Sore itu ketika Pandu pulang ke rumah, dirinya menemukan rumahnya tiba tiba tidak terkunci, “Seingatku pintu depan dikunci koq dibuka ya?” Merasa kalau istrinya masih diluar, Pandu pun mengendap endap masuk ke dalam rumahnya, jaga jaga takut maling yang masuk ke rumahnya.
Namun setelah keliling seluruh ruangan, tidak ada yang berubah maupun hilang, hanya ada 1 gelas kotor di atas wastafel.
Tinggal 1 ruangan yang belum diperiksa, kamar anak satu satunya, lalu dengan perlahan Pandu pun pergi ke kamarnya dan benar saja terdapat suara di dalam kamar tersebut, namun Pandu curiga karena mendengar suara yang sangat dia kenali, dia pun membukanya perlahan dan kaget setengah mati melihat putri semata wayangnya sedang telanjang menduduki guling sambil menggesekan memeknya.
“Kyaa!! papa koq tiba tiba masuk.” Teriak Cindy sambil menutup tubuh telanjangnya dengan kedua tangannya.
Pandu yang terpana melihat tubuh anak perempuannya kemudian mendekatinya sambil berkata, “Hayo kamu lagi ngapain!? Nonton apaan barusan.” lalu mengambil ponsel yang tadi dilemparkan Cindy. Sialnya karena tidak sempat mengunci ponselnya, Pandu pun bisa melihat dengan jelas video yang ditonton putrinya, yaitu JAV yang sedang melakukan WOT.
“Wah nakal ya anak papa liat kaya ginian, hayo sejak kapan kamu mulai nakal?!” Tanyanya dengan lembut sambil mengunci ponselnya dan memperhatikan tubuh molek anaknya.
“Ih papa apaan sih, sini hp nya!”
“Ya udah sini ambil sendiri.” Goda Pandu sambil menjauhi kasurnya, tentu saja karena kedua tangan Cindy sedang menutupi bagian sensitifnya, dia pun kesulitan meraihnya, lalu setelah dipikir panjang Cindy akhirnya memutuskan melepaskan tangan di toketnya lalu berjalan menuju papanya dan meraih ponselnya.
Pandu benar benar menyukai ukurannya yang besar, walaupun masih kecil namun toketnya sudah sangat besar dan bulat, “Ayo kamu belum jawab pertanyaan papa barusan, dari kapan kamu nakal!?”
Lalu sambil memakai pakaiannya sendiri Cindy menjawab “Iya udah lama yang jelas, dah papa sana keluar lagi.”
Pandu merebut ponselnya dan melihat videonya kembali, “Terus apa yang kamu suka dari nonton video itu?” Pandu masih bertanya dengan lembut dan sabar.
“Emh.. kelaminnya.. udah siniin ih.” Jawab Cindy sambil malu malu dan meraih kembali ponselnya.
“Kalau ukuran segitu sih ga ada apa apanya sayang, punya papa lebih gede.”
“Ih papa apa apaan sih malah ngajarin yang ga bener sama anak sendiri.” Balas Cindy sambil melihat ke arah lain tapi matanya fokus ke tonjolan celana Pandu.
Dengan nekat keluarkan kontolnya dari celana dan mengocoknya sampai berdiri sempurna, “Liat nih lebih gede kan?”
Cindy pun terkejut sambil menelan air liurnya, benar apa kata papanya, ukurannya sangat besar dan panjang, bahkan sekelilingnya pun terdapat ulir urat yang nampak menggodanya, Cindy terpatung melihat ukuran kontol papanya, namun Cindy segera sadar dan menjawab, “Udah ah papa sana.”
Pandu yang sudah tidak sabar lalu berkata, “Emang mau ngapain nyuruh papa keluar? Lanjut nonton bokep? Hahaha mending sama papa aja yu?”
Cindy pun mendorong tubuh papanya sampai keluar kamar sambil pura pura cemberut, lalu menjawab “Mau langsung tidur, papa sih gangguin.” dan akhirnya menutup pintunya.
