Bagian 7: Ritual Asyik dua Ustazah
4577Please respect copyright.PENANAgd3tVM5dOX
Masih pagi, ustazah lia sedang duduk di kamarnya menghadapi segelas teh hangat yang masih mengepulkan asap. Di tangannya satu buku baru tentang reproduksi perempuan sedang dia baca, karangan seorang ummahat yang terkenal di Indonesia. Minggu depan dia diundang untuk mengisi kajian reproduksi perempuan dari sudut pandang agama. Undangan itu datang dari organisasi akhwat kampus tempat dia dan ustazah raudah dulu juga bergabung. Karena itu pulalah hubungannya dengan para kader juniornya masih terjalin sampai sekarang.
Buku itu buku bagus, dilengkapi dengan gambar-gambar juga, gambar-gambar berwarna alat reproduksi perempuan. Beberapa bahkan sangat jelas berupa photo. Ustazah lia membayangkan bagaimana proses pembuatan buku itu berlangsung.
Apakah si penulis buku memoto organ tubuhnya, atau dia meminta suaminya, ah, bukan, berondong simpanannya memoto memeknya kemudian setelahnya mereka berdua langsung bersetubuh di depan naskah yang belum jadi, sementara suami sang ummahat itu sedang mengobrol dengan tamu dari penerbitan di ruang sebelahnya.
Memang imajinasi ustazah lia termasuk tinggi. Di balik tubuh mungilnya dan kerudung lebarnya tersimpan nafsu birahi yang menggelora. Itu sudah dibuktikan dengan rutinitas seks webcamnya dengan ahmad soleh yang berujung kenikmatan bersenggama malam kemarin. Ahmad soleh. Ustazah Lia tersenyum membayangkan laki-laki itu yang menolak pulang dan baru mau dia antar pulang setelah sore.
Tentu saja sebenarnya hanya pura-pura diantar pulang, lengkap dengan gamis dan cadarnya sebagai penyamaran. Membayangkan kontol ahmad soleh yang disepongnya menggunakan bibir seksinya dan tubuh laki-laki itu yang menggeliat-geliat, ustazah lia tersenyum lagi. Birahinya bangkit. Diam-diam tangannya menyelinap ke balik gamisnya, mengusap-usap memeknya yang tak tertutup celana dalam.
Semakin lama dia usap, semakin tidak konsentrasi pikirannya pada buku yang dia baca. Dia memutuskan untuk membuka laptopnya dan membuka situs-situs pemuas nafsu birahinya. Karena gejolak syahwatnya yang sudah terlanjur memuncak, dia sampai lupa bahwa pagi itu pintu kamarnya belum dia kunci. Maklum dia tadi keluar sebentar meminta gula ke kamar ustazah raudah untuk tehnya.
Di sebuah situs, dia temukan video yang menayangkan seorang gadis berkerudung disodok-sodok memek dan anusnya oleh dua lelaki kulit hitam. Ahhh, dia terbelalak melihat betapa besarnya batang-batang itu, jauh lebih besar dari batang ahmad soleh. Desahan dan lenguhan si gadis berkerudung yang diikuti dengan raut wajahnya yang nampak meringis campuran antara kenikmatan dan rasa perih membuatnya merasa kian terangsang.
Dia duduk di kursi, mengangkang, kakinya menginjak tepian kursi. Gamisnya tidak sepenuhnya dia singkapkan, tapi tangannya sudah jelas menyelinap ke balik sana, menggerayangi paha dan memeknya sendiri menyentuh titik-titik sensitif di sana. “Ahhhh ahhhhh,” begitu desahannya terdengar seiring birahinya yang memuncak.
Durasi video itu hanya 15 menit. sudah lima menit berjalan dan ustazah lia merasa memeknya sudah basah. Jemarinya semakin liar menusuk-nusuk dinding memeknya sementara imajinasinya melayang membayangkan dirinyalah yang sedang ditusuk oleh dua pria kulit hitam itu. “Auhhhh, uhhhhh, uuuuukkhhhhhh,” matanya merem melek, kepalanya mendongak sementara mulutnya menganga.
Saat itu...
“Ukhti, ana mau ngambil gula, ehhhhhh......” terdengar suara pintu dibuka dan sapaan itu yang berujung pekikan kaget. Ustazah Raudah. Ustazah lia kaget terutama karena dari pintu layar laptopnya terlihat sangat jelas karena posisinya juga membelakangi pintu. Dia tadi memang membawa gula bersama wadahnya dari kamar ustazah raudah, dan dia lupa mengunci pintu.
Ustazah Raudah keluar kembali dan menutup pintu. Dia meninggalkan ustazah lia yang termangu merasa malu karena dirinya sudah tertangkap basah sedang menonton video porno. Bahaya kalau sampai ustazah raudah melaporkannya pada ustazah aminah. Betapa malunya dia. Bisa-bisa dia diusir dari asrama syahamah. Nafsu birahinya turun seketika. Dimatikannya laptop dan dia duduk termenung di kursi memikirkan alasan apa yang bisa dia gunakan untuk membujuk supaya ustazah raudah tidak melaporkannya.
Tentu saja ustazah lia si mungil berkerudung lebar itu tidak tahu bahwa ustazah raudah sebenarnya sudah berdiri di luar pintunya dari tadi. Ustazah lia si akhwat berbibir seksi itu juga tidak tahu soal hubungan antara ustazah raudah dengan Alif dan Ustaz Karim. Dia bahkan tidak tahu bahwa ustazah raudah sudah tahu dirinya kemarin memasukkan laki-laki ke dalam kamar dengan menyamar sebagai ukhti.
Merasa pusing, akhirnya ustazah lia bertekad untuk terus terang saja dan meminta maap pada ustazah raudah. Siapa tahu temannya itu berbaik hati merasa kasihan dan tidak melaporkannya. Maka diambilnya wadah gula dari meja dan dengan gontai dia melangkah keluar dari kamarnya menuju ke kamar nomor delapan. Kamar ustazah raudah.
Tok tok tok “assalamualaikum.” Dia berdiri dengan gamang di depan kamar itu.
“Waalaikumsalam. Masuk.” Terdengar jawaban ustazah raudah dari dalam.
Ustazah lia masuk dengan ragu. Dia menatap ustazah raudah yang sedang duduk di depan laptopnya. Di meja ada segelas teh yang belum diseduh. Ditutupnya pintu perlahan, kemudian dia meletakkan gula di meja. “Makasih gulanya, ukhti,” bisiknya lirih.
Ustazah Raudah hanya menoleh sekilas kemudian kembali menekuni laptopnya. “sama-sama, ukhti lia.”
Ustazah lia berdiri dengan ragu di belakang ustazah raudah. Dia bingung harus memulai dari mana membicarakan hal tadi. Akhirnya, “ukhti, ana mau menjelaskan soal....tadi.”
Ustazah Raudah tetap tidak menunjukkan perhatian. “Maksud ukhti?”
“Emmmh, tadi itu ana...”
“Nonton video porno?” Kali ini ustazah raudah menjawab sambil membalikkan posisi duduknya menghadap ke ustazah lia. Matanya menatap tajam.
“i...iy...iya, ukhti, ana khilaf.” Ustazah lia menunduk.
Ustazah raudah bangkit. Dia memasukkan gula ke dalam gelas tehnya, kemudian menuangkan air dari pojok ruangan. Setelah meletakkan gelas itu di meja, dia berkata sambil berdiri. “Kenapa, ukhti?”
Ustazah lia mengangkat kepalanya, kemudian dia kembal menunduk. “Ana...tidak tahan, ukhti. Cuma sekali itu kok ana nonton.”
“Oya? Kalau selain nonton?” ustazah Raudah kembali meneruskan.
Ustazah lia terperanjat. Sempat terpikir olehnya jangan-jangan ustazah raudah tahu dirinya sering web seks dengan ahmad soleh. Atau...jangan-jangan ustazah raudah tahu tentang dirinya dan ahmad soleh malam kemarin. “Ti...tidak, ukhti.”
“Tidak apa? Duduk saja ukhti, di ranjang ya, kursinya hanya satu.” Jawab ustazah raudah. Dia menghampiri pintu dan menguncinya sementara ustazah lia duduk di ranjang. Kepalanya masih menunduk. Pasrah. Ustazah raudah kemudian duduk juga di sampingnya.
