi diri sendiri. Semua yang ku bayangkan terasa berwarna-warni, bahkan hitam pun juga warna, toh. Namun saat aku berhadapan langsung dengan kenyataan, semuanya terasa pengap dan kosong. Aku selalu menafikan dan bersikeras untuk tetap hidup dalam khayalanku. Bodoh, tapi aku memang ingin bodoh saja. Menurutku terlalu pintar hanya akan membuat semuanya terlihat nyata menyeramkan. Sampai sekarang pun, aku hanya memaksakan semuanya terasa menyenangkan, setidaknya agar kesan cinta pertamaku ini seolah berhasil.565Please respect copyright.PENANAImhQVBAS6s
Sudah satu jam aku menunggu balasan dari Pak/Bu Nim. Aku khawatir tulisanku remedial. Ku kirim pesan kembali padanya. 565Please respect copyright.PENANAaDhrcUfZWF
“Halo, Nim. Bagaimana penilaianmu?”565Please respect copyright.PENANAVDw5CBw2KY
Belum lima menit, sudah ada balasan baru darinya. Kali ini notifikasinya ku ubah menjadi mode getar, khawatir setelah ini aku akan diusir dari toko. 565Please respect copyright.PENANAfqA13ocKyS
“Halo, Ne. Maaf membuatmu menunggu lama. Kalau boleh jujur, tulisanmu biasa saja. Karakternya terlalu mustahil dan hiperbola. Menurutku prolognya juga terlalu brutal, kamu bisa perlahan menjelaskan dengan lebih rinci agar mendalami perasaan pembacanya. Untuk parafrase yang kamu gunakan, aku rasa itu memang ciri khasmu,”565Please respect copyright.PENANACYsEJzOonb
Apakah ia sungguh-sungguh mengatakan ini? Aku dibuatnya sangat tersinggung dan marah. Aku sampai tidak tahu harus membalas apa, mematung, dan mendadak bisu. Ku baca kembali dari awal cerita pendekku. Setelah ku pikir-pikir, tulisanku ini memang sedikit, tidak–, sangat buruk. Mana mungkin Abimanyu akan tersentuh dengan tulisanku yang lebih mirip dengan berita hoax dari pada cerita, yang ada ia hanya akan terpental dan menjauh dariku. 565Please respect copyright.PENANAmEv3GWBXru
“Sebelumnya terima kasih, Nim. Ini kali pertamaku, boleh bantu aku revisi?”565Please respect copyright.PENANAGLh33ezTlh
Dibalas dan dibimbingnya dengan cermat dan teliti. Memang sebelumnya aku marah, tapi tak ada lagi yang bisa aku lakukan. Perlahan semangatku terisi kembali. Ku permak mulai dari awal lagi, ku tuntaskan sebisaku, semampuku. Dengan kekuatan avatar; air, tanah, api, dan udara, akhirnya cerita pendekku selesai. Tak terasa hari sudah mulai malam, aku harus bergegas pulang sebelum angkutan umum banyak penjahatnya, itu asumsiku saja, tolong jangan dibawa serius. Malam ini terasa sejuk dan menenangkan, apakah ini karena akhirnya cerita pendekku sudah rampung? atau karena akhirnya ada yang mengakui tulisanku ini layak? Eh, memangnya Nim sudah bilang ini layak? Tidak tahu, deh. Intinya, perasaan baikku ini ku persembahkan untuk mengapresiasikan diriku sendiri. Sesampainya di indekos, aku bergegas menghubungi Nim kembali untuk mengirimkan cerita pendek yang susah payah ku benahi tadi telah selesai. Aku berdoa setulus hati agar tidak ada revisi susulan kembali.565Please respect copyright.PENANAx4bR5bivEW
565Please respect copyright.PENANAczZrNW4IVU
“Halo, Nim! Aku akan mengirimkan cerita pendekku yang sudah versi sempurna, walau kesempurnaan hanya milik Tuhan semata, tapi aku ingin ini yang nomor dua. Kritisi sejujurnya ya, tidak perlu sungkan.” 565Please respect copyright.PENANAgTlnSXhwbt
Anone-anone send file. 565Please respect copyright.PENANA68JUyh5WG8
BACA AKU (REV 9 SEMOGA AMAN).Docs565Please respect copyright.PENANA0D935DpLRk
565Please respect copyright.PENANAk3Mnqvj7HC