15 menit kemudian Pandu kembali ke kamar Cindy dan mendapati anaknya sedang tidur mendengkur, “wah nakal ya anak papa.” Pandu pun masuk dan memperhatikan tubuhnya, kemudian mengusap pipinya dan berkata, “Kamu makin cantik aja, sayang banget hubungan kita papa sama anak.” sambil mengusap toketnya dan terasa sangat lembut dan halus, setelah itu barulah keluar kamar dan membiarkan anaknya beristirahat.
Singkat cerita malam pun tiba, seperti biasanya, papa, mama, dan anak duduk bersama di ruang makan untuk menyantap makan malam, namun kali ini berbeda, mama makan sambil sibuk dengan ponselnya, kemudian Pandu mendorong kursinya sampai dekat dengan Cindy, tanpa rasa curiga mama pun membiarkan suaminya duduk di dekat anaknya, tanpa dirinya tahu bahwa Pandu sudah menurunkan celana piyamanya dan mengeluarkan kontolnya.
Lalu Pandu berbisik pada telinga Cindy, “Ayo sayang, masa ga pengen, dari pada ngebayangin dan gesekin sama guling doang, mending sama punya papa.”
Cindy lalu melotot melihat papanya sendiri tepat di sampingnya, tidak dia sangka kalau papanya akan senekat ini padahal mamanya masih berada disana, tentu saja Cindy tidak menjawab apapun karena syok melihat kontol sedekat itu, meski bentuk kontolnya masih lemas namun ukurannya tetap besar
Pandu pun berbisik kembali, “Ya udah kamu pegang dulu deh, biar tau rasanya.” Lalu Pandu raih tangan Cindy dan memaksanya memegang kontolnya, Cindy pun memegang kontol tersebut dan baru tahu bahwa teksturnya sangat lembut, hangat, dan kenyal, perlahan namun pasti kontol Pandu pun berdiri tegak meski hanya dipegang anaknya tanpa digerakan sama sekali.
Otomatis Cindy kaget dan langsung melepaskan kontolnya, menghabiskan makanya, lalu langsung masuk kamar sambil berkata, “Aku mau langsung tidur.” Dua kali melihat Cindy seperti itu, Pandu akhirnya mengerti bahwa itu cara Cindy untuk meredam rangsangannya. Pandu ingat bahwa besok adalah hari libur sekolah, dan Pandu tahu kalau di hari itu di rumahnya hanya ada ada Cindy seorang saja dan anjing peliharaan mereka, Pandu putuskan esok hari akan pulang lebih cepat.
Satu hari pun berlalu.
Siang hari itu Pandu putuskan untuk izin dan berpikir bahwa anaknya pasti sedang berbuat nakal kembali dirumahnya. Saat hampir tiba dirumahnya, karena ingin memberikan kejutan untuk anaknya, Pandu putuskan parkir di lapangan dekat rumahnya dan masuk melalui pintu belakang,
Ketika masuk ke dalam rumah, dia melihat Cindy yang sedang telanjang sambil menindih bantal sofa yang ada di ruang keluarga, Pandu kemudian mengintipnya dari dapur sambil merekam kelakuan anaknya, dia perhatikan Bruno, anjing peliharaan mereka sedang duduk di karpet sambil menatap Cindy yang sedang menggoyangkan memeknya di bantal sofa.
Pikiran liar pun semakin menguasai kepala Pandu. Tidak tahan dengan tubuh molek anaknya, Pandu pun akhirnya muncul dari belakang rumah.
“Ih papa.. koq lewat belakang? Koq ga kedengeran suara mobilnya?” Tanya Cindy sambil menutup tubuhnya dengan bantal itu.
