Sudah dua tahun sejak ayah Bayu meninggal. Bayu baru berusia enam belas tahun saat tragedi itu terjadi. Padahal saat itu kehidupan mereka telah mapan – tinggal di rumah mewah dipinggiran kota Jakarta, yang memiliki garasi untuk dua mobil, Bayu sekolah di SMA favorit. Semuanya hampir sempurna sampai saatnya kecelakaan itu terjadi. Bayu dan ibunya sangat merindukan Taufan. Ayah Bayu, Taufan tengah mengendarai mobilnya pada larut malam itu, pulang dari tempat kerja ketika seorang pengemudi mabuk mencuri jalan dan menabrak mobil yang tengah dikendarainya secara frontal. Taufan meninggal ditempat saat itu juga. Polisi mengatakan bahwa mobil pemabuk itu tengah melaju dengan kecepatan hampir seratus kilometer per jam. Sejak saat mereka mendengar berita kecelakaan itu, sampai dengan dilakukannya pemakaman, sungguh merupakan saat-saat yang sulit bagi mereka, bagi Susan dan Bayu dunia serasa kiamat saat itu. Hanya karena kerabat Taufan dan Susan yang berdatangan dari daerah-daerah lain dan memberikan bantuan yang besar terutama dari segi moral yang membuat Bayu dan ibunya bisa bertahan. Namun setelah pemakaman selesai, para kerabatpun pulang dengan meninggalkan Susan dan Bayu yang harus melanjutkan kehidupannya. Kecelakaan itu mengubah hidup mereka secara dramatis. Ibu Bayu, Susan, harus kembali bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mereka juga harus menjual rumah mereka, dan hidup di rumah kontrakan. Namun setelah dua tahun sejak kematian Taufan, karir Susan telah meningkat dengan pesatnya, dan dia juga mendapatkan keuntungan besar dari hasil jual beli saham di pasar saham. Berbekal keuntungan tersebut, Susan membeli membeli sebuah rumah baru untuknya dan Bayu, lebih kecil dari sebelumnya, tapi sangat nyaman untuk ditinggali. Pekerjaan dan investasi di bursa saham menghasilkan uang yang cukup banyak bagi mereka untuk bisa menikmati hidup dan berlibur sesekali. Setelah dua tahun sejak kecelakaan tersebut, kehidupan mereka secara lahiriah, uang dan materi telah kembali mapan, tetapi secara batiniah masih sangat rentan dan labil. Susan dan Bayu satu sama lain saling mengandalkan agar dapat bertahan dalam mengarungi kepahitan hidup ini. Karena itu terciptalah suatu ketergantungan yang sangat tinggi antara yang satu dengan yang lainnya, yang menyebabkan terjalin hubungan yang lebih erat dari hubungan yang umum antara ibu dan anak laki-lakinya. Bayu tumbuh menjadi seorang pemuda yang tidak menyukai hura-hura tidak seperti layaknya seorang pemuda seusianya, dia hampir tidak pernah keluar malam, waktunya lebih banyak dihabiskan untuk menemani ibunya, meskipun demikian dia tahu bahwa dia tidak bisa menebus rasa kehilangan ibunya akan ayahnya. Bayu sendiri tumbuh menjadi seorang pemuda tampan, dengan tinggi 185 centimeter, dan berat 75 kilogram, dia tampak lebih tegap dari sebagian besar teman-teman sekelasnya, meskipun dia terlihat memiliki rasa percaya diri yang tinggi namun sebenarnya dia seorang pemalu dan sensitif, terutama dihadapan para gadis-gadis teman sekolahnya. Setiap kali dia berdekatan dengan seorang gadis yang menarik hatinya, setiap kali juga lidahnya terasa kelu dang selalu salah tingkah, sehingga lebih mudah baginya untuk menghindari situasi tersebut. Selain itu, dia seperti merasa menghianti ibunya