“Jujurlah, ukhti, kita sudah berkawan lama. Ana mengenal ukhti sudah seperti saudara sendiri.” Ustazah Raudah melingkarkan tangannya ke belakang tubuh ustazah lia. Tangan itu kemudian meremas bahu ustazah lia dengan lembut.
Ustazah lia mendengar nada lembut ustazah raudah merasa bahwa kemungkinan sang ustazah akan melaporkannya pada ustazah aminah semakin kecil. Maka berangsur-angsur ketakutannya hilang. “Iyya ukhti, ana pernah gituan...”
“Gituan apa ukhti? Yang jelas lah, jangan seperti perawan sedang menerima pinangan,” ustazah raudah tersenyum menenangkan. Tangannya menarik kepala ustazah lia ke arahnya, posisinya kemudian setengah memeluk sang ukhti. Merasa ada sandaran, naluriah ustazah lia menyandarkan tubuhnya.
“Gituan, ukhti, aaaaah, ana malu mengatakannya.” Wajah ustazah lia bersemu merah.
“Alah, nonton video porno gak malu tapi ngobrol sama saudaranya sendiri malu-malu.” Ustazah Raudah kembali tersenyum menggoda.
“Ustazah iniiiii.” Ustazah Lia mulai terbawa juga. Suasana mulai cair di antara mereka berdua. “Itu lho, ukhti, main antara laki-laki sama perempuannn.”
“Main? Main apa ukhti? Main petak umpet? Ana gak paham.” Ustzah Raudah masih menggoda.
Merasa kesal digoda terus, ustazah lia mencubit pinggang ustazah raudah. “Iiihhhh,” ustazah raudah menggeliat. “Malah nyubit coba.”
“Hihi, salah ukhti sendiri malah menggoda.”
“Emang ukhti lia sendiri sih, kenapa susah banget bilang ngentot.” Jawaban ustazah raudah membuat hati ustazah lia berdesir. Betapa lugasnya ustazah yang satu ini mengucapkan kata yang dari tadi sungkan dia ucapkan.
“Ukhti.....” ustazah lia menatap ustazah raudah yang juga sedang menatapnya sambil tersenyum. Tangan ustazah raudah merengkuh pinggangnya sementara posisi tubuhnya setengah dipeluk oleh ustazah itu.
“Tubuh ukhti mungil, tapi dadanya sekal ya...” ustazah raudah menjawab sementara tangannya mengusap payudara ustazah lia pelan.
“Ukhti! Apa-apaan....” ustazah lia mencoba bangkit tapi tangan ustazah raudah menahannya dan malah menariknya semakin erat dalam pelukan.
“Sudahlah, ukhti, ana bisa ngelaporin ukhti ke umi aminah, kecuali....” ustazah raudah menggantung ucapannya. Tangannya semakin liar meremas payudara ustazah lia.
“Kecuali ap....mmmmhhhh,” ucapan ustazah lia menggantung juga karena mulutnya yang sedang membuka dicaplok oleh mulut ustazah raudah. Dia berusaha melepaskannya tapi tangan ustazah raudah yang satu lagi malah menekan kepalanya dari belakang.
“Bibir ukhti seksi,” bisik ustazah raudah setelah bibir mereka berpisah.
Ustazah lia tak menjawab. Diam-diam dia merasakan birahinya yang tadi sempat turun kini naik kembali. Bibir ustazah raudah dirasakannya sangat lembut, membuai dan membangkitkan birahinya yang tadi sempat dirangsang oleh video akhwat berkerudung lebar dientot oleh dua kulit hitam.
“Ukhti pernah ngentot kan? Kini ukhti bakal ngerasain sama perempuan juga sama nikmatnya.” Kembali ustazah raudah berbisik. Tangannya dengan ahli menggerayangi sekujur tubuh ustazah lia dari balik gamisnya, menyentuh area-area sensitif di tubuh sang ukhti. Posisi tubuh ustazah lia kini sudah sepenuhnya berada di pelukan ustazah raudah.
Tangan ustazah raudah kini menyelinap ke balik gamis ustazah lia, menyusuri paha ustazah lia ke atas sampai tubuh ustazah lia bergetar merasakan syaraf-syarafnya yang sensitif disentuh dengan lembut oleh jemari nakal ustazah raudah. Tak berhenti di sana, tangan itu dengan nakalnya langsung membelah bibir vagina ustazah lia membuat yang punya mendesah sambil memejamkan matanya, “Ukhhhhhhh, ukhti, ukhti, sudah, aaah ah aaaaaahhhhh,”
Boro-boro berhenti, ustazah raudah semakin liar. Kini didorongnya tubuh ukhti lia ke ranjang sampai berbaring. Ustazah lia yang meredakan nafasnya yang memburu belum sempat melakukan apa-apa ketika dia merasakan ustazah raudah menyingkap gamisnya sepinggang dan dirasakannya jilatan-jilatan basah di jembutnya.
“Ukhh, aduhhh, ukhti, apa-ap...ahhh, akh nikmatnyaaa,” rintihan ustazah lia terdengar antara rasa sungkan dan kenikmatan. Dengan ahli ustazah raudah menusuk-nusukkan lidahnya ke belahan yang nampak bersih itu. Sesekali disentilnya itil ustazah lia menggunakan ujung lidahnya membuat yang punya merintih-rintih kenikmatan.
Suatu saat ustazah raudah kemudian menghentikan jilatannya. Dia bangkit dan menyingkapkan gamisnya juga sepinggang. Kemudian dia memposisikan vaginanya bersentuhan dengan vagina ukhti lia sementara mulutnya langsung melumat bibir ustazah lia yang saat itu sudah pasrah. Matanya terpejam seiring desahan dan rintihan yang keluar dari mulutnya.
Cuppp cupppp cupppp, bibir ustazah lia yang seksi memang membuat ustazah raudah merasa gregetan. Dilumatnya bibir itu tanpa bosan. Lalu dimasukkan lidahnya menjelajahi rongga mulut ustazah lia, memberikan kenikmatan yang sama nikmatnya dengan saat ahmad soleh mencumbu ustazah lia. Diakui oleh ustazah lia bahwa sang ukhti memang lebih jago dalam mencumbu dan menyerang area sensitif di tubuhnya daripada ahmad soleh.
Selangkangan ustazah raudah kemudian bergerak perlahan, “Ukhhh,” tubuh ustazah lia mengejang ketika dirasakannya vagina sang ukhti menyentuh itilnya. Dirasakannya kenikmatan yang penuh sensasi meski tak dirasakannya ada penis yang memasuki rongga vaginanya. Dirangsang sedemikian rupa, kini ustazah lia pun mulai aktif membalas. Diremasnya kuat-kuat buah dada ustazah raudah sampai gantian ustazah alim itu mengerang. Tak tahan, ustazah raudah melepaskan tangan ustazah lia dari buah dadanya kemudian dijilatinya leher sang ustazah sambil menyingkapkan kerudung lebarnya. Dengan gemas digigit-gigitnya leher jenjang ustazah mungil itu meninggalkan bekas cupangan merah di sana.
Merintih-rintih ustazah lia memeluk erat tubuh ustazah raudah. Digesek-gesekkan selangkangannya mencari posisi yang pas itilnya supaya bersentuhan kembali seperti tadi. Setiap tersentuh, rintihannya terdengar makin keras memenuhi ruangan. “Akhh akhhh, ukhti, akhhhh, terussh hhhh hhhh ukhtiku, akhhhh,”
Rintihan binal ustazah lia membuat ustazah raudah semakin bernafsu. Bibirnya kini menjilati dada ustazah lia dari balik gamisnya sampai basah dan memperlihatkan putingnya. Setelah itu, digigit-gigitnya pelan masih dari balik gamis. Tubuh ustazah lia menggelinjang. Dirasakan desiran-desiran nikmat di sekujur tubuhnya yang tak jelas entah di sebelah mana. Kenikmatan itu membuatnya demikian cepat akan mencapai orgasme.
“Ukhti, ahhh, ukhti, ana mauuu...ahh, ken...cingggg...ahhhh auhhhh,” ustazah lia merintih-rintih. Tubuhnya menggelinjang-gelinjang tak karuan sementara gesekan selangkangannya makin tak beraturan. Ustazah raudah kemudian menyudahi jilatannya di payudara ustazah lia kemudian dia menurunkan kepalanya ke arah selangkangan ustazah lia, dan....