“Hihihi soalnya papa tau pasti kamu berbuat nakal lagi, udah sering ya kaya gini kalau ga ada siapa siapa?” Tanya Pandu sambil menarik bantalnya dan duduk disampingnya, Cindy pun panik dan saat mau mengambil bantal yang lain Pandu kembali merebutnya lalu berkata, “Ga boleh ditutupi hahaha kamu dihukum buat bugil di rumah, atau papa laporin mama nanti.” Karena takut, Cindy pun pasrah dan tampil bugil lagi di hadapan papanya.
“ayo dong sayang, masa kamu ga mau sama papa sendiri?”
“Ga mau!” Jawabnya dengan tegas.
Namun Pandu tetap bersikeras dan sedikit memaksanya, “Ayo lah, sekalii aja.. sebagai tanda berbakti pada orang tua hihihi.”
“Ih ga mau pa!!”
Lalu Pandu bertanya, “Memang kenapa sih? Takut ya karena ga pernah? Nanti papa bimbing koq, sampai kamu keenakan, awalnya aja sakit, pasti kamu juga pernah liat kan bokepnya.”
Cindy pun ingat video yang dia tonton sebelumnya dimana seorang diperawani, menjerit kesakitan, namun akhirnya malah mendesah keenakan, membuat Cindy bingung dan tidak tahu harus berkata atau berbuat apa. Pandu yang mengerti lalu mengusap rambut kepala Cindy dan berusaha menenangkan dirinya, Cindy tersenyum namun kaget ketika melihat kontol papa sudah keluar celana dan tegak berdiri.
“Biar kamu terbiasa, belajar nyepong dulu ya..”
“Ih ga mau pa, kegedean”
Pandu yang sudah tidak tahan jelas tidak peduli dan mendorong kepala anaknya mendekati kontolnya, jelas Cindy yang sering nonton bokep mengerti dengan maksudnya, Cindy pasrah dan membuka mulut, menerima dan mengulum kepala sampai leher kontol Pandu di dalam mulutnya.
Tanpa dipandu atau diarahkan Cindy pun langsung mengulum kontol itu sekaligus menjilatinya, “Sshh aahh.. koq kamu bisa sayang? Udah pernah ya? (Cindy menggelengkan kepala) Dari bokep? (Cindy menganggukan kepala) Oh pantesan, pinter ya anak papa, dari film doang bisa jago.”
Pandu pun menikmati kuluman dan jilatan anaknya yang semakin lama semakin nikmat, bahkan kini Cindy pun mulai mengocok sisa batang kontolnya dan juga mengusap kantung bijinya juga, “aahh aahh.. gila.. kamu jago banget nak, mama kamu juga kalah, dia sih harus dipandu terus.” Pandu pun sampai merem melek keenakan.
Setelah 15 menit disepong, Pandu pun akhirnya memutuskan, “Kayanya kamu udah siap sayang.” Lalu Pandu melepaskan kepala Cindy.
“Siap buat apa Paa?”
Pandu pun berdiri dan melepaskan pakaiannya satu persatu, Cindy melotot melihat papanya telanjang untuk pertama kalinya, tubuhnya yang besar dan berisi, lalu aroma tubuhnya yang tercium semakin jelas, membuat Cindy terangsang melihatnya.
Kemudian Cindy bertanya lagi, “Siap buat apa Paa?”
Lagi lagi Pandu tidak menjawabnya, dia malah menarik kedua kaki Cindy dan menaikannya ke atas sofa, “Ih papa ga mauu!” Teriaknya sambil menutup kemaluannya yang masih rapat dan merah merona dengan kedua tangannya.
“Ayo dong, masa kamu puas sama bantal doang? Papa janji dengan ini kamu bakalan lebih menikmatinya, papa bikin kamu crot crot kaya mama ya, kalau perlu sampai lemes dan susah jalan.”
Cindy pun memohon dan mengiba sambil berusaha melepaskan kedua tangan papanya yang sedang melebarkan kedua kakinya, melihat perlawanan ketat dari anaknya saat melhat kesempatan ketika tangannya terlepas, lalu dengan cepat Pandu menempelkan batang kontolnya dan menggesekan di belahan memek Cindy, “Gimana sayang, enak kan?”