Tanpa sadar, aku menantikan jawaban Nim dengan sangat menggebu-gebu dan antusias, hingga tertidur pulas. 565Please respect copyright.PENANA7ZO6DCBfAx
- 565Please respect copyright.PENANALrfmUBgq3M
Hari ini hari Sabtu, aku agak bersyukur karena bisa bangun lebih siang dan sangat bersyukur karena masih dapat bangun di siang ini. Sekali ku coba cek balasan dari Nim, dua kali, tiga kali. Sampai matahari hampir terbenam pun, masih belum ada balasan. Nim kemana, ya?565Please respect copyright.PENANAG57vN6Vm9J
“Halo, Nim. Apakah kamu sedang sibuk? kamu tidak diculik, kan? Sejujurnya, aku sangat menantikan balasanmu. Sekiranya, kalau kau berkenan, tolong dibalas ya,” 565Please respect copyright.PENANAQWR0zh7cXC
Terima kasih untuk diriku yang tidak tahu malu dan tidak pernah menyerah ini, karenanya satu jam setelahnya Nim membalas pesanku.565Please respect copyright.PENANAP4xxUzHXFZ
565Please respect copyright.PENANAA8clW44Zk6
“Halo, Ne. Sekali lagi mohon maaf karena selalu membuatmu menunggu. Ceritamu sudah ku baca. Sepertinya harus direvisi lagi, tapi bukan berarti ini tidak bagus, ya! Ku pikir epilognya masih terlalu biasa, mungkin bisa kau buat menjadi akhir yang sedih? Firasatku, pembaca akan lebih terbawa suasana,”565Please respect copyright.PENANA1rln5MwPSY
565Please respect copyright.PENANAsxgz4v0QXX
Apa-apaan dia? Aku sudah menghabiskan satu hari dengan sangat tidak produktif demi menunggu balasannya tapi responnya seperti ini. Haruskah aku marah dan protes? Tapi selain Nim, aku tidak yakin akankah ada lagi yang dengan senang hati dan percuma menyambut semua aku. 565Please respect copyright.PENANAEXuDEfjfJJ
“Nim, akhir yang sedih adalah penutup yang sangat aku hindari. bagiku, itu yang terburuk,”565Please respect copyright.PENANAseNheqDPCy
565Please respect copyright.PENANAaOjJUYoReC
“Ne, akhir yang menyedihkan pun akan selalu dinantikan pembaca setianya,” 565Please respect copyright.PENANAZCYLcQV6iK
565Please respect copyright.PENANAoeKC33GKyM
“Nim, akankah ada yang mau menerimanya dengan penuh , menyeluruh, dan selapang-lapangnya?”565Please respect copyright.PENANAwjcgk1LLHP
565Please respect copyright.PENANAStj0X3nOwy
“Kamu akan tahu kalau kamu mencobanya, Ne,”565Please respect copyright.PENANADTuWB7vNPc
Demi jalan yang lurus, ku percayakan masa depanku yang cerah ini pada Nim. Aku belum pernah seyakin ini untuk memutuskan sesuatu sebelumnya. Apalagi berdasarkan saran anonim yang bahkan aku tidak tahu siapa, asalnya, dan bagaimana ia. Tapi, mengapa rasanya aku sudah sangat dekat dengan Nim, ya? Mengapa ini terasa seperti ‘harus’ untuk mengikuti setiap titahnya?565Please respect copyright.PENANAGCVQBuGSGe
Ini berlanjut sampai genap enam hari kemudian. Aku terus mengirim pesan dengan Nim. Cerita pendekku selesai dengan hampir sempurna pada revisi ke-13. Nim benar-benar menyihirku untuk melahirkan tulisan yang sebelumnya tak pernah terpikirkan akan ku tulis. Sampai akhirnya aku lupa untuk siapa aku menulis ini, karena sangat menikmati apa yang ku kerjakan dan terjadi sekarang. Nim menarikku ke dunia yang asing dan penuh persimpangan. Diajaknya aku berkeliling pulau demi pulau imajinasinya, dikenalkannya aku pada rekan diksinya yang seram sampai yang paling indah, dibutakannya aku pada dunia nyata yang harus aku jalani setiap harinya. Nim, satu hal yang selama ini ku simpan, sebenarnya kau siapa?565Please respect copyright.PENANAd6iu6c7gLq