“Aaaaaaaaaaaaaagggggghhhhhh,” ustazah lia menjerit keras seiring dengan orgasmenya ketika ustazah raudah menjilat dan menghisap klentitnya. Selangkangannya terangkat membuat tangan ustazah raudah harus menahan pahanya kuat-kuat. Mulutnya menganga lebar sementara matanya mendelik memandang langit-langit. Beberapa saat kemudian setelah orgasmenya itu, tubuh ustazah lia melenting ke bawah ke ranjang. Nafasnya terengah-engah seperti habis berlari maraton.
“Gimana, ukhti? Sama enaknya kan dengan ngentot bareng laki-laki bergamis?” Ustazah Raudah berbisik sementara kedua memek mereka masih bergesekan. Tubuhnya masih meneduhi tubuh ustazah lia. Tangannya membelai kepala ustazah lia, merapikan kerudung lebar sang ustazah alim yang acak-acakan.
“Hhhh hhhh,” ustazah lia hanya mendesah-desah. Selangkangannya bergerak-gerak menggesek-gesekkan bibir vaginanya dengan bibir vagina ustazah raudah. Sepertinya dia mengharapkan ronde kedua.
“Hihi, malah kecanduan kan ukh....” ucapan ustazah raudah terpotong oleh mulut ustazah lia. Dia membalas tak kalah binal. Lidahnya menari-nari masuk menggelitik rongga mulut ustazah lia.
“Nakall,” begitu ucapnya saat mulut mereka berdua sudah terpisah.
Ustazah Lia tersenyum. Kemudian dia membalik posisi tubuhnya menjadi di atas ustazah raudah. Di meja, gelas teh ustazah raudah masih utuh tak tersentuh. Teh di dalamnya sudah mendingin sementara yang empunya masih sibuk diamuk syahwat yang menggelora, mencari kepuasan sesama jenis, sesama ustazah asrama syahamah yang dalam kesehariannya selalu menundukkan kepala dari pandangan laki-laki dan menutupi tubuh seksi mereka menggunakan gamis kombor dan kerudung lebar.
4577Please respect copyright.PENANAV6qZfxqjUV
*
4577Please respect copyright.PENANAQx4gSIclWo
Ustazah Lia akhir-akhir ini sibuk dengan twitternya. Semula dia memang lebih suka facebookan, terutama ketika dia sudah mengenal ahmad soleh. Layanan seks webcam memberikan sensasi kenikmatan tersendiri baginya. Walaupun dia adalah seorang akhwat, ustazah pula yang sehari-harinya selalu bergamis dan berkerudung lebar, akan tetapi bukan berarti nafsu birahinya tidak membara. Akhwat-akhwat seperti dirinya justru memang memiliki nafsu yang lebih mudah meledak dan juga imajinasi yang tinggi karena selama ini syahwat mereka terlalu dikekang.
Tapi kemudian ketika dia sedang membuka twitternya, dia menemukan direct message dari seorang followernya.
“Halo ukhti, bibirnya indah sekali,” begitu direct message yang pertama.
“Ahh, aku selalu membayangkan kontolmu dihisap bibirmu ukhti.” Begitu selanjutnya.
Lalu direct message yang selanjutnya adalah foto-foto dirinya yang dimuncrati sperma. Nampak sebagai foto asli. Belum lagi ada banyak kata-kata yang menunjukkan kalau followernya itu benar-benar pengagumnya. Diam-diam ustazah lia merasa tersanjung juga. Selain itu, dia melihat bahwa penis si follower itu lebih besar daripada punya ahmad soleh.
Nama follower itu kalakanji.
Akhirnya ustazah lia membalas juga direct message itu, termasuk melayani inboks seks atau insex dengannya. Berurutan setelah itu entah kenapa seiring dengan seringnya dia ngetwitt yang mengesankan dirinya adalah akhwat malu-malu kucing, menggoda tapi tetap terkesan sopan, banyak sekali followernya yang mengirimi direct message yang intinya sama: mereka merasa bergairah untuk menyetubuhinya, beberapa bahkan berani membayar mahal.
Sejak dulu ustazah lia tak pernah merasa kesulitan soal uang karena dia mendapatkan tunjangan yang lumayan dari bibinya yang janda. Tapi bulan kemarin bibinya itu, Umi Purwanti menikah lagi dan entah kenapa kebutuhannya meningkat. Maka tunjangan untuk ustazah lia pun berkurang sedikit demi sedikit. Sementara pada saat yang sama ustazah lia hanya mendapatkan penghasilan dari gajinya mengajar privat yang tak seberapa.
Intinya, saat ini ustazah lia sedang kekurangan uang.
Maka sempat terpikir olehnya bagaimana jika dia merelakan saja tubuhnya untuk dibayar mahal. Yang penting aman dan tak diketahui ustazah aminah, maka semuanya akan beres. Toh akhir-akhir ini dia rasakan juga birahinya sering meledak-ledak minta dipuaskan. Kan asyik dia bisa mendapatkan uang banyak sekaligus juga mendapatkan pelampiasan birahi.
Tok tok tok, “assalamualaikum,” bahkan tanpa menoleh pun ustazah lia sudah tahu itu adalah ustazah raudah. Dia hanya tersenyum. Lamunannya pun terputus. “Waalaikumsalam, masuk ukhti, gak dikunci.” Ditutupnya laptopnya, kemudian dia duduk menghadap ke ustazah raudah yang masuk dan tersenyum kepadanya. Cklek, ustazah raudah mengunci pintu dari dalam.
“Kok dikunci, ukhti?” Ustazah Lia bertanya pura-pura heran.
“Ada dehh,” Ustazah Raudah menjawab seenaknya. Dia melangkah menghampiri ustazah lia dan menundukkan kepalanya, “Cupp cuppp,” bibirnya melumat bibir seksi ustazah lia. Ustazah Lia membalas dengan memain-mainkan lidahnya di dalam mulut akhwat yang penuh birahi itu. Setelah kenikmatan kemarin bersama rekannya itu, dirinya sudah tak merasa sungkan lagi.
“Ukhti ini, jam segini udah maen cium saja,” Ustazah Lia menggoda.
“Kangen antum sih,” jawab ustazah raudah. Dia kemudian meletakkan tas kanvas yang tadi dia jinjing di ranjang ustazah lia.
“Apa itu ukh?” ustazah lia bangkit menghampirinya. Tangannya meremas bokong ustazah raudah sambil membungkuk mencoba melihat isi tas itu. Matanya membelalak melihat barang-barang aneh yang selama ini hanya dia lihat di internet. dia pun mengeluarkan satu demi satu. Ada dildo vibrator, ada benda seperti seperti kalung dengan bulatan-bulatan yang sedikit lebih besar, ada benda seperti ikat pinggang...
Ustazah raudah mengambil benda seperti ikat pinggang itu, menyingkap mukenanya kemudian memakainya di pinggangnya. “Strapon ukhti,” ustazah raudah memberitahu namanya. Kemudian dia memasangkan dildo di bagian yang menutupi memeknya dan berdiri seperti memamerkan dirinya di hadapan ustazah lia. Nampaklah kini seorang ustazah alim asrama syahamah dengan mukena tersingkap sepinggang dengan strapon di pinggangnya menyangga dildo warna pink mengacung. Perasaan ustazah lia berdesir membayangkan petualangan syahwatnya yang baru.
Dia menyentil-nyentil dildo itu yang lalu bergetar berayun-ayun. “Coba jilat, ukhti,” ustazah raudah berbisik. Ustazah lia lalu menjulurkan lidahnya dan menjilat-jilatnya dengan gaya yang menggoda. Tak tahan, ustazah raudah meremas buah dada ustazah lia yang sudah membusung mengeras di balik mukenanya.
Dildo di selangkangan ustazah raudah sudah basah oleh liur ustazah lia. Sang ustazah kemudian berdiri. Dengan nafas memburu dan mata sedikit sayu, disentuh-sentuhkannya bibirnya pada bibir ustazah raudah. Menggoda. Ustazah raudah mencoba menangkap bibir itu dengan bibirnya, tapi bibir seksi ustazah lia menghindar dan masih seperti tadi hanya menyentuh-nyentuh saja.