“Aahh ahh.. Papa lepas paa.. Aahh aahh..” Nafas Cindy pun terdengar berat, matanya sudah mulai sayu, dan kakinya terasa bergetar.
Mengetahui itu Pandu lalu bertanya, “Belum dijawab sayang, enak kan? Gimana?? Mau kan main sama papa?” Cindy tetap menolaknya, namun meski begitu dia pun membiarkan kontol papanya menggesek belahan memeknya, lambat laun memek tersebut jadi basah dan semakin banjir karena cairan rangsangannya sendiri.
“Udah basah banget nih sayang, papa masukin ya?”
Cindy kaget, dia pun melotot memandang Pandu dengan tatapan tidak percaya, namun Pandu hanya meresponnya dengan senyuman penuh kemenangan, Pandu pun mendorong kepala kontolnya sampai akhirnya masuk ke dalam memek Cindy.
“Aargh.. Sakit Paa!!” Teriak Cindy dan matanya pun langsung berlinangan air mata.
“Sabar sayang, nanti juga enakan koq, papa janji.” Pandu mendorong semakin dalam sampai membuat Cindy menutup matanya rapat dan menggigit bibirnya sendiri, kini tangan Cindy mencengkram erat bantal sofa yang berada di sampingnya.
“Enngghh.. Perih Paa!! udaah!!” Cindy pun meringis kesakitan, berbanding terbalik dengan Pandu yang mengerang keenakan ketika kontolnya semakin masuk ke dalam memek Cindy yang masih rapat dan perawan.
“Oohh enak sayang.. memek kamu jepit banget.. anget.. kontol papa berasa dipijit.” Lalu dengan penuh nafsu Pandu pun sekuat tenaga mendorong kontolnya sampai terhentak setengah kontol masuk ke dalam memek anaknya dan berkali kali menggoyangkannya maju mundur, darah segar akhirnya mengalir keluar memeknya, namun Pandu justru tersenyum melihatnya, senang karena telah mengambil keperawanan anaknya, Pandu berkata, “Dari pada orang lain yang ambil mending papa aja ya.”
Cindy tidak menjawabnya, dia lebih memilih untuk menjerit sekuat tenaga, meringis, dan teriak kesakitan ketika Pandu semakin mendorong kontolnya makin jauh. Pandu yang sudah kesetanan pun mulai mempercepat genjotan kontolnya sangat kuat meski belum mentok di dalam memek Cindy.
“Ohh.. oohh.. enak banget sayang.. aahh.. memek kamu mantep bangett sayaang.. oohh.. beda jauh sama memek mama kamu sayang.. aahh.. Aaahh.” Pandu pun sampai meracau tidak jelas menikmati rapatnya memek Cindy, anak kandung satu satunya.
“Aargh!! Udah Papa Udaah!! Sakiit!! Sakiitt Bangeet!!”
Lagi lagi Pandu tidak peduli dan terus menggenjot memek anaknya sekuat tenaganya, “Oohh uhh.. bentar sayang.. aahh lagi enak inii..”
Saking tidak kuatnya Cindy pun kini memberanikan dirinya dengan memukul dan mendorong tubuh Pandu, mulanya hanya sekedar memukul ringan, namun karena perihnya yang semakin menjadi, Cindy pun sekuat tenaga mendorong tubuh papanya, entah dapat tenaga dari mana, namun perempuan berusia muda itu sanggup mendorong tubuh papanya yang puluhan tahun lebih tua darinya untuk menjauh dari tubuhnya.
Segera saja Cindy menutup wajah dengan tangannya lalu menangis sekuatnya, Pandu pun tersenyum dan mengambil es batu dari dalam kulkas, dia masukan ke dalam plastik lalu membawanya dengan handuk, sekembalinya kesana, Cindy terlihat lebih tenang dengan memeluk bantal dan masih tetap telanjang bulat, lalu Pandu menatapnya beberapa saat kemudian mendekatinya dan memberikan es tersebut, “Kompress di memek kamu, nanti juga rasa sakitnya ilang.”