jika berdekatan dengan seorang gadis. Sekarang diusianya yang ke 18, Bayu sudah lulus dari SMA dan mendapatkan beasiswa prestasi untuk melanjutkan kuliahnya di universitas negeri setempat. Tidak seperti anak muda seusianya, dia belum memiliki pacar karena sifat pemalunya yang berlebihan, dan penyakit gagap bicara yang dideritanya jika dia berada dalam keadaan tertekan dan gugup, terutama didepan gadis yang menarik hatinya. Penyakit ini muncul sejak ayahnya meninggal, meskipun selama ini dia berhasil menutpi-nutupinya dari ibunya. Sementara itu ibunya, Susan nampak masih cantik dan menarik dengan tinggi 165 centimeter dan berat tubuh yang proposional dan bentuk tubuh yang langsing menawan, meskipun demikian seperti umumnya para wanita yang selalu merasa memiliki kekurangan pada dirinya, Susan pun merasa pantatnya terlalu bulat dan payudaranya terlalu besar, sehingga dia cenderung berpakaian konservatif untuk menutupi kekurangan yang dirasakannya. Susan merasa sangat kesepian sejak kematian Taufan. Meskipun d ia mencoba untuk tidak terlalu bergantung pada Bayu, tapi Bayu tampaknya menjadi satu-satunya orang yang benar-benar mengerti keadaannya, sehingga tanpa perlu Susan menyatakan keadaannya, entah ketika dia sedih, marah, atau kesepian maka Bayu akan selalu mengetahuinya. Susan pun berfikir bahwa dia juga bisa memahami Bayu seperti Bayu memahaminya. Karena rasa sepinya, beberapa kali Susan mencoba menjalin hubungan baru dengan laki-laki lain yang mendekatinya sepeninggalan suaminya, sayangnya setiap pria yang mencoba berhubungan dengannya lebih banyak terdorong oleh ketertarikan mereka secara phisik pada dirinya, yang memang masih merupakan seorang wanita yang cantik menawan, Susan masih memiliki hasrat seksual yang kuat, namun dia lebih membutuhkan dicintai, dipahami dan diperlakukan dengan lembut oleh seorang pria. Sementara sebagian besar pria tampaknya berpikir karena dia seorang janda muda maka mudah bagi mereka untuk membawanya ketempat tidur dan menyetubuhinya. Bayu berusaha untuk mendorong ibunya untuk lebih banyak keluar rumah serta mendapatkan pasangan hidup baru, tapi setiap kali juga Susan selalu mengelak dengan mengatakan bahwa Bayu adalah satu-satunya pria yang dibutuhkannya dan menjadi pusat perhatiannya selama sisa hidupnya. Susan hampir merasa seperti menghianati Bayu dan menodai kenangannya akan Taufan jika melakukan hal terserbut meskipun jauh dilubuk hatinya dia sadar bahwa Taufan adalah masa lalu, tapi dia tetap tidak bisa lepas dari masa lalu tersebut. Susan memang dulu menikah muda, dia baru kuliah di semester tiga saat menikah, dan langsung punya anak, meskipundia terpaksa harus mengambil cuti menjelang dan setelah melahirkan selama satu semester, tapi dia kemudian melanjutkan kuliahnya sampai selesai, dan sempat bekerja sampai usia Bayu delapan tahun, setelah itu dia berhenti bekerja karena Taufan memintanya. Sekarang diusianya yang ke 36, Susan kembali bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, pekerjaannya sebagai seorang kepala humas sebuah perusahaan besar, menuntutnya untuk bekerja 12 jam sehari, bahkan hari sabtu pun terkadang dia terpaksa melembur. Bayu seringkali menyarankannya untuk mengenakan pakaian seksi dan bahkan seringkali memujinya dengan mengatakan bahwa Susan