“Ukhti nakal ya sekarang..” desis ustazah raudah sambil tangannya memeluk tubuh ustazah lia. Bibirnya masih mencoba melumat bibir seksi ustazah lia.
“Dari dulu, hhh” jawab ustazah lia seperti bisikan. Di bawah, diangkatnya mukenanya dan dibimbing satu tangannya diselipkannya dildo itu di antara kedua pahanya, tepat di bawah selangkangannya sehingga dildo itu menggesek-gesek pangkal pahanya nikmat. Disengajanya pahanya sedikit diregangkan sehingga tidak mejepit dildo itu. Ustazah raudah yang mengerti kemudian menggerakn-gerakkan dildo itu pelan.
Cupppp cupppp cupppp, akhirnya setelah tangan ustazah raudah mencengkram belakang kepala ustazah lia erat, dia bisa juga melumat bibir ustazah lia. Ustazah lia menghisap bibir bawah ustazah raudah penuh gairah, sementara itu lidah ustazah raudah sudah menari-nari menerobos mulutnya, menjilat-jilat rongga hangat, menimbulkan rasa geli pada ustazah lia.
Setelah puas bercumbu dalam posisi itu, ustazah raudah membalikkan tubuh ustazah lia, membuatnya membungkuk dengan tangan menahan tubuhnya pada pinggiran ranjang. Ustazah raudah menyingkapkan mukena ustazah lia, kemudian...
“Aaaaaaah ah ahhhhh ahhhhhhhh,” ustazah lia menggeliat-geliatkan tubuhnya saat dirasakan lidah usatzah raudah menari-nari di belahan pantatnya. Lidah itu dengan nakalnya kemudian menyelinap ke bawah pangkal selangkangannya, membuat dia menggerak-gerakkan selangkangannya mengharapkan memeknya juga terjilat oleh lidah basah dan hangat itu.
Ustazah raudah surti. Dengan tangannya paha ustazah lia sedikit diangkat sehingga memeknya kelihatan merekah. Ustazah lia membantu dengan melentingkan tubuhnya dan menunggingkan bokongnya. Belahan yang merekah itu lalu dijilat-jilat oleh ustazah raudah, membuat ustazah lia semakin keras merintih-rintih. Kepalanya bergoyag-goyang liar dengan mata terpejam merasakan kenikmatan jilatan sang ustazah.
Sesaat ustazah lia merasakan jilatan itu terhenti, lalu saat dia baru hendak membalikkan kepalanya menengok ke belakang, “Uggghhhhh,” dirasakannya benda panjang menyelinap menujah memeknya dari belakang. Dildo itu berjaya menerobos area kenikmatannya, kemudian dengan liar ustazah raudah memaju mundurkan tubuhnya menambah kenikmatan sang ustazah berbibir seksi itu.
Plokkkk plokkk plokkkkk, suara benturan pangkal selangkangan ustazah raudah dengan pantat indah ustazah lia terdengar serasi berkombinasi dengan bunyi desahan keduanya. Sesekali tangan ustazah raudah membelai-belai puting susu ustazah lia dari belakang, sesekali memelintirnya memberikan campuran rasa nyeri dan kenikmatan.
Setiap kali dildo itu menujah masuk, bukan hanya ustazah lia yang merasakan kenikmatan akan tetapi juga ustazah raudah. Ternyata strapon milik sang ustazah adalah strapon dobel. Tak hanya mengandung dildo tapi juga vibrator perangsang memek. Maka setiap dildo itu menekan, ustazah raudah pun merasakan vibrator di memeknya makin merangsang memberikan getaran di area sensitifnya. Tak heran desahannya kemudian tak kalah nyaring dengan ukhti pasangannya itu.
“Teruss terusss ukhti terusssshh ahhhh hhh nikmatnya, ahhhhhh,” ustazah lia menggumam tak karuan seiring tubuhnya yang makin liar bergerak-geak mengimbangi sodokan ustazah raudah. Ustazah raudah menggeram keras “Ughhhh akhhhhh, augggghhhh, ukhti, akhhhh,” tubuhnya mendorong-dorong makin keras sampai-sampai ustazah lia harus menekan ranjang lebih keras, sepertinya rangsangan vibrator di memek ustazah raudah sudah hampir selesai melaksanakan tugasnya.
Merasa dirinya hampir orgasme, ustazah raudah mencabut dildo itu kemudian mendorong tubuh ustazah lia terlentang di kasur. Dengan tergesa sambil merintih-rintih merasakan vibrator yang menggetarkan memeknya, dia melumat bibir ustazah lia kemudian memasukkan kembali dildonya di memek ustazah lia yang juga sudah hampir orgasme. Diremas-remasnya buah dada ustazah raudah yang menggantung, sesekali disentilnya pelan puting yang sudah mencuat menggoda itu membuat ustazah raudah meraung raung penuh kenikmatan.
Tubuh keduanya sudah basah oleh keringat. Mukena ustazah lia sudah menempel ke tubuhnya membuat pemandangan yang makin merangsang birahi ustazah raudah. Disentakkannya dildonya makin liar menusuk-nusuk memek ustazah lia yang sudah makin basah, “ahhh, ukhti, ukhti, ukhtiiiiiiiiii, ana hampir keluarrr, ahhh, keluarrrrrrrhh,” ustazah raudah meracau tak karuan, ustazah lia yang merasakan hal yang sama kemudian mencengkram kepala ustazah raudah mendekatkannya ke mulutnya dan menempelkan hidungnya di hidung sang ustazah, matanya menatap mata pasangannya itu penuh birahi. Di bawah pantatnya digoyangkannya membalas tujahan ustazah raudah.
“Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!” ustazah raudah meraung keras , tubuhnya bergeletar liar, ditahan oleh tangan ustazah lia yang memeluknya kuat-kuat. Pada saat yang sama, ustazah lia juga mencapai puncaknya, tubugnya kelojotan merasakan cairan kewanitaannya memancar membasahi dildo yang menancap kukuh di vaginanya. “Ukhtiiiiiiiiiiiiiiiiii!” ustazah lia balas menjerit.
Selama beberapa saat tubuh keduanya menggeletar-geletar di atas ranjang. Vibrator di memek ustazah raudah dan dildo di memek ustazah lia menjadi saksi kenikmatan dua ustazah itu yang semakin kreatif mencari kepuasan syahwat mereka di asrama syahamah. Mukena keduanya sudah hampir seluruhnya basah, melekat pada tubuh keduanya yang seksi, menciptakan pemandangan yang sangat erotis bagi siapapun yang melihatnya.
“Ukhti,” Ustazah Raudah berkata pelan sementara tubuh mereka berdua yang penuh keringat berbaring berdampingan. Paha ustazah raudah menumpang satu di paha ustazah lia. Wajah keduanya berseri meski nampak lelah setelah petualangan seks yang mendebarkan itu.
“Iya, sayang,” Ustazah Lia menjawab genit sambil tangannya tak diam mengusap-usap dada ustazah raudah.
“Ukhti besok ke kampus kan? Ngisi kajian?” Tangan ustazah raudah menggenggam tangan ustazah lia dan mengelusnya lembut.
“Iya, ukh, kenapa? Mau ikut?”
“Enggak, ana punya ide yang menarik buat ukhti.”
“Apa itu?”
Ustazah Raudah kemudian menyampingkan tubuhnya. Kakinya menumpang ke kedua paha ustazah lia yang berbaring menelentang. Kemudian dia berbisik di telinga ustazah lia.
Mata ustazah lia membelalak. “Hussss, ukhti ini.”
“Hihi,” ustazah raudah kembali menelentangkan tubuh bugilnya. “Menarik kan, ukhti? Besok ana pinjamin kok, gratis.”
“Gak mau ah ukhti,”
“Coba bayangkan sensasinya. Gak bakalan ketahuan kok ukh, kujamin dehh.”
Ustazah Lia berpikir sejenak. Kemudian dia berkata, “baiklah, ukh, kayaknya menarik memang.”
“Nah gitu.” Ustzah Raudah tertawa lebar. Dia kemudian bangkit dan membenamkan kepalanya di selangkangan ustazah lia dari samping.