Cindy tidak menjawabnya, dia ambil es itu dan langsung mengompres memeknya, “Dingin.”
“Ya namanya juga es, tapi bagus biar kamu ga sakit lagi.”
Cindy tidak menjawabnya dan benar saja, Cindy pun berangsur angsur membaik, namun saat akan menaruh es batunya, Pandu berkata, “terusin sayang, sampai kebas.” Cindy pun menurutinya tanpa dia tahu ada maksud lain dibaliknya.
“Udah Paa, udah kebas.”
“Akhirnya.” Pandu lalu mengambil es tersebut dan melemparnya begitu saja, dia pun kembali menaikan kembali kedua kaki Cindy.
“Engga mau lagii! Perih!!” Teriaknya sambil menutup dengan kedua tangannya.
“Engga sayang, sekarang beda, papa janji pasti kamu keenakan, ini juga teknik yang mama kamu pakai dulu, papa lupa baru keinget sekarang, harusnya dari awal papa kasih biar kamu ga sakit ya hahahaha, ayo sekarang cobain deh, mumpung masih kebas, masa ga percaya sama papa sendiri.”
Cindy pun menatapnya dengan kesal, lalu setelah menarik nafasnya dirinya pasrah dan meletakan tangannya di bantal sofa, bersiap jika papanya bohong dan terasa sakit dan perih seperti barusan.
Pandu yang mengetahuinya langsung meminta pada anaknya, “Tutup mata sayang, biar ga takut, terus tenangin diri.”
Cindy menurutinya dan ketika Cindy mulai terlihat tenang, Pandu kembali kemasukan kontolnya ke dalam memek anaknya, perlahan namun pasti sampai setengahnya masuk, lalu dia berkata, “Gimana? Ga sakit kan?”
“Engga pa, sekarang udah baikan, kerasa enak.”
“Buka matanya dong sayang.”
Cindy kemudian membuka matanya dan melihat kontol Pandu sudah keluar masuk memeknya, “Koq sekarang kerasa enakan Paa?”
“Apa papa bilang, nanti lama kelamaan memek kamu makin terasa enak loh.”
Cindy pun menunggu dengan sabar, lambat laun mulai kontol Pandu yang keluar masuk dalam memeknya mulai terasa enak, batang kontol perkasa itu benar benar terasa di dinding vaginanya, “sshh aahh.. iya Paa.. mulai kerasa.”
“Gimana sayang? papa bener kan?”
Cindy hanya mengangguk dan terus menatap kontol papanya keluar masuk memeknya, setelah benar benar merasakan genjotannya, Cindy pun merebahkan dirinya ke sofa sambil mengangkat wajahnya dan menutup matanya, menikmati genjotan pelan kontol Pandu yang semakin membuatnya seakan di surga.
“oohh sayang.. enak banget memek kamu..”
“Aahh.. iya Paa.. punya papa juga enak banget..”
“Coba sayang ulangi tapi pake kata kotor, ga apa apa koq.” Ucap Pandu yang ingin mendengarkan kalimat kotor dari mulut anaknya.
“I..iya papa.. kontol papa juga mantep.. Memek aku ngerasa enak banget”
Pandu pun semakin semangat mendengar anaknya berbicara vulgar, “Aahh terus sayang ngomong kotor terus.. yang jorok.. sevulgar mungkin.. papa makin semangat.”
Lalu dengan suaranya yang lembut dia berkata, “enak papa.. kontol papa enak banget.. memek Cindy jadi enak.. oohh enak genjotan Paa.. terus entot memek Cindy Paa.”
“Aahh anjir gila anak papa jadi nakaall.. aargh!!” Croot!! Croot!! Croot!! Pandu pun orgasme di dalam memeknya. “ooh legaa..”