“Ne, kapan kamu akan memberikan cerita pendekmu yang kemarin kau sebut sebagai umpan cinta abadi itu kepada calon pangeran berkuda ponimu?”565Please respect copyright.PENANApcjJzGVIyx
Aku tersadarkan kembali ke tujuan awalku membuat cerita pendek ini. Aku harus memberikannya pada Abimanyu.565Please respect copyright.PENANA6Qd6b8rlWZ
“Sepertinya.. besok. Aku sedang menabung keberanian, Nim. Sebenarnya, aku bahkan tidak pernah berbicara dengannya,” 565Please respect copyright.PENANAJY2ppJMRKl
“Semoga berhasil, Ne,”565Please respect copyright.PENANABWKoP4D27b
- 565Please respect copyright.PENANAZEdfn70xNI
Setelah menabung keberanian, niat, mental, dan juga biaya untuk hari tua, akhirnya aku memutuskan untuk memberikan cerita pendek yang ku tulis sore ini. Tepat setelah mata kuliah terakhir. Hal-hal yang belum diatur dalam rencana ini, akan diatur sebagaimana mestinya. Aku sudah mempersiapkan cerita pendekku pada lima lembar kertas berukuran legal yang aku jilid dengan sampul berwarna kuning. Makna dari warna kuning ini adalah bentuk optimisme dan kebahagiaan, hal ini ku kutip dari laman pada internet.565Please respect copyright.PENANAbzrxl5yAbH
Ku pikirkan matang-matang dan lekat-lekat. Sedang bersiap-siap untuk apa aku? Apakah bersiap menerima kegagalan? Tidak juga, aku tidak takut gagal. Hanya saja, aku tak yakin dapat menerima jawabannya dengan terbuka dan senang hati lalu dengan mudahnya bangkit lagi. Apakah ini tentang menang dan kalah? Bahkan aku tidak tahu seperti apa medan perangku. Jatuh cinta ini membuatku ambigu juga candu, tolong rehabilitasi aku. Padahal, sebagai mahluk hidup yang berakal, kita mampu membaca buku pintar tentangnya sendiri sekaligus memperoleh makna wawasan paling mendalam tentang makna hidup, arti hidup, fenomena jatuh sakit bahkan jatuh cinta. Namun, aku tidak mengerti ini. Satu hal yang bisa ku peluk erat-erat adalah debaran yang ritmenya tidak bisa ku terjemahkan ini apa. Pikiranku yang maju-mundur tetap membawa langkah demi langkahku kepadanya, kepada Abimanyu. Rasanya semua sendiku mulai kaku saat tepat berada di belakangnya, bukan lagi dari ujung kelas. Mulutku terkunci dan kuncinya mendadak tertelan.565Please respect copyright.PENANAXPluLGBjOU
Abimanyu menoleh padaku, dilambungkannya sebuah lengkungan yang lebih indah dari bulan sabit. Ingin rasanya aku umumkan bahwa aku sekejap dimabuk olehnya. Ia masih menatapku, dalam-dalam. Matanya menghipnotis kemudian mencuri seluruh keberanianku. Ku serahkan cerita pendekku, lalu diterimanya dengan bingung dan kaku. Aku kalut, ku balas senyum indahnya yang tiada tara dengan senyum yang memincing ke kanan diluar kehendakku, lalu pergi dengan malu-malu. Akan ku beri tahu sesuatu, ini adalah rencana yang sudah ku siapkan untuk mengantisipasi kebisuan mendadakku. Sebelumnya, telah ku letakkan selembar kertas yang ku lipat menjadi amat kecil pada lembar keduanya. Kapan aku menyiapkannya? itu rahasia dapur.565Please respect copyright.PENANAf2n6aPBr6l
565Please respect copyright.PENANAQwcUcU58vR
“Untuk Abimanyu. Aku dibuat luar biasa dilema dalam penulisan cerita itu berkali-kali, apakah aku tetap berdiri di garis putih atau hitam. Aku serius waktu mendeklarasikan pada seluruh tubuhku dan isinya kalau aku menyimpan sebuah rasa padamu agar mereka tidak menolak kebenaran itu. Tapi maksudku, ini bukan perihal balasan yang aku terima. Aku hanya ingin kau membacanya saja.”565Please respect copyright.PENANAVkviMcZ0tr
565Please respect copyright.PENANAajK20b2KDZ