“Aduhhhh, uhhhh, ukhti ini gak bosen-bosennn,” Ustazah lia menggeliat merasakan lidah ustazah raudah menjilat-jilat memeknya. Tangannya mencengkram kepala ustazah raudah, membenamkannya di jembutnya yang rapi. Ustazah raudah tak menjawab. Dia asyik menikmati mainan barunya yang menyenangkan. Dirasakannya vaginanya sendiri pun sudah sangat basah meminta dipuaskan.
Kampus sepagi itu sudah ramai. Di antara orang-orang yang bergegas masuk ke sana, terdapat ustazah lia membawa sepeda motornya, jilbab lebarnya warna biru, berkibar-kibar diterpa angin. Dia mengenakan gamis jeans yang sangat serasi dengan kerudung yang dia gunakan itu. Motornya menempuh beberapa belokan kemudian berhenti di parkiran fakultas tarbiyah.
Dari sana dia berjalan sedikit menuju taman fakultas. Di taman itulah kajian akan dilakukan. Taman itu lumayan luas, dipenuhi rumput segar yang tumbuh rapi dan terurus. Selain itu, lokasinya juga sangat teduh meski cahaya mentari sesekali masih bisa menerobos lewat celah-celah gedung kampus.
Ketika ustazah lia sampai ke sana, di sana sudah ada beberapa ukhti yang sampai. Memang kajian itu hanya khusus untuk para akhwat saja. Meski demikian, sudah hadir juga seorang laki-laki yang merupakan pengurus organisasi bidang psdm atau pengembangan sumber daya manusia. Dia merupakan satu-satunya laki-laki yang hadir di sana.
Laki-laki itu biasa dipanggil fahri. Akhi Fahri. Usianya masih sangat muda karena dia masih kuliah semester 4 di jurusan yang sama dengan yang ustazah lia ambil dulu. Wajahnya adalah wajah khas seorang ikhwan, lengkap dengan jenggot tipis dan rambut pendek rapinya. Pembawaannya santun.
Fahri berdiri menyambut ketika ustazah lia sampai. “Ustazah, sama siapa datang?” Fahri menangkupkan tangannya di dada, ustazah lia membalas dengan menangkupkan tangan di dadanya juga. Bukan mahram maka tidak boleh bersalaman, seperti itulah peraturan di organisasi ukhti itu.
“Sendiri, Akhi, deket kok asrama dari sini.”
“Oh gitu. Ustazah di sini saja duduknya.” Fahri mempersilahkan ustazah lia duduk tak jauh dari tempat duduknya.
Ustazah Lia kemudian duduk. Kajian belum akan dimulai masih menunggu beberapa ukhti yang belum datang. Sementara menunggu ustazah lia menngobrol dengan Fahri tentang organisasi. Nampak bahwa Fahri sangat hormat pada ustazah lia yang merupakan seniornya baik di kampus maupun di organisasi.
Diam-diam dalam pikiran ustazah lia timbul niat aneh untuk menggoda pria itu. Dia ingin membuktikan apakah pria seperti Fahri ini masih bisa tergoda olehnya atau tidak. Memikirkan hal itu membuat syahwat ustazah lia bangkit. Diam-diam dia menyentuh selangkangannya tanpa kentara. Memastikan bahwa dirinya memakai strapon vibrator yang ditutupi celana dalamnya.
Kemudian kajian pun dimulai. Dengan telaten ustazah lia menerangkan seluk beluk organ reproduksi wanita. Kajiannya berlangsung dengan serius meski terkadang ustazah lia menyelipkan humor juga. Beberapa kali Fahri hanya tertunduk malu ketika guyonan sedikit tabu untuk diketahui laki-laki seperti dirinya. Meski demikian, kesepakatan di awal kajian memang bahwa kajian itu dilakukan dengan bebas dan Fahri yang memposisikan diri sebagai moderator juga memang mempersilahkan.
Di pertengahan kajian, ustazah lia yang penasaran dengan sensasi yang dibisikkan ustazah raudah tadi malam kemudian diam-diam menghidupkan vibratornya. “Ukhhh,” begitu tanpa sadar dia mendesah dan tubuhnya sedikit menggeliat merasakan rangsangan di vaginanya.
“Ustazah Lia?” Fahri yang menangkap desahan ustazah lia memandangnya dengan penuh tanda tanya. Saat itu seorang ukhti baru saja mengajukan pertanyaan.
“O ya ya, hhh,” wajah ustazah lia sedikit memerah. Dia sedikit menggeser duduknya. “Jadi, emm, gini, ukhh...ti, pertanyaan ukhti tadi, emm, masalah mencukur bulu kemaluan, memang hal itu bagus dari sudut pandang agama, juga dari sudut pandang kesehatan. Akan tetapi hal itu berpulang pada kesepakatan dengan suami ukhti sendiri, jika misalnya suami ukhti tidak membolehkannya, ya tidak apa-apa, yang penting merapikannya, karena seorang istri saleha itu harus bisa menyenangkan suami juga.”
Fahri menundukkan kepalanya. Demikian juga ustazah lia, memejamkan matanya sesaat sambil menunduk. Merasakan birahinya membludak seiring perasaan aneh dirinya sedang dirangsang vibrator di dekat seorang ikhwan yang ganteng. Selanjutnya kajian dilanjutkan. Beberapa kali ustazah lia menggeliatkan tubuhnya dan mengeluarkan desahan pelan yang untungnya tak menarik perhatian. Dirasakannya vaginanya sudah basah, beberapa kali juga dirasakannya dirinya hendak orgasme, akan tetapi ditahan-tahannya.
Kajian dilakukan selama dua jam. Waktu yang terhitung lama tapi ternyata tak terasa juga. Setelah selesai, para ukhti menyalami ustazah lia kemudian pulang ke tempat mereka masing-masing. Pada akhirnya yang tersisa di taman itu hanya Fahri dan ustzah lia.
“Akhi Fahri kos di mana?” ustazah lia bertanya.
Fahri menyebutkan tempat kosnya. Lumayan jauh dari sana, dekat toko buku, kira-kira satu kilometeran dari asrama syahamah. Satu sms masuk ke hpnya dan dia membukanya.
“Jauh juga ya. Biasanya anak kuliah kan suka nyari yang deket kampus. Bawa motor sendiri ya?”
Fahri tersenyum. “Biasanya ustazah, tapi hari ini motor ana dipinjam teman. Tadi katanya mau jemput, tapi ini dia bilang baru bisa ngembaliin motor nanti malam.”
“Yaudah ayo sama ana saja akhi, kebetulan ana juga mau beli buku di toko buku dekat kosan antum.”
“Ah, gak usah, ustazah, merepotkan.” Fahri menggelengkan kepalanya.
“Sekaiian, gak apa-apa. Toh gak bareng Fahri pun ana mau ke toko buku.”
Akhirnya Fahri menurut. Maka mereka pun berlalu ke parkiran. Fahri memposisikan diri di depan mengendarai motor, sementara ustazah lia duduk di belakang dengan posisi menyamping. Untung tadi Fahri membawa helm sebab dia memang berangkat ke kampus diantarkan temannya juga tadi.
Sepanjang perjalanan itu, ustazah lia merem melek merasakan rangsangan tanpa henti di vaginanya. Dia yakin vaginanya sudah sangat becek. Seolah tanpa sadar, tangan kanannya berpegangan pada pinggang Fahri. Untuk sesaat Fahri sedikit tersentak. Tapi kemudian dia diam saja, toh ini memang kondisi darurat, daripada kecelakaan, ya gak apa-apa lah pegangan.
Karena posisi toko buku terlewati sebelum sampai ke kosan Fahri, maka mereka berdua pun mampir dulu ke sana. Demi kesopanan, Fahri mengantar ustazah Lia berkeliling mencari buku yang dia inginkan. Saat itu Fahri merasakan sesekali ustazah lia terasa manja kepadanya. Pernah juga ustazah lia hendak jatuh dan Fahri refleks menahannya dari belakang. Hmmm, wanginya tubuh ustazah lia dan kelembutan tubuhnya yang tersentuh olehnya sempat membangkitkan juga naluri laki-lakinya. Saat itu sebenarnya ustazah lia sedang mengalami orgasme pertamanya. Makanya dia tidak lagsung bangkit, berusaha menahan diri untuk tidak mendesah.
