![](https://static.penana.com/images/chapter/1544680/2d_Screenshot_150.jpg.jpeg)
Farah, putrinya yang baru saja masuk kuliah. Darahnya berdesir, perasaan terkejut menyambar seperti petir di malam yang gelap. Anak gadisnya yang kalau keluar rumah pakaiannya tertutup lengkap dengan hijabnya itu kini muncul dalam foto dengan tampilan yang tak pernah ia bayangkan. Farah mengenakan tank top ketat, memperlihatkan bahu dan dadanya yang terbuka, dengan celana pendek yang nyaris tidak menutupi pahanya. Wajahnya yang cantik dihiasi senyum tipis, tapi tatapan matanya seolah kosong.4831Please respect copyright.PENANAQvwXoIzDVX
Herdy tercekat, napasnya terhenti seketika. Perasaan syok menyerang seluruh tubuhnya, membuat ia kaku di tempat.4831Please respect copyright.PENANAl1SvQLulK7
"Farah?!" batinnya berteriak, seolah-olah tidak bisa mempercayai apa yang baru saja ia lihat.4831Please respect copyright.PENANATcECePyOzq
Tangannya gemetar hebat saat ia mencoba menutup foto itu, tapi jemarinya tak kunjung bergerak. Seluruh dunia seakan runtuh di sekitarnya. Namun, yang lebih mengejutkan lagi bukanlah amarah atau kekecewaan yang mendominasi pikirannya—melainkan rasa penasaran yang semakin kuat mencengkeram hatinya.4831Please respect copyright.PENANAuWcizTejYo
Alih-alih marah atau merasa terluka, perasaan lain merayap masuk. Pikiran Herdy mulai mengabur, diselimuti campuran antara ketertarikan yang tak pantas dan rasa ingin tahu yang merajalela. Bagaimana mungkin putrinya yang dia tahu begitu alim berubah seperti ini? Bagaimana bisa Farah, anaknya yang selalu ia banggakan karena kesantunannya, kini muncul dalam tampilan seperti itu? Yang lebih parah dia kini menjual diri sebagai pelacur online.4831Please respect copyright.PENANArezQhsCobq
Namun, Herdy tak bisa menolak fakta bahwa ada bagian dari dirinya yang malah tergoda. Foto itu seolah menggoyahkan seluruh fondasi moral yang selama ini ia pegang. Paha mulus dan tatapan menggoda Farah dalam foto itu begitu menggiurkan.4831Please respect copyright.PENANAwSMtumtTCH
Ponselnya kembali bergetar, membuyarkan pikirannya sejenak.4831Please respect copyright.PENANAqSqDdJJkIg
"Jadi, mau lanjut atau nggak?" pesan dari Evelyn muncul di layar, seolah tak sadar betapa gemparnya Herdy saat ini.4831Please respect copyright.PENANAK5t6ovre2Y
Herdy menatap pesan itu, tapi pikirannya masih penuh dengan gambaran Farah di foto tadi. Tangannya terhenti di atas layar, tidak tahu harus menjawab apa. Sensasi perasaan yang bercampur aduk antara rasa penasaran, rasa bersalah, dan ketertarikan itu membuatnya tidak mampu berpikir jernih.4831Please respect copyright.PENANARSJyBHP6sa
Malam itu, Herdy terjebak dalam labirin moralitas dan hasrat yang merobek-robek nuraninya.4831Please respect copyright.PENANAt9bEdQBTz8
“Okay. Ketemu di mana?” Tanya Herdy.4831Please respect copyright.PENANAES9JpZNTwQ
Herdy menghela napas panjang. Tangannya gemetar lebih hebat kali ini. Ia merasakan konflik batin yang semakin kuat. Satu sisi dirinya memaksa untuk mundur, tapi sisi lain justru mendorongnya lebih jauh. Ia menunggu dengan deg degan balasa wanita michat itu.4831Please respect copyright.PENANAHrDPAeEFZe
“Hotel Atlantis. kamar 314.” balas Evelyn singkat.4831Please respect copyright.PENANASXmKIfjVlB