Napasku terengah-engah karena berlari ke warung gulai. Ditanya aku oleh penjual di sana, Bu Maru. 565Please respect copyright.PENANA1pJvPnSGpt
565Please respect copyright.PENANAJ3WKauglRM
“Neng, habis copet apa? jangan lah kau jadikan warungku menjadi tempat pelarian,” katanya dengan logat batak dari balik etalase. 565Please respect copyright.PENANAeWgt4GwNLI
“Ngga–, Aku ngga nyopet, Bu. Aku olahraga tipis-tipis,” jawabku masih mengatur napas.565Please respect copyright.PENANAlrZV7i08FQ
Sudah ditunggu sejak lama aku oleh Vandana di sana. Ku ceritakan prestasi apa yang telah aku raih barusan. Dirayakannya aku dengan sorai kecil olehnya. Ia berbakat meramu kata indah, namun lebih berbakat lagi mengolok-olok.565Please respect copyright.PENANA1vstVFD27g
“Aku masih tidak percaya kamu serius membuatnya, ku pikir itu hanya bualan,” ledeknya. 565Please respect copyright.PENANABvxi45wmcv
“Aku serius dan bersungguh-sungguh, Van. Jangankan kamu, bahkan aku sendiri tidak bisa percaya,” rengekku.565Please respect copyright.PENANAcTOirx6PqQ
- 565Please respect copyright.PENANAODy5e8CH15
Dua pekan berlalu. Pagi itu sedikit gerimis, jalanan di depan gedung fakultasku menggenangkan air, daun yang jatuh, juga harapanku. Aku bersandar pada tiang di depan lorong pintu masuk, menunggu Vandana yang sedang bersilaturahmi dengan dosen pembimbingnya. Dari arah barat daya, Abimanyu menghampiriku. Berjalan ia dengan berani, diangkat rambutnya oleh angin yang curi-curi kesempatan. Ia berhenti tepat di depanku, ditutupi seluruh lapang pandangku. Diberikannya buku novel bersampul warna merah muda dengan gradasi hijau, novel yang berjudul “Menyusuri bumi bersama Nona Matahari”. Aku ternga-nga, kikuk, dan membatu. Tanganku gemetar saat menerimanya, ku sampaikan ‘terima kasih’ dalam hati, semoga ia mendengarnya.565Please respect copyright.PENANASJmr4O6Ocj
“Dihyan, ini novel yang ku tulis. Kamu pembaca pertamanya. Semoga kamu berkenan begitu,” katanya dengan suara yang berat. 565Please respect copyright.PENANAEOJr7zmFud
“E-eh? Begitu seperti apa?” tanyaku bingung. 565Please respect copyright.PENANAAoqUpQgUtw
“Aku mau menyusuri bumi ini bersamamu, Dihyan. Dihyan yang artinya matahari. Apa ada hal lain yang ingin diklarifikasikan?” tanyanya balik.565Please respect copyright.PENANAz9vZISaJse
Aku tidak bisa bernapas. Tolong, ini gawat. Wajahku memanas, badanku membeku. Apakah setelah ini aku akan menguap? Abimanyu memberi ku umpan balik yang lebih dari perkiraanku, ekspetasiku. Bahkan, sebelumnya aku sudah lupa, pasrah, dan berserah diri untuk apapun jawabannya dan segala bentuk penolakannya. Aku sudah memikirkan reaksiku jika ini atau itu terjadi. Tapi jika seperti ini, jangankan berpikir, aku tidak bisa selamat. Ayo selamati aku.565Please respect copyright.PENANAVyoo1f6tGd
- 565Please respect copyright.PENANAKMRdGpCDbV
Selanjutnya adalah hari-hari bahagiaku. Setiap hari, setiap saat. Apakah aku sedang bermimpi atau kenyataan memang ternyata tak semenyeramkan itu? Aku mencintai setiap ‘suka’ bersamanya; suka cita dan suka duka. Ku pikir aku akan terbiasa dengan seluruh manis-manisnya, tapi selalu saja aku tersandera tatapannya. Sejuta puisi yang ia beri, tolong, aku tak dapat menahan dahaga untuk sehidup sehati dengannya. Tapi ada sesuatu yang terasa terlewatkan. Nim menghilang bersamaan dengan hadirnya Abimanyu di hidupku. Padahal ingin ku pidatokan rasa terima kasihku karena akhirnya cintaku terbalas Abimanyu. Ini berita yang sangat penting, bukan? Aku telah mengirimkan pesan padanya setiap hari, namun tidak ada balasan apapun. Siang ini, ku coba lagi untuk menghubunginya.565Please respect copyright.PENANAah8E4twBH0