“Ustazah gak kenapa-kenapa?” Fahri sedikit kuatir melihat wajah ustazah lia yang nampak berkeringat.
“Engg...enggak kok akhi, enggak. Maap ya.” Ustazah lia menjawab sebisanya. Nafasnya sedikit memburu.
Akhirnya acara belanja buku itu selesai. Lanjutlah perjalanan mereka ke kosan Fahri. Ternyata kosannya merupakan kosan elit. Lengkap dengan kamar mandi dalam dan juga ranjang dan satu ruangan tambahan berupa dapur kecil.
“Mampir dulu ustazah.”
Ustazah Lia pura-pura menolak. Akan tetapi ketika Fahri mengulanginya lagi, dia pun menerima untuk mampir, sekalian beribadah dulu, kuatir waktunya keburu habis, begitu alasannya.
Masuklah kemudian ustazah lia. Beruntung ustazah lia selalu membawa mukena ke mana pun. Maka sementara Fahri masuk ke dapur, ustazah lia kemudian pergi ke kamar mandi, membersihkan vaginanya yang basah dan mencopot vibratornya. Kemudian dia sengaja mencopot gamis jeansnya dan hanya mengenakan mukena saja tanpa dalaman.
Fahri masih di dapur ketika ustazah lia beribadah. Fahri sedang memanaskan air membuat teh. Dispensernya kebetulan sedang rusak. Ketika teh sudah selesai dibuat, dia pun pergi ke ruang utama kosnya. Saat itu posisi ustazah raudah kebetulan sedang membungkuk. Terlihat jelas betapa menggairahkannya posisi itu, belum lagi mukena yang dipakainya terlihat tipis menerawang. Fahri kembali ke dapur sambil mengusap wajahnya. Dibenarkannya posisi kontolnya yang mendadak tegang. Di satu sisi dia merasa malu karena yang bersamanya itu adalah ustazah, di sisi lain dia tak bisa menipu dirinya sendiri bahwa dirinya pun merasa terangsang.
Ustazah lia sudah selesai, barulah Fahri masuk. Sedikit gagap dia menawarkan teh hangat buatannya, meletakkannya di meja. Di sana memang ada meja dengan dua kursi. Sengaja tanpa mencopot mukenanya, ustazah raudah langsung duduk di kursi. Fahri duduk di kursi yang lain. Saat ustazah raudah ada dalam posisi mencicipi teh itu, mau tak mau pandangan Fahri tertuju pada bagian dada ustazah raudah yang tampak samar. Busungan itu tak terlindungi oleh beha.
Fahri merasakan kontolnya kembali tegang. Sementara itu ustazah raudah yang pura-pura tak tahu padahal dia memang sengaja menggoda kemudian berkata. “Segar sekali akhi, pas manisnya.”
“Uhh, iyaka, ustazah?” sedikit gugup Fahri mencicipi punyanya. Memang manis, tapi merasakan kontolnya menegang, dia merasa harus membenarkannya. Maka dia pun berkomentar. “Punya ana kurang manis, ustazah.” Dia pun bangkit membawa tehnya ke dapur. Meletakkannya di meja tembok yang menyatu dengan dinding di samping kompor.
Kemudian sambil membelakangi pintu masuk, dia merogohkan tangannya ke celananya. Sedikit sukar karena celananya sempit, dia pun melepas kancing celana dan risletingnya. Toh dia tak berpikir bahwa ustazah lia akan menyusul ke sana. Tersentuh oleh tangannya, kontolnya justru kian menegang. “Ukhh,” tanpa sadar dia mendesah merasakan kenikmatan tanpa sengaja. Memang Fahri termasuk ikhwan yang belum pernah mengenal seks.
Ustazah Lia diam-diam mengikuti. Dia berdiri tepat di belakang Fahri, kemudian memanggilnya, “Akhi Fah...uhhh,” ucapan ustazah lia terpotong. Fahri yang kaget dipanggil langsung membalikkan tubuhnya dan hal itu membuat tubuh keduanya langsung merapat. Tubuh ustazah lia hampir jatuh dan Fahri refleks meraihnya. Karena dua tangan Fahri yang tadi memegang celana kini terpaksa meraih ustazah lia, otomatis celananya langsung melorot ke bawah.
Fahri merasa malu. Kepalanya tertunduk. Dia tahu mata ustazah raudah langsung tertuju pada area menonojol di balik celana dalamnya. Dia tak tahu harus bersikap seperti apa. Ustazah lia yang tahu bahwa dirinya harus mengambil inisiatif kemudian mengulurkan tangannya sementara tubuhnya maju. Tangan itu meremas tonojolan di selangkangan Fahri.
“Ustazah....” mulut Fahri yang membuka langsung dilumat oleh bibir ustazah lia. Tubuh Fahri mundur terdesak ke dinding. Dia serba salah. Tapi dia juga meraskaan kenikmatan aneh saat tangan lembut ustazah lia meremas penisnya dari balik celana dalam. “Ustazah...” Fahri kembali berkata ketika mulut itu terlepas dari mulut ustazah lia.
Ustazah lia tak menjawab, dia hanya menatap Fahri dengan mata sayu dan nafas memburu. Di bawah tangannya menyelinap ke balik celana dalam membuat tubuh Fahri sedikit mengejang. Fahri memejamkan matanya merasakan syahwatnya makin memuncak meski di satu sisi dia merasa sungkan.
Ustazah lia kemudian menurunkan tubuhnya. Fahri merasakan kulit penisnya disentuh oleh benda basah dan lunak, juga hangat. Dia membuka matanya. Dilihatnya sang ustazah mengulum dan memaju mundurkan penisnya di dalam mulutnya. “Ahhh, ahhhh,” tanpa sadar dia mendesah, tangannya menggapai-gapai dinding di belakangnya. Hanya berapa menit ustazah lia merasa penis di mulutnya berkedat kedut. Dia tahu penis itu hampir muncrat. “Maklum pemula,” batinnya. Dia kemudian melepaskan penis itu dari mulutnya, selangkangan Fahri sedikit maju seakan tidak rela.
Ustazah lia kembali berdiri menghadap Fahri yang perlahan membuka matanya. Nafasnya kini sama memburunya dengan ustazah lia. Rasa sungkannya sudah digantikan nafsu birahi yang membara. Maka ketika bibir seksi ustazah lia melumat bibirnya kembali, dia pun kini membalas. Tangan ustazah lia membimbing tangan ikhwan juniornya itu ke dadanya. Dituntun naluri kelelakiannya, Fahri meremas busungan sekal itu dari balik mukena. Didengarnya desahan pelan ustazah alim itu yang membuatnya semakin bergairah. Tangannya yang satu kemudian makin canggih menggerayangi tubuh ustazah lia, turun ke bawah dan....
“Akh!” ustazah lia menggelinjang ketika dirasakannya tangan itu menyentuh itilnya. Kemudian dirasakannya tangan itu membelai-belai jembutnya yang dicukur rapi tapi tak gundul. Lidahnya dengan penuh nafsu menjelajahi rongga mulut Fahri. Kemudian turun menjilat-jilat leher sang ikhwan pemula itu yang kini mulai bisa memberikan rangsangan pula pada tubuhnya.
Lama mereka bercumbu di sana. Baru kemudian Fahri membopong tubuh sang ustzah ke ranjangnya. Dibaringkannya sang ustazah di sana yang lalu mengambil posisi menantang. Dikangkangkannya pahanya dengan sedikit bagian mukena dibuka. Dengan menggila Fahri langsung menyingkapkan mukena itu dan membenamkan mukanya tepat di memek tembem ustazah lia. Diciumnya aroma yang baru kali itu dia ketahui, dijilat-jilatnya jembut ustazah lia dan sesekali lidahnya naluriah menjelajahi belahan vagina sang ustazah membuatnya merintih-rintih keenakan.
“Akhh, akhii, sudah,, ahhhh, masuk..kannnn, ahhhh,” akhirnya ustazah lia tak kuat. Dia bangkit dan langsung meraih kepala sang ikhwan dan melumat bibirnya membabi buta. Fahri lalu memposisikan tubuh di atas ustazah lia. Kontolnya diposisikan tepat di belahan memek ustazah lia. Jantungnya berdetak kencang membayangkan pengalaman pertanya ngentot, dengan ustazah pula, seniornya yang alim yang sangat dihormatinya.