“Aahh anget banget Paa.”
Lalu Pandu melepaskan kontolnya dan rebahan di samping Cindy, terlihat lelehan sperma keluar dari memeknya, Cindy yang masih dalam posisi ngangkang pun membiarkannya, lalu entah ada angin apa, Bruno tiba tiba datang dan naik ke atas sofa tepat di hadapan Cindy.
Siapa sangka kalau Bruno tiba tiba menjilati belahan memek Cindy sampai membuatnya kegelian, “Ssshh aahh.. geli banget brunoo.. Oohh lepasin!” Lalu tangan kecil Cindy berusaha mendorong kepala Bruno, namun tentu saja tenaga Cindy tidak ada apa apa dibanding anjing Pitbul tersebut, terlalu kuat dan besar untuknya.
Pandu kemudian iseng melihat bagian belakang Bruno dan terlihat kontolnya keluar dari bukurnya, dia pun memiliki ide gila, “Bruno bruno.. ayo naik sini..”
Mendengar pawang yang berkata tentu Bruno langsung menurut, dia pun lepaskan kuluman dan menaikan tubuhnya sampai anjing sepanjang 2 meteran itu menutupi tubuh Cindy.
Pandu lalu mengarahkan kontol Bruno dan mengusapnya di belahan memek Cindy, tentu saja anak beertubuh kecil itu protes padanya, “Ih papa apa apaan, mau ngapain kaya gitu?!”
“Hahaha bentar ya sayang, papa pengen liat, ayo bruno dorong.”
Lalu Bruno yang mengerang pun mendorong kontolnya sampai masuk kepala kontolnya ke dalam memek Cindy, “Ooh!!” Cindy pun teriak sampai menengadahkan kepalanya ketika kontol anjing tersebut masuk ke dalam memeknya. Setelah kontolnya berada di dalam, secara otomatis anjing tersebut langsung menggenjot memek Cindy sekuat tenaga dan cepat mungkin sampai membuat tubuhnya tersentak naik turun.
“Oohh.. oohh oohh Gilaa paa.. ini gila bangeet.. oohhh..”
“Gimana rasanya sayang?” Tanya Pandu yang penasaran.
“Enak Papah.. oohh enak bangeet..” Jawab Cindy sambil terhentak naik turun mengikuti genjotan Bruno.
Lalu dengan iseng Pandu bertanya, “Enakan kontol papa apa kontol bruno?”
“Brunoo Pa oohh kontol papa ga ada apa apanyaa.. aahh enak bangeet siaal aaahh yang kuat bruno sayang.. Ohh Ohh terus yang kuaatt.. Engghh!!” Cindy pun sampai mengerang keenakan digenjot kontol besar dan panjang itu..
Mengerti dengan itu Pandu lalu berkata, “Keluarin aja sayang, kamu pengen pipis kan?”
Cindy mengangguk, lalu sambil mengerang, dia pun konsentrasi, beberapa detik kemudian tubuhnya menegang, kemudian Croott!! Croott!! Croott!! Cindy pun orgasme sangat kuat sampai membuat tubuhnya naik dan bergetar saking keenakannya.
“Gimana sayang rasanya? Kamu lebih milih ngentot sama papa apa sama anjing?”
Cindy yang sudah tenang dan merebahkan dirinya menatap wajah Pandu dengan matanya yang sudah sayu dan menjawab, “Maaf papa.”
“Ga apa apa sayang, justru papa seneng liat kamu main sama anjing, sebentar ya, Brody! Brody!” Kemudian anjing Rottweiler bertubuh besar dan berwajah garang masuk dari belakang rumah, “Ayo sayang ganti posisi kamu, Bruno, lepasin dulu!”
Bruno pun dengan patuh melepaskan kontolnya, lalu Cindy dipandu oleh Pandu untuk menungging di atas karpet sambil melebarkan pantatnya, “Kaya gini Paa?”