“Halo, Nim. Sebenarnya kamu ada dimana? Aku ingin menyampaikan rasa terima kasih yang amat besar ini, yang sudah meluap-luap karena terlalu penuh ku simpan. Cerita pendekku diterimanya dengan senang hati. Kalau kamu berkenan, ayo bertemu. Akan aku belikan apapun yang mau kamu makan,” 565Please respect copyright.PENANAXwdDpSG1En
Ini sudah pesan ke empat belas. Ayo, Nim. Balas pesanku. Nim adalah kunci dan saksi bisu keberhasilan dan keberuntunganku tahun ini. Aku seperti berhutang nyawa karena telah berkesempatan hidup lebih baik dari sebelumnya. 565Please respect copyright.PENANA7YizAgeWEp
DING DONG!! 565Please respect copyright.PENANAS7kfEnFkTS
“Kabar yang amat membahagiakan, Ne. Ayo bertemu,” 565Please respect copyright.PENANAL0Kby9owN1
565Please respect copyright.PENANAvW17uyLOBf
Bergegas dengan kecepatan maksimal ku balas pesannya. 565Please respect copyright.PENANA2fNGo2DiWj
565Please respect copyright.PENANAnOqJA2ELXM
“DIMANA? DIMANAPUN, AYO!”565Please respect copyright.PENANAxEXhmBKCkT
“Perpustakaan Abadi, dekat toko kue Sudarsih,” 565Please respect copyright.PENANAPPxZ8o8HkF
“Pas sekali, Jumat ini pukul 9 pagi, ya!” 565Please respect copyright.PENANAheX4U2QQaP
“Laksanakan, Ne!” 565Please respect copyright.PENANAF0SEUAnyIF
“Sampai bertemu nanti. Aku tidak sabar,” 565Please respect copyright.PENANAZwMwwfrtsS
“Sampai bertemu nanti, Ne,” 565Please respect copyright.PENANAQXltGONuPb
- 565Please respect copyright.PENANAz2AT4L9ndU
Hari yang ku tunggu, Jumat pukul 9 pagi. Aku sudah bersiap membawa beberapa buah tangan untuk Nim. Aku penasaran, seperti apa bentuk Nim. Maksudku, apakah dia perempuan atau laki-laki? Apakah dia manusia yang ceria dan banyak bicara? Bagaimana ya aku memperkenalkan diriku nanti? Apakah selama ini dia menertawakan nama kontak anonimku ? Banyak sekali pertanyaan yang muncul tiba-tiba tanpa pernah terpikirkan oleh ku sebelumnya. Aku naik taksi agar riasan yang ku pakai ini tetap rapih, ini tidak berlebihan, kan? Aku sedikit berdebar, membayangkan selama ini aku yang tidak pandai bersosialisasi tiba-tiba memiliki teman yang entah dari mana asalnya. Taksi yang ku naiki terus melaju sampai gerbang masuk, disambutnya oleh penjaga yang berdiri di pos. Aku turun dan berjalan sedikit ke pintu masuk. Sesampainya aku di pintu masuk perpustakaan, ku amati suasana sekitar, terasa asing, padahal aku kerap datang ke toko kue Sudarsih. Perpustakaan ini tidak jauh dari sana, hanya perlu jalan kaki sekitar 10 meter. Gaya perpustakaan ini seperti bangunan klasik, bercat abuabu dengan lampu jalan remang di setiap sudutnya. Ada lima lantai yang terdiri dari; lantai pertama kumpulan buku anak-anak, lantai ke-dua kumpulan buku ilmu pengetahuan sosial dan budaya, lantai ke-tiga kumpulan buku ilmu pengetahuan alam, lantai ke-empat kumpulan buku sastra dan bahasa, dan lantai terakhir adalah rooftop. Begitu yang ku baca di buku panduan. Langkahku menginjak karpet ‘selamat datang” di pintu masuk, ramai sekali pengunjung, namun hening tak bergeming. Kata Nim, ia sudah menungguku di lantai lima. Tergopoh aku naik lift, untungnya aku naik sendirian, atau mungkin orang lain sungkan karena aku terlihat kerepotan.565Please respect copyright.PENANAmX5ty0gZqk
Lantai 2, terus ke lantai 3, lalu ke lantai 4. 565Please respect copyright.PENANAK5gYmkUFnj
TING! 565Please respect copyright.PENANAtr5jnaUHwB