tampak sangat cantik jika mengenakan rok pendek dan atasan berpotongan rendah, seraya mengatakan bahwa kita harus tampil menawan jika ingin meraih puncak karir, sekaligus juga dapat menarik perhatian laki-laki yang mungkin diminati Susan. Susan sendiri lebih banyak mengkhawatirkan perkembangan sosial Bayu sehingga dia selalu mengelak dengan menyarankan agar Bayu mulai lebih banyak keluar malam untuk berkencang dengan gadis-gadis sebayanya. Akhirnya mereka satu sama lain saling mengelak dan kembali menghabiskan waktu luang mereka bersama-sama. Bab 1 Suatu malam minggu ketika Susan menemukan Bayu duduk di ruang tamu menonton TV seperti biasanya, dia berkata “Bayu kenapa kamu hanya duduk sendiri dirumah, bukankah ini malam minggu, pergilah keluar!, dan bersenang-senanglah dengan kawan sebayamu, atau bahkan dengan pacar kamu!” kata Susan setengah bertanya setengah menyuruh, sambil duduk di samping anaknya dan meletakkan lengannya di bahu Bayu. Apa yang dikatakan Susan ini adalah pembicaraan yang sudah sangat sering diutarakan pada Bayu anaknya, dan Bayu pun menjawab dengan jawaban yang standard yang biasa dilontarkannya “Aku sangat lelah ma, aku perlu istirahat selain itu aku lebih suka tinggal dirumah menemani mama”. Sebuah alasan yang sangat lemah dan mereka berdua mengetahuinya. “Bayu kamu harus mau bergaul dan memiliki teman-teman sebayamu, atau bahkan memiliki…. pacar” kata Susan putus asa. Kemudian ia menatap dengan serius dan berkata lebih lanjut, “Aku khawatir tentang kamu.” “Mama sendiri juga juga tidak memiliki kawan dekat, dan ternyata mama baik-baik saja, lalu mengapa saya perlu pacar? ” jawab Bayu santai. “Hey…hey… itu masalah yang berbeda, aku sudah pernah menikah, lagian mama sekarang juga punya seorang pria yang mengisi kehidupan mama, yaitu kamu” jawab Susan sambil menepuk bahu Bayu, tanda sayang. “Ya aku juga punya banyak waktu kok ma, untuk bergaul dan pacaran, selain itu, aku sudah memiliki seorang wanita yang menyayangiku, yaitu mama!..” jawab Bayu sambil tersenyum, dia menirukan omongan ibunya sendiri. Susan mendesah frustrasi. “Yah, kita pasangan serasi bukan?”. “Ma, kau sahabat terbaik ku” kata Bayu serius sambil merangkul ibunya. “Dan kau juga sahabatku,” kata Susan sambil balas memeluknya lagi, sambil melanjutkan kata-katanya “kamu harus banyak bergaul dengan kawan-kawan sebayamu termasuk dengan teman perempuanmu, karena cara hidup kamu seperti sekarang ini tidak baik untuk perkembangan jiwa mu” Bayu menarik napas dalam-dalam “ma …” panggilnya”. Apa?” tanya Susan. Bayu membuka mulutnya tapi tidak ada suara yang keluar, kepalanya terkulai di sofa dengan mata terpejam, sementara wajahnya tampak memerah karena malu. “Akh, engga… engga apa-apa” akhirnya keluar juga suara Bayu. “Apa sich yang mau kamu omongkan Bayu… tolong jangan berahasia dengan mama,” kata Susan sambil memalingkan muka kepada Bayu dan menatap matanya yang terpejam. “Bukankah kita selama ini selalu terbuka, berbicara tentang apa saja? ” desak Susan pada anaknya. Sebenarnya Bayu sudah lama ingin mengutarakan keadaan dirinya yang merasa malu, gagap dan salah tingkah jika berdekatan dengan gadis yang menarik perhatiannya, tapi dia tidak ingin ibunya merasa susah karenanya lebih lagi karena dia malu untuk mengatakannya.
ns 15.158.61.50da2