“Nah pinter anak papa, Bentar ya, Brody!! Sini naik!” Perintah Pandu menunjuk ke pundak anaknya.
“Ih koq Brody sih!? Tadi kan lagi sama Bruno.” Tanya Cindy keheranan.
“Hahaha ga apa apa sayang, harus adil dong semua merasakan memek kamu.”
Cindy pun pasrah ketika anjing itu mulai mencium belahan memeknya dan dengan semangat langsung naik ke atas punggungnya, meski berat namun Cindy bisa menahannya, dengan hitungan detik kontol itu keluar dari bukurnya, segera Pandu mengusapkan batang kontol yang sudah tegak berdiri itu ke belahan memek Cindy sampai basah lalu memasukan kepalanya ke dalam memek Cindy, terlihat Brody yang langsung merasa keenakan, “Sekarang dorong Brody, genjot tuh memek haha.”
Lalu tubuhnya yang sangat besar itu langsung menghujami kontolnya sekuat tenaga dan sangat cepat, “Ooohh.. oohh.. oohh,, Gilaa!! Enak bangeet oohh oohh sialaann Ohh oohh.” Cindy pun sampai Big-O ketika Brody mulai menggenjotnya sekencang mungkin.
“Enak kan?”
“ENAK PARAAH PAA GILAA!!” Jawabnya sambil teriak keenakan.
“Hahaha sekarang tambah ya, Bruno ayo sini, naikin kaki kamu satu, pinter.” Lalu Pandu kembali mengusap bukurnya sampai kontol Bruno keluar, “Nah ayo sayang, sekarang belajar nyepong sambil ngentot.”
Dengan menurutnya Cindy langsung mengulum kontol Bruno, karena hentakan Brody sangat kuat, Cindy tidak perlu lagi maju mundur sehingga hanya mengulum sambil menjilati kontol Bruno saja.
Pandu yang melihatnya lalu tersenyum bangga dan kembali duduk di sofa panjang tersebut, dia pun mengeluarkan ponselnya dan mengarahkan kameranya ke Cindy yang sedang digenjot kedua anjing bertubuh besar itu.
Lalu orang itu pun mengangkat video call yang dihubungi oleh Pandu, terlihat orang itu kaget melihat Cindy sedang digenjot Rottweiler dan nyepong kontol Pitbull, Pandu berkata, “Sayang liat tuh anak anak kamu, aku yang menang loh hihihi.”
“Ih curang papa nyolong start, padahal rencananya besok mau mama ajarin anak anaknya kita, keduluan deh.” Protes mama sambil pura pura cemberut.
“Hhahaha Kalah, kalau gitu sesuai janji ya, yang kalah beli collar sama harness.”
“Hmm.. iya deh mama kalah.. nanti mama beli collar dan harness pink sesuai yang papa mau.”
“yeay asik, nah gitu dong mengakui kekalahan dengan gentle hehe” Lalu mereka bercanda sambil melihat Cindy digenjot kedua anjing jantan bertubuh besar.
Kini kedua orang tua itu semakin bangga melihat anak anaknya, karena kini kedua anak kesayangan mereka sudah memiliki betinanya, meskipun harus saling berbagi namun kedua anak kesayangan itu terlihat puas dengan pelayanan betinanya. Pantas saja potret keluarga di ruang keluarga hanya ada papa, mama, dan kedua anjing tersebut, ternyata mereka sengaja membuat anak perempuan untuk kedua anjingnya.
Malam harinya mama pun datang dan bertanya, “Mana betinanya?”
“Lagi tidur.” Jawabnya sambil melihat kantong yang dibawanya, “itu barangnya udah siap?”
“Siap dong, mau pasangin sekarang??”
“Boleh.” Mereka pun pergi ke ruang keluarga dimana Cindy sedang tiduran di sofa panjang, mama pun menumpahkan barang barang dari dalam kantong begitu saja ke atas karpet dan dengan bekerja sama mereka langsung memasangkan seluruhnya pada tubuh Cindy.