Saat pintu lift terbuka, cahaya silau yang menusuk mata menyambut langkahku. Mataku sakit, beberapa kali ku coba kedipkan. Ku paksakan diri berjalan keluar dari lift, angin yang kencang menyapu badan ke kanan dan kiri, rambutku dibuatnya kacau. whooosh. Angin kencang yang sedari tadi berhembus itu berasal dari pesawat-pesawat kecil yang dimainkan anak-anak belia. Aku tertegun, melongo. Benar-benar tidak bisa dipercaya, apa ini? Apakah aku sedang berkhayal? Aku seperti masuk ke dimensi lain, dunia yang tidak pernah aku lihat. Tertata tumpukan buku di rak berbahan besi mengkilap. Lantainya dilapisi lampu warna-warni dan tombol-tombol bersimbol asing. Beberapa orang terlihat berbicara menggunakan penutup kepala yang kelihatan canggih, darinya keluar sebuah layar tembus pandang seperti laptop mengambang. Aku masih terdiam memandangi tiap sudut ruangan yang amat megah, asing, dan aneh. Ku susuri sepanjang jalan lorong ruangan itu, ku perhatikan setiap sisinya, tidak ada barang atau ornamen satupun yang pernah ku lihat sebelumnya. Aku benar-benar terlihat seperti orang linglung, orang norak, bahkan orang tidak waras. Aku dibuat lebih kaget lagi karena ada anjing dan kucing yang bisa membawa nampan berisi buku-buku. Sebenarnya dunia apa ini? Aku masih coba menelaah satu persatu apa yang ku alami sekarang. Ku coba berinteraksi dengan salah satu pengunjung di sana, seorang remaja yang menggunakan pakaian berlapis rapih dengan kupluk hitam dan pengeras suara yang dikalungkan di leher, menurutku gayanya keren, tapi ganjil. 565Please respect copyright.PENANAresK9LKn9q
“Permisi mas? mas?” ku lambaikan tangan di depan wajahnya.565Please respect copyright.PENANAshg3kQolTG
Ku tepuk tubuhnya, namun tidak tersentuh. Ku amati tanganku yang jarinya masih lengkap. Berkali ku coba berinteraksi dengan beberapa pengunjung di sana, tapi tidak ada satupun orang yang menanggapiku. Aku mulai resah, heran, juga frustasi. Ponsel yang ku gunakan mendadak mati, turut berduka cita, ya. Aku bertanya-tanya, tapi tidak satupun jawaban ku temukan. Apakah ini akhir dari kehidupan baruku yang menyenangkan? Dengan tertatih aku berjalan ke tepi ruangan, duduk di samping jendela yang ditutupi gorden metalik. Ku pejamkan mataku sejenak, mengatur napas dan degubku yang tak karuan. Badanku lemas, seperti ditelan pusaran air lalu masuk ke dunia lain tanpa aba-aba dan persiapan. Tiba-tiba bahuku ditepuk seseorang. Sontak aku kaget dan hampir jatuh dari tempat duduk. Terkesima aku dengan seorang laki-laki yang tubuhnya tegap menutupi wajahku dari sorotan lampu. Ku cermati baik-baik ia, ditatapnya aku dengar nanar. 565Please respect copyright.PENANAU4aOPVaA6V
“Bu, boleh ikut aku?” tanyanya, suaranya amat sopan dan halus. 565Please respect copyright.PENANAbxsGGSIyXP
Namun, bukankah berlebihan kalau aku dipanggil “Bu”? Aku beranjak dari tempatku duduk, mengekornya sampai pada suatu ruangan dengan pintu kayu yang bercat putih. Baru ku sadari, hanya ruangan ini yang pintunya terbuat dari kayu. Pada pintu tersebut terdapat ornamen pecahan kaca yang sengaja disusun kembali membentuk sebuah matahari. Dibukakan pintu itu olehnya, ku masuki ruangan yang gelap dan hangat. Ditekannya saklar lampu yang berada di dekat lemari tua. Aku benarbenar terkejut sampai tersedak dan sesak. Ketika lampu dinyalakan, terpajang penuh ruangan itu dengan fotoku. Foto sejak aku kecil sampai foto yang belum pernah aku tahu kapan mengambil gambarnya. Mataku membeliak, ku soroti satu persatu foto yang ada di sana, di ruangan yang cukup besar dengan teleskop di tengahnya. Tanpa sadar aku menangis, bukan karena terharu, tapi aku tak mengerti apa ini sebenarnya, aku tidak tahu harus bertanya dari mana. 565Please respect copyright.PENANAHfz4nQSyKz
