Aku mengamati layar lebar di depanku. Persis yang kupikirkan. Lelaki itu sepertinya tidak menyadari. Bahwa ada yang mengawasi setiap gerak-geriknya. “Kalian sudah pastikan semua berada di posisi?” ujarku pada salah satu mikrofon seorang anak buahku. Dia mengacungkan senjatanya ke arah kanan. Berarti semua oke dan siap melenyapkan sesosok manusia yang menjadi target kami.
Aku pun sudah sangat siap. Menghadapi kemungkinan terburuk bukanlah pikiran saat ini. Yang penting misi dan tujuan tercapai serta terlaksana. Dengan rapi, bersih dan simple. Aku mengutak-atik senjata di depanku. Database itu segera berpindah. Menjadi urutan angka-angka algoritma yang rumit. Mungkin aku memang bukanlah seorang matematikawan seperti yang kalian pikirkan.
Tapi, sekali ku tekan tombol “#” dan layar mulai berkedip 1 nanodetik. Sebuah benda kecil kasat mata, menembus kulit pria tersebut. Tepat mengenai lehernya. Dan sepertinya zat itu terlalu bereaksi dengan cepat. Sehingga kematian pria itu segera di ketahui oleh khalayak umum. Aku menyaksikan bagaimana sakitnya di tusuk dengan jarum dengan diameter amat kecil. Dan entah bagaimana rasanya jatuh mengenai dinding berbobot 100 kg lebih itu. Dengan kepala membentur bagian yang rawan. Dan ambruk seketika, nyawa tubuh itu menghilang. Dilihat dari busa yang keluar dari mulutnya. Bisa dikatakan dia keracunan. Bisakah di selamatkan?
Kita akan menunggu. Reaksi orang-orang seperti yang kita duga. Kamera yang berhasil membidik pria itu, segera bersih dari suatu apapun bukti. Dan kupastikan tidak akan ada yang tertinggal. Walaupun baunya sekalipun. Tapi, kami tetap waspada. Terutama pada sesosok pria berjubah hitam. “Joss, tolong arahkan bidikanmu ke punggung pria tersebut.” Perintahku sembari mengolah data pribadinya. Seorang detektif rupanya. Kau terlalu cepat bung, ujarku dalam hati.
Sedang Joss menyiapkan processornya, aku segera menghapus bukti yang ada di dalam gedung itu. Sembari yang lainnya bersembunyi di area masing-masing. Data tersebut telah berpindah. Melayang dan sekejap menghilang. Dan tepat saat lelaki itu merasa di awasi, Joss segera menyuruh sandera kita keluar. Ketika dia turun dari lantai 18, pria bermata tajam itu segera menangkapnya. Dan kita tahu bahwa walaupun sandera itu sangat ketakutan, aku yakin dia akan bungkam. Sehingga sindikat kami takkan terlacak.
Terlebih ketika aku mengendari sepeda motor gede berplat nomor hitam, aku tahu pria itu akan segera mencatat—setidaknya dia hafal berapa nomor plat motor keluaran terbaru ini. Dan dengan strategi, kujual tidak jauh dari harga aslinya kepada seorang direktur perusaan illegal. Sayangnya, transaksi ini tidak berhasil. Dengan cepat, aku membongkar motornya dan memasukkannya ke bengkel. Untuk di perbaiki dan kualitasnya bisa terjual bebas di pasaran.
Anak buahku sudah pergi dari tempatnya. Termasuk Joss dan Marvleyn yang tugasnya membereskan kejadian kecelakaan penipuan tingkat 1 tersebut. “Beres semua, Boss.” Aku mendengar suara salah satu dari mereka. Yah, untuk kali ini. Aku harus lebih hati-hati. Tapi, di setiap kesempatan—pria itu mengikutiku. Dia sepertinya sudah mulai memahami perilaku dan cara terkhasku. Dan ini kesempatan untukku. Ketika aku mengubah diriku menjadi seorang wanita sejati.
Pertandingan belum berakhir, tapi aksi ini akan kami lancarkan sebentar lagi. Sembari menunggu salah satu punggawa itu mencetak gol. Aku tidak begitu mencemaskan apakah ini akan berhasil. Ataukah dia sedang mengamatiku. Ketika aku bersorak atas kemenangan Westburgh 4-2 melawan Skotlandia, sengaja kuperlihatkan tanda kekhasan yang menempel pada salah satu lenganku.
Dan seolah mendapati mangsanya, dia segera mengalihkan perhatiannya padaku. Aku terus mengikuti sorakan para penonton. Meskipun ini masih ada babak kedua, tapi kami harus bergerak sesegera mungkin. Aku tahu akan tertangkap—cepat atau lambat dia akan menyadari bahwa ini hanya jebakan. Ada wanita di sana—dia membidikku dengan ponsel GLX-nya. Dengan wajah tanpa dosa, dia menunjukkan bahwa dirilah yang di cari oleh pria tersebut. Ketika kepalanya sedang melihat apa yang dilakukan wanita tersebut. Seorang penjaja popcorn—sepertinya tidak sengaja, menutupi setengahnya. Sehingga tubuh pria itu agak sedikit menaik.
Aku mulai berharap cemas, ayolah! Sedikit lagi kawan, kau pasti bisa. Dan ketika wanita tadi menanggalkan topi merah mudanya. Senyum menghiasinya saat pria itu mengikuti keluar dari tribun mengikuti sesosok wanita itu yang telah menghilang secara misterius. Aku bisa lega. Tapi sepertinya, permainan ini belum berakhir. Pria penjual popcorn tadi memberitahu kami berdua bahwa aksi kami sudah selesai. Pria itu sepertinya akan segera menyadari dan naik ke tribun lagi.
Kalau begitu, kini saatnya aku menghilang. Kami bertiga meninggalkan arena pertandingan. Penonton sepi. Tapi bukan berarti pertandingan telah berakhir. Aku tahu dia akan segera kembali. Dan mendapati 3 orang tersebut telah pergi dan tidak ada di tempat. Mobil silvernya secara mendadak melenyapkan jutaan arsip. Termasuk sopir yang sengaja kita lenyapkan terlebih dahulu. Dengan menjadikannya sandera? Ssstt... Itu adalah bagian rahasia kalian.
Sepertinya kami memang belum puas. Sebentar lagi, senjata yang ada dalam tubuhnya akan aktif. Dan merusak sel-sel tubuhnya, melemahkan otot dan daya pikirnya. Meringankan beban di pundaknya. Dan memecahkan molekul-molekul yang tersimpan dalam memorinya. Serta melelehkan aliran detak jantungnya. Ini saat yang paling berbahaya. Tapi juga saat yang paling menyenangkan yang menegangkan. Serta memuaskan kemampuan kami. Selayaknya kau berada di antara kami. Dan kami baru bisa mengatakan.
“SAY GOODBYE, DETECTIVE OCTHAVE”
ns 15.158.61.20da2