Setelah pas, Fahri menurunkan tubuhnya. Kontolnya yang lumayan besar sedikit tertahan oleh vagina ustazah lia meskipun sudah sangat basah. Akan tetapi hanya dengan satu hentakan tambahan, penis itu masuk sepenuhnya menusuk memek ustazah lia.
“Uhhhhhh,” Fahri mengeluh. Untuk sesaat dia mendiamkan saja kontolnya di sana, merasakan kenikmatan kulit penisnya yang bergesekan dengan hangat dinding vagina ustazah lia yang basah. Ustazah lia sementara itu memejamkan matanya. Kepalanya sedikit terangkat dari bantal yang menahannya.
“Gerakkan, akh...akhii,” ustazah lia berbisik.
Fahri paham. Maka dia menurun naikan tubuhnya, merasakan kenikmatan yang kian meninggi seiring maju mundurnya penisnya di lubang kenikmatan ustazah alim itu. Ustazah lia mengimbangi juniornya itu dengan menaikturunkan pantatnya. “Akh akh akhhhh,” desahannya membuat Fahri memacu semakin bersemangat.
Mungkin karena itu merupakan pengalaman pertama Fahri, maka dia belum bisa mengatur tempo. Tak heran hanya dalam beberapa menit pun dia sudah merasakan penisnya terasa hampir meledak. “Agghhhhh,” dia menggeram. Ustazah lia yang melihat wajah Fahri nampak menahan syahwat dan rasa nikmat yang hampir meledak itu langsung surti. Dia menggoyangkan pantatnya makin cepat sambil membusungkan dadanya. Fahri yang paham maksud ustazah lia langsung meremas bungkahan sekal yang menggoda itu dengan gemas.
“Ana...ahh ahhh ahhhhhhh,” baru saja Fahri akan mengatakan dirinya hampir orgasme, ustazah lia sudah merasakan pancutan-pancutan air hangat di dalam vaginanya. Dia pun maklum bahwa sang junior memang masih butuh pelajaran lanjutan. Maka dia mendiamkan saja ikhwan juniornya itu merasakan keperjakaannya yang dilepas di vagina ustazah lia.
Akan tetapi ketika Fahri hendak mencabut kontolnya, ustazah lia melarangnya. Dia bangkit tanpa melepas memeknya dari kontol Fahri yang masih tegang di dalamnya, kemudian dengan gerakan berpengalaman dia mendorong sang ikhwan menjadi berbalik terlentang, dirinya di atas. Sambil tersenyum nakal sang ustazah membiarkan selangkanga mereka menyatu sementara tangannya membelai-belai dada sang ikhwan. Kemudian, cupppp cuppp, bibirnya kembali melumat bibir Fahri sementara tangannya meraih tangan sang ikhwan menekankannya ke buah dadanya yang menggantung sekal.
Dirangsang seperti itu, mau tak mau Fahri kembali bergairah. Dirasakannya penisnya menegang kembali seperti tadi setelah sebelumnya sedikit melunak. Setelah merasakan itu, ustazah lia langsung menaik turunkan pantatnya, posisi WOT. Betapa eksotisnya pemandangan itu di mata fahri. Seorang ustazah mengentotnya dari atas dengan hanya mengenakan mukena. Sementara itu keringat sang ustazah nampak membasahi bagian tubuhnya yang terbuka, membuat kulit mulus yang selalu ditutupi gamis dan kerudung lebar itu nampak mengkilap.
“Ukhh ukhh, ahhhh aaaaahh,” desahan kedua manusia alim itu terdengar syahdu memenuhi ruang kamar Fahri. Fahri sudah tak ingat status wanita yang dientotnya sebagai ustazah seniornya yang seharusnya dihormati, sementara ustazah lia juga sudah tak tahan membutuhkan pelampiasan birahinya yang tadi dirangsang sensasi vibrator selama kajian di kampus dengan para ukhti.
4577Please respect copyright.PENANA48gOuorBpp
*
4577Please respect copyright.PENANAEt23hUrVC0
Malamnya, ustazah lia sedang duduk di pinggir ranjang, dia baru saja selesai berganti baju dengan mukena terusan pertanda dia sudah siap-siap akan tidur. Aihhh, begitu dia membatin melihat ustazah raudah masuk. Bakalan tidur telat lagi nih. Tapi jelas dia pun menyukainya.
“Bagaimana tadi pengalaman di kampus, ukh?”
Ustazah lia tersenyum sambil mengacungkan jempolnya.
“Apa ana bilang,” begitu jawab ustazah raudah. Dia kemudian duduk di samping ustazah lia. Saat itu ustazah raudah juga mengenakan mukena terusan warna putih kembang-kembang. Di area selangkangannya, ustazah lia melihat ada benda mengacung.
“Ukhti memakai strapon kontol dari kamar ukhti?” ustazah lia dan ustazah raudah memang semakin liar saat mereka hanya berdua, istilah kontol dan memek sudah tak terbilang banyaknya keluar dari mulut mereka yang suci.
“Hihi, iya, kan bukan Cuma antum yang pengen ngerasain sensasi nakal, ana juga penngen.”
“Hush, untung tidak ketahuan umi aminah.” Ustazah lia menyentil benda yang mengacung tegak itu. Lalu dia tertawa mengingat kenikmatan yang sudah dilaluinya bersama ustazah raudah dengan menggunakan benda itu. Membalas godaan itu, ustazah raudah memajukan selangkangannya, membuat dildo itu mengangguk-angguk menggemaskan.
Cuppppppppppp, ustazah raudah mencium bibir ustazah lia. Ustazah lia membalas dengan penuh nafsu, tangannya mulai bergerilya ke balik mukena ustazah raudah. Ahh, buah dada sang ustazah itu selalu membuatnya merasa terangsang. Putingnya demikian cepat mengacung, membuatnya ingin mengadukannya dengan bibirnya yang seksi itu.
Setelah cumbuan itu, ustazah raudah langsung mengangkat bagian belakang betis ustazah lia membuatnya terdorong berbaring di ranjang dengan posisi menghadap pintu, artinya posisi itu menyamping di ranjang, tidak membujur seperti biasanya. Akan tetapi hal itu tak jadi pikiran bagi ustazah lia. Dia langsung membuka pahanya, mempersilahkan ukhti rekannya yang alim itu memberikan cumbuan selanjutnya.
Kali ini ustazah raudah tak langsung membenamkan kepalanya di selangkangan ustazah lia, melainkan tangannya mengangkat kaki ustazah raudah kemudian menjilat-jilatnya naik ke betis. Ustazah lia memejamkan matanya merasakan sensasi baru di tubuhnya. Jilatan itu bergantian di kakinya kiri kanan, menyusur ke atas sedikit demi sedikit. “Ahhhhh,” dia mendesah sambil mendongakkan kepalanya saat lidah itu dirasakannya menyusuri pahanya yang mulus.
Tak sesuai harapannya, jilatan itu berhenti sebelum sampai ke selangkangannya. Dia membuka matanya dan melihat ustazah raudah menatapnya menggoda. “Ukhtiiiii, teruuuuussss,” ustazah lia merengek dan menggerak-gerakkan pantatnya. Ustazah lia menjulurnya lidahnya menggoda, membasahi bibirnya seolah menantang.
Merasa jengkel, ustazah lia mencoba bangkit, tapi tangan ustazah raudah menahan tubuhnya. “Ukhtiiiiiiiiiiiiiii,” ustazah lia tak berdaya. Nafsunya meninggi meminta dipuaskan setelah rangsangan tadi, tapi ustazah raudah ternyata hanya mempermainkannya.
“Hihihi.” Ustazah raudah ketawa-ketawa sambil tangannya mengelus-elus betis ustazah lia. Ustazah lia diam. Dia hanya mengoyang-goyangkan pantatnya mencoba bangun, tapi tak bisa. Akhirnya ustazah raudah kasihan juga. Dia kemudian membenamkan kepalanya di selangkangan ustazah lia. Tak diduganya.....
Ceerrr ceeeerrrrr ceeeerrrr, saat kepalanya pas di muka belahan memek ustazah lia, sang ustazah kencing, air kencingnya menyemprot tepat di mukanya, lumayan banyak, luruhan air kencing itu membasahi mukena dan ranjang.
