#4
Koleksi Papa
3130Please respect copyright.PENANAbWnq8toTY3
Setelah merawat mamanya, Reni kini bersih-bersih rumah orangtuanya. Selain menyapu debu, ia juga membereskan barang-barang. Mengembalikan ke tempatnya.
Setelah membersihkan kamar mamanya, Reni kemudian membersihkan kamar papanya. Sejak mamanya sakit parah, Santo enggan tidur bersama istrinya. Ia tidur sendiri di kamar sebelah istrinya. Sehingga tetap, ketika istrinya memanggil untuk minta bantuan, Santo masih dengar.
Ketika masuk ke kamar papanya, Reni melihat lemari papanya terbuka setengah dan dalamnya berantakan. Ia pun berniat membereskannya. Saat membuka seluruh pintu lemari itu, ia kaget sekali banyak benda-benda aneh.
Di lemari itu ada sejumlah sex toys koleksi papanya. Bukan hanya fleshlight, namun juga jenis sex toys lainnya. Reni tahu itu sex toys untuk pria. Karena sebelumnya ia browsing di internet, melihat jenis-jenis sex toys pria ketika menemukan fleshligt milik papanya.
Papanya punya masturbation sheaths, penis pump, dan sleeves. Dan ada satu lagi yang bikin Reni tercengang adalah, papanya punya sex doll berukuran besar. Sebesar dirinya.
Berbeda dengan sebelumnya, kali ini Reni sangat kesal melihat kelakuan papanya. Ia berniat menanyakan hal ini pada papanya. Ia mau menegur papanya dan meminta penjelasan, kenapa punya koleksi sex toys.
Setelah menyelesaikan semua pekerjaan rumah, Reni menemui papanya yang berada di halaman belakang rumah. Jadi, di belakang rumah orangtuanya ada sisa halaman berukuran 6x4 meter dan sudah dikelilingi tembok.
Di sana dibuat semacam taman sederhana. Dan juga dibuat tempat jemur baju. Lalu ada sejumlah kursi dan meja. Jadi tempat papanya bersantai sambil memegang ponsel.
Reni menghampiri papanya dengan sedikit emosi.
“Papa, Reni mau ngomong!” Reni memasang wajah serius.
“Ada apa Ren? Ngomong apa?” Santo sedikit kaget, tiba-tiba Reni datang dan mengatakan itu.
“Papa buat apa beli sex toys? Banyak lagi koleksinya!” ucap Reni sambil menaikkan alisnya.
“Ehh.. ehh… eh… bentar… bentar…” Santo gelagapan dan bingung mendengarnya.
“Gini Ren, bisa papa jelaskan.” Santo mulai tak tenang. Ia menggesar duduknya berkali-kali.
“Apa alasannya, papa sudah tua juga, kok bisa-bisa kepikiran beli barang gituan!” Reni masih memasang wajah kesal.
“Gini loh Ren, dengerin dulu papa. Kamu duduk dulu, jangan teriak-teriak, nanti mamamu dengar.” Santo berusaha nenangin Reni.
“Gak, cepat jelasin. Apa alasannya.” Reni tak mau duduk. Ia tetap berdiri. Lalu menaruh tangannya di pinggang.
“Gini loh, mamamu kan sudah lama sakit. Papa sebagai laki-laki juga masih punya hasrat seksual yang harus dipenuhi. Ya inilah pelampiasan papa. Jadi papa tetap setia sama mamamu, daripada papa main sama wanita lain. Kan mending begini,” ucap Santo memberikan alasan.
Santo memang aktif berolahraga, sebelum pensiun sampai sekarang. Ia rutin jogging pagi ketika Reni datang. Sebelumnya dia juga rajin fitnes, namun karena tidak ada pembantu yang menemani istrinya, akhirnya ia berhenti fitnes.
Inilah jadi penyebab libido Santo masih tinggi meski usianya tidak muda. Tubuhnya pun juga terlihat sehat dan bugar. Perutnya tidak buncit seperti rata-rata pria sesuainya.
Namun Reni tak menerima alasan papanya itu.
“Apapun alasan papa, jangan main mainan kayak gini lagi pa, udah tua.” Reni pun meninggalkan papanya.
Papanya hanya diam saja. Menurutnya, percuma memberi penjelasan lagi pada anaknya. Daripada bertengkar dan terdengar istrinya, bisa tambah parah masalah ini.
3130Please respect copyright.PENANA7m6QJjoCPM
***3130Please respect copyright.PENANAZFY4MjK22r