Herdy terdiam. Ia tidak menyangka semuanya berjalan begitu cepat, dan tanpa disadari, ia sudah terlalu jauh melangkah. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Hatinya seperti diombang-ambingkan antara rasa bersalah dan keinginan yang tiba-tiba bangkit dalam dirinya.4831Please respect copyright.PENANAcSSyFKdtkF
Dalam keraguan itu, Herdy mengetik satu pesan terakhir.4831Please respect copyright.PENANASOJCloEvNf
"Deal, otw." Sebuah pesan singkat, tapi efeknya menghantam jauh lebih dalam.4831Please respect copyright.PENANANEK6jjlRSo
Herdy duduk di dalam mobilnya, menatap pesan yang baru saja ia kirimka. Dengan tangan bergetar, ia memacu mobilnya, meninggalkan rumah di bawah selimut malam yang sunyi. Di sepanjang jalan menuju hotel, pikirannya dipenuhi rasa campur aduk. Detak jantungnya semakin cepat seiring jarak yang semakin dekat. Ini bukan lagi sekadar rasa penasaran, ini sudah melewati batas-batas moral yang ia sendiri tak pernah bayangkan sebelumnya.4831Please respect copyright.PENANAXDyRJFXuDu
Setibanya di hotel, Herdy memarkir mobilnya dengan gemetar, keringat dingin mengalir di pelipisnya meski AC mobil menyala penuh. Kamar yang sudah dia pesan, tempat di mana semuanya akan terjadi, terasa semakin dekat. Dengan napas tertahan, ia berjalan menuju pintu kamar 314, tangan gemetar saat mengetik pesan.4831Please respect copyright.PENANADjgmFpLefK
"Sudah sampai."4831Please respect copyright.PENANAj1vWT963MK
Pesan terkirim. Beberapa detik kemudian, balasan datang.4831Please respect copyright.PENANAeYUuJ7efXQ
"Masuk aja, gak dikunci."4831Please respect copyright.PENANA7SKiEQLznJ
Herdy berdiri di depan pintu yang sedikit terbuka, merasakan angin dingin dari lorong hotel menampar wajahnya. Jantungnya berdegup kencang, seolah ingin keluar dari dadanya. Ia mendorong pintu itu perlahan, memasuki kamar yang remang-remang. Ruangan itu sunyi, hanya ada lampu tidur di sudut kamar yang memancarkan cahaya lembut.4831Please respect copyright.PENANANX3hgBlo0f
Dan di sana, di tepi ranjang, duduk seorang gadis.4831Please respect copyright.PENANAJpxqBYZx1p
Farah.4831Please respect copyright.PENANAYuw6QuocL6
Herdy tercekat. Napasnya terhenti. Farah, putrinya, duduk di sana dengan ponsel di tangannya, tampak santai memainkan layar tanpa menyadari kehadiran ayahnya di pintu. Dalam balutan pakaian minim yang sama seperti di foto—tank top ketat dan celana super pendek—Farah tampak begitu berbeda dari sosok putri yang selalu Herdy kenal. Ini bukan Farah yang ia banggakan sebagai gadis berhijab, santun, alim dan menutup aurat. Ini Farah yang tampak seperti bayangan dirinya yang tak pernah ia duga ada.4831Please respect copyright.PENANACgMizNmIwj
"Farah..." kata itu keluar dari bibir Herdy dengan suara hampir tak terdengar, memecah kesunyian kamar.4831Please respect copyright.PENANAqpUCWebuo7
Mendengar suara itu, Farah mengangkat wajahnya. Matanya bertemu dengan pandangan ayahnya, dan seketika wajahnya berubah. Shock. Ekspresi kaget dan tidak percaya menyelimuti wajah gadis itu. Ponselnya terjatuh ke lantai dengan bunyi lembut yang nyaris tak terdengar di antara keheningan yang menyelimuti mereka.4831Please respect copyright.PENANA3wZpIpg1ki
"Ayah?" Farah berbisik, suaranya serak, hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya.4831Please respect copyright.PENANAdQ8imBkgkE
Bersambung4831Please respect copyright.PENANAWbHOgLPVaB