“Ehh apa apaan ini? Ma!? Pa?! Cindy mau diapain?” Anak itu berusaha memberontak namun percuma karena mereka jauh lebih kuat.
Mereka pun tertawa keraas sambil terus memaksa Cindy memakai peralatan tersebut, setelah semua terpasang, kini tangan dan kakinya tertekuk dan diikat dengan harness yang dibeli oleh mama di tempat peralatan BDSM, mama pun merapatkan dengan gembok dan membuang kuncinya entah kemana, kini posisi Cindy sedang merangkak seperti seekor anjing, dan hanya tinggal penutup mata dan ballgag yang belum terpasang dan tertinggal di kamar mereka, Pandu pun berlari dan mengambilnya dengan cepat dan setelah kembali segera memasangnya ball gag pada mulut kecil Cindy, seketika anak tersebut tidak bisa protes lagi, Pandu pun berkata pada Cindy, "Kita ga kan pernah lepasin kecuali buat makan dan ngelayanin anak anak kita, iya kan sayang?"
"Bener banget." Jawab mama sambil ciuman dengan papa.
Puas ciuman dan menyalurkan sedikit birahinya, mama lalu memasangkan collar dan tali tuntunnya, “Yuk sayang kita latihan, jalan jalan dulu belakang rumah, biar kamu terbiasa jalan kaya gitu setiap hari, selama sisa hidup kamu.”
“EEMMHH!!” Cindy pun protes sambil melihat kedua orang tuanya dengan tatapan tajam namun apa daya, kedua orang tua itu malah tertawa semakin keras.
Pandu segera memasang penutup matanya yang ternyata adalah sebuat kacamata VR dan berkata kalau dirinya tidak akan pernah melepaskan VR tersebut dari matanya kecuali untuk mengganti saat baterainya habis, kemudian papa putarkan video hipnoterapi dimana memandu penggunakan untuk mengakui kalau dirinya sebatas anjing peliharaan yang harus memuaskan anjing anjing jantan dimanapun dan kapanpun.
Pandu kemudian mengusap belahan memeknya dan menunjukan jari jarinya, "Wah liat ma, langsung banjir, papa genjot bentar ya." Pandu pun berlutut dan memasukan kontolnya, menggenjot memek Cindy sekuat tenaga sambil meremas remas pantatnya yang memang bulat dan berisi.
Mama tertawa kencang melihat Pandu keenakan menggenjot memek putri mereka, apalagi Cindy langsung tenang dan mendesah ketika melihat video yang diputarkannya sekaligus menikmati genjotan kontol besar dan panjang papa kandungnya, mereka berdua sangat yakin hanya dalam waktu beberapa hari saja Cindy akan menerima kalau dirinya sudah menjadi anjing peliharaan keluarganya.
“Udah pa jangan genjot anjing peliharaan baru kita, kan kasian anak anak kalau ga dapet jatahnya, nanti malem sehabis ngelatih mama puasin papa deh."
"Hahaha bener juga, kalau gitu nanti malem kita bikin betina baru lagi ya." Jawab Pandu sambil melepaskan kontolnya, seketika batang besar dan perkasa itu langsung basah dengan cairan pelumas hasil menggenjot memek anaknya.
"Kalau gitu mama ajak jalan jalan dulu ya, papa pesen makan malem aja ya, soalnya malam ini mama sibuk ngelatih anjing baru kita hihihi yuk anak anakku ikutin mama ke halaman belakang.” Mama pun menarik tali tuntun itu dan memaksa Cindy untuk mengikuti setiap langkahnya sambil menonton hypnoterapi yang akan terus berputar dan terulang sepanjang hari, Bruno dan Brody pun mengikuti dari belakang sambil mengendus belahan memek Cindy, bersiap untuk menggenjotnya di halaman belakang setelah usai latihan.
ns 15.158.61.20da2