“Bu, ini ruangan kerjamu, dulu. Sebelum pada akhirnya Ibu dan Ayah meninggalkanku, sendirian. Mungkin sedari tadi Ibu bertanya-tanya, tapi ini memang adanya,” ucapnya singkat tapi tidak menjawab satupun bahkan seluruh pertanyaanku. Ia tidak menatapku sama sekali. Ia sibuk membuka satu-persatu buku yang tertumpuk di kursi kayu yang sedikit miring. 565Please respect copyright.PENANAzu0odnN0Te
“Pertama, kamu siapa? Ini dimana? dan apa maksudnya Ibu?” tanyaku tegas. 565Please respect copyright.PENANASW7NowPtRU
Laki-laki itu menghampiriku. Ditatapnya lagi dengan mata yang sudah terbendung air mata. Ia menarikku duduk di lantai yang berdebu, dibukanya sebuah lembaran kertas yang dijilid dan bersampul warna kuning, persis seperti cerita pendekku yang ku berikan pada Abimanyu. Diberikannya itu padaku. Ku buka, ku baca, tapi itu tidak seperti cerita yang ku tulis.565Please respect copyright.PENANA4t7SKxf26o
“Bu, ingat cerita pendek yang kau bilang karya spektakuler? Sebenarnya itu karyamu sesungguhnya, jelek sekali. Pada saat itu, sayang sekali cintamu ditolak. Lalu Ibu bertemu Ayah dan menikah. Semua mungkin baik-baik saja sampai akhirnya aku lahir. Tidak ada yang bahagia, Bu. Semuanya berantakan, aku yang paling berantakan. Sejujurnya, aku adalah Nim. Kontak anonim yang selalu membantumu menuntaskan cerita pendekmu,” Belum selesai ia bicara, tangisku makin pecah. 565Please respect copyright.PENANAthveqKbEe1
Ia makin mendekatiku, mencoba mendekapku. Kepalaku sakit karena berusaha mencerna semuanya. Aku mau pulang. 565Please respect copyright.PENANAQ4VWnJq36s
“Bu, tolong dengarkan aku dulu. Aku mengutuk diriku sepanjang hidupku, ini sangat menyakitkan, Bu. Tolong jangan lahirkan aku, jangan bertemu dengan Ayah, dan tolong berbahagialah. Ibu selalu bertengkar dengan Ayah. Ayah selalu mengira bahwa dirinya adalah pilihan kedua. Aku berusaha semampuku untuk membuat Ibu bersama dengan orang yang benar kau cinta, aku juga berusaha agar aku tak sesakit ini, Bu.” tangisnya ikut pecah.565Please respect copyright.PENANAFud8oa83EU
Ke peluk laki-laki itu, ku usap lembut kepalanya. Aku tidak dapat berbicara, tapi aku harus. 565Please respect copyright.PENANAOiYAbg2XxI
“Nim, kalau betul ini kamu, siapapun kamu. Mau benar atau tidak kalau kamu anakku. Apapun yang nanti akan ku pilih, ku pastikan dengan sebenar-benarnya, tidak mungkin aku tidak menyayangimu. Aku berusaha keras mempercayai ini semua, Nim.” 565Please respect copyright.PENANAkAj4KJkECJ
Dilepaskannya pelukanku. Diberikannya sebuah buku gambar, pada sampulnya bertuliskan “Nima Nagata Giantama”. Buku gambar itu berisikan gambar-gambar anak kecil pada umumnya. Burungburung kecil, pegunungan, laut, super hero, dan sawah. Sampai pada lembar paling akhir, terdapat sebuah gambar teleskop. Digambarnya dengan krayon warna hitam, tertuliskan sebuah kalimat “Aku mau lihat bintang sama Ibu besok malam, semoga Ibu pulang.” 565Please respect copyright.PENANAAQnMk1XmOu
Perasaanku berantakan, seperti kapal pecah. Laki-laki yang mengaku dirinya adalah Nim merobek kertas kecil kemudian menuliskan sesuatu. Dipeluknya aku dengan erat, kemudian berbisik di telinga kananku.565Please respect copyright.PENANASLeMNlmXWe
“Kembali dan berbahagialah, Bu. Ciptakan cinta yang bisa ku rasakan juga,” 565Please respect copyright.PENANAlueC5uZF4X
- 565Please respect copyright.PENANA0SWlFxX664
Puk puk “Neng, bangun. Jangan tidur di sini, Neng” ditepuk pundakku oleh seseorang. 565Please respect copyright.PENANAdxsA9xpbBE
Penglihatanku remang-remang, cahaya yang ku lihat tak lagi menusuk mataku. Aku seperti habis tak sadarkan diri. Ku pejamkan mataku, ku ingat lagi apa yang barusan terjadi. Ku rangkai satu-satu setiap kejadian yang ku alami. Sesaat aku sadar ini bukan di tempat sebelumnya aku berada. Apa aku sudah kembali? Apa aku dibawanya ke tempat yang lain lagi? 565Please respect copyright.PENANA40kg0P5lvZ
“Neng, maaf. Perpustakaannya sudah mau tutup. Sekiranya Neng lelah, boleh tidurnya dilanjut di rumah,” katanya sambil bercanda.565Please respect copyright.PENANAZmx2qU8Trp
Aku tergemap, hari sudah mulai gelap. Ku lihat jam pada lenganku menunjukkan pukul 7 malam. Aku bangun dan merapikan bajuku yang kusut, ku bawa semua buah tangan yang sejak awal ku tenteng. Sudah berapa lama ya aku tidur? Kenapa aku bisa tertidur? Aku seperti bermimpi panjang, tapi apakah benar itu mimpi? Aku berjalan seperti mayat hidup, agak terseok karena kakiku sangat sakit, kram karena tidur dengan posisi duduk terlalu lama. Diperjalanan pulang dengan angkutan umum, ku rebahkan kepalaku. Dibawanya tubuh ini dengan cepat dan ugal-ugalan. Angkutan umum tiba di pemberhentian terakhirku. Saat ingin merogoh uang di jaketku, aku menemukan sebuah kertas yang terlipat, ku pegang erat-erat kertas itu. Aku lari terbirit masuk ke dalam indekos, lalu ku baca secarik kertas itu. 565Please respect copyright.PENANAp2yNoDp4bY
“Bu, aku akan terus mendukungmu dalam mimpi kita bersama. Mimpi kita yang bukan seperti bunganya orang tertidur. Mimpi kita adalah nyata di dalam dunia yang disebut cinta.”565Please respect copyright.PENANAtlRVggL1mH
Mataku kembali berlinang air mata. Nim, terima kasih atas hadiahmu. Terima kasih telah membantuku. Di hari yang panjang ini, ku tutup dengan lelap di bawah malam yang gemerlap. 565Please respect copyright.PENANADjOeXU4pXP
- 565Please respect copyright.PENANAc6p3zr7nH7
Setelah apa yang terjadi padaku, hidupku berjalan seperti biasanya dan tak ada yang berubah. Namun sangat sayangkan pesan-pesan yang ku kirimkan pada Nim mendadak menghilang, Nim seperti menghapus semua jejaknya dari hidupku. Untungnya cerita-ceritaku yang sebelumnya direvisi oleh Nim tetap ada dan tersimpan dengan baik. Aku berniat mengabadikanmu dalam sebuah tulisan, sama seperti bagaimana kita memulai semua ini. Ku tulis cerita pendek keduaku. Kali ini, ku tulis khusus untukmu, Nim. Semoga lekas kamu membacanya. Semoga tersampaikan berjuta kasihku yang sempat tak kau dapatkan. Aku bahagia sekali setiap harinya, di sini. Aku harap ini cukup untuk Nim. Ada salam dari Abimanyu. Di akhir cerita ini, ku tuliskan surat cinta untukmu. 565Please respect copyright.PENANAdmkqRaoyMA
-565Please respect copyright.PENANAXCr3nx4xE9
Halo, Nak. Ini Ibu. Mungkin saat ini kamu belum ada di sini, atau mungkin kamu ada, namun di dunia lain yang kau sebut ‘mimpi kita’ itu. Ibu sudah menemukan Ayah yang harapannya bisa kita cintai bersama. Ibu rela berbagi denganmu. Mari kita lihat bintang bersama. Terima kasih sudah menjadi alasan cerita ini tercipta. Akhir kata, sampai jumpa di lain waktu, di waktu yang tak terbatas.565Please respect copyright.PENANA7J3CSbWlsw