Ustazah raudah mengerjap-kerjapkan matanya yang ikut tersiram air kencing. sementara kini giliran ustazah lia yang tertawa, merasa puas bisa balas dendam mengerjai ustazah raudah. Dilihatnya ustazah raudah menjilat-jilat air kencing yang membasahi bibirnya dan sebagian yang luruh ke sudut bibirnya seolah penuh kenikmatan. Lalu dia berkata, “memek tak sopan, harus diberi pelajarannnn,”
Dengan gemas dibenamkannya mukanya di lembah kenikmatan itu, dihisap-hisapnya klentit ustazah lia sekuat yang dia bisa sementara itu jemarinya juga ikut turun mengobel-ngobel memek ustazah lia dengan buas “Aaaaaanggghhh aaaaanggggh uhhhhhh ukhtiiiiii ampunnnnn uhhhhhhhhhhhhhhh,” ustazah lia hanya mampu merintih-rintih binal. Tubuhnya bergerak ke kanan ke kiri berusaha melepaskan memeknya dari cengkraman ustazah raudah tapi tak bisa.
Rangsangan itu dirasakan ustazah lia tak tertahankan. Tubuhnya seperti tersetrum listrik berkelojotan. Keringatnya turun bercampur dengan air kencingnya tadi. “Cret cret cretttt,” tubuhnya mengejang saat vaginanya mengeluarkan orgasme pertamanya gara-garanya klentitnya yang tak henti dihisap ustazah raudah. Ustazah raudah mengetahui pasangan nya sudah orgasme lalu menelusupkan lidahnya ke belahan memek ustazah lia, merasakan perpaduan cairan orgasmenya yang berkombinasi dengan rasa air kencing.
Ustazah lia berbaring lemas dengan nafas ngos-ngosan. Ustazah raudah yang masih ingin membalas dendam tak memberi ampun. Dihentikannya hisapannya di klentit sang ustazah, tapi dibaliknya tubuh itu menjadi menelungkup dan ditusuknya memek yang sudah sangat licin itu dengan dildonya dalam posisi doggy style. “Aaaaaahhhhhhh,” ustazah lia hanya bisa merintih pasrah saat dirasakannya penis buatan itu menusuk memeknya dengan brutal.
Pada saat itu, posisi tubuh ustazah lia memang membelakangi pintu. Dia lupa bahwa tadi ustazah raudah sama sekali tak mengunci pintu itu. Apa boleh buat, nafsu syahwat sudah terlanjur menguasainya. Apa yang dipirkannya saat itu hanyalah kenikmatan yang diberikan sang ukhti pasangannya itu.
Dia tak tahu bahwa sebenarnya malam itu ustazah raudah sudah kongkalikong dengan alif. Tanpa suara, Alif membuka pintu kamar ustazah lia dan masuk ke dalam. Ustazah raudah merintih agak keras sehingga menutupi suara pintu yang dikunci Alif dari dalam. Kemudian sambil mengendap-endap alif menghampiri kedua ustazah yang sedang diamuk syahwat itu.
“Ahhhhhh, ahhhh, aaaaaaakhhhhhhhhh, appaaa.....” ukhti lia kaget merasakan batang yang menujah memeknya terasa lebih besar dan kenyal daripada tadi. Dia kemudian menoleh. Betapa kagetnya dia melihat sosok Alif yang kini sedang maju mundur menusukkan penisnya di memeknya. Dia akan melepaskan diri, tapi tangan Alif kukuh mencengkeram pinggangnya. Sementara itu, ustazah raudah mengambil posisi di depan ustazah lia dan melumat bibirnya, “Mmmmmm mmmmm mmmm,” suara ustazah lia teredam oleh bibir ustazah raudah.
Ustazah lia merasakan penis Alif menyentuh area-area dalam memeknya lebih nikmat daripada saat tadi menggunakan dildo. Bahkan lebih nikmat juga daripada kontol ahmad soleh. Lumatan di bibirnya juga pada akhirnya membuat otaknya tak peduli apapun selain kepuasan. Maka ketika ustazah raudah melepas bibirnya, yang terdengar dari mulut ustazah berbibir seksi itu hanyalah rintihan kenikmatan.
Sudah dua pertiga penis alif memasuki memek ustazah lia dan dirasakannya memek sang ustazah itu sudah mentok. Diremas-remasnya penuh birahi buah dada ustazah alim itu yang sekal menggantung. Sementara itu, di depannya, ustazah raudah menyodorkan memeknya yang kini sudah tak mengenakan strapon. Ustazah lia menjilati memek sang ukhti yang sudah sangat basah itu dengan buas. Erangan kenikmatan tak henti keluar dari mulutnya seiring tujahan ganas Alif di memeknya.
“Aaaaaanggg aaaa aaaanggg aaaangg unggghhhh uuuuuuuuunggghh,” erangan ustazah lia membuat birahi alif makin meningkat. Tapi pengalaman seksnya membuat dirinya pandai mengatur tempo permainan. Maka bukannya dirinya yang mencapai puncak kenikmatan lebih dulu, melainkan ustazah lia.
Ustazah lia merasakan desiran-desiran syahwatnya sudah hampir tak tertahankan. Bau memek ustazah raudah membantu merangsangnya juga, belum lagi tangan alif yang berjaya meremas-remas dan memilin-milin putingnya sesekali. Jilatan-jilatan alif di punggungnya dari atas ke bawah dan kadang sebaliknya juga memberikan kenikmatan tersendiri baginya.
Maka tak heran dia kemudian menjadi yang mencapai kenikmatan paling dulu di antara mereka bertiga. Ketika orgasme keduanya menggapainya, dirasakannya pandangan matanya berkunang-kunang, Alif menujahkan penisnya kuat-kuat sampai hanya sedikit bagian penisnya yang tak masuk. Ustazah lia merasakan penis itu memenuhi memeknya, memberikan rangsangan total pada dinding-dinding memeknya. Lalu seperti air bah, kenikmatan membanjiri tubuhnya, tak ada erangan keluar dari mulutnya yang menganga, air liurnya menetes dari sudut bibirnya sementara matanya mendelik dan kepalanya mendongak ke atas. Kemudian tubuhnya mengejang-ngejang, ditahan oleh tangan kukuh alif yang untuk sementara menghentikan tujahannya.
Saat kepala ustazah lia sudah ambruk ke ranjang. Alif perlahan mencabut penisnya, ploppppp, bibir vagina ustazah lia melebar seolah akan tertarik keluar juga. Ustazah lia mengerang merasakan kenikmatan terakhir dalam gelombang orgasme keduanya itu, kemudian tubuhnya menelungkup jatuh di kasur.
Ustazah raudah langsung mengangkangkan pahanya di ranjang sementara alif mengocok-ngocok penisnya yang berlumuran cairan memek ustazah lia. Matanya liar menatap tubuh ustazah raudah yang tertutup mukena basah, sebagian oleh air kencing ustazah lia, sebagian oleh keringat. Dengan gaya menggoda ustazah lia mengangkat buah dada kanannya yang masih terutup mukena. Karena mukena itu basah, maka puting susunya nampak tercetak menggairahkan, kemudian dia menjilatinya dengan bibirnya, matanya sementara itu memandang alif penuh birahi.
Alif naik ke ranjang dan meraih tubuh ustazah raudah. Dilumatnya bibir ustazah raudah yang meski tak seseksi bibir ustazah lia tapi juga tak kalah binalnya. Tangan ustazah raudah sementara itu mencekal penis alif yang panjang besar itu membimbingnya ke arah memeknya.
“Akhhhhh,” ustazah raudah mendesah dan melentingkan tubuhnya saat alif menurunkan tubuhnya kuat-kuat. Bahkan meski vaginanya sudah sangat basah, ustazah raudah masih merasakan penis itu perlu beradaptasi sebentar dengan lubang kenikmatannya. Alif yang sudah separuh jalan menuju kenikmatan menaik turunkan tubuhnya dengan liar, tangannya meremas-remas dan sesekali menepuk lembut buah dada ustazah raudah yang hanya bisa menggelepar-gelepar di ranjang.
“Ah!” Alif mendongakkan kepalanya saat dirasakannya sentuhan di pelirnya. Dia menoleh ke belakang sedikit dan dilihatnya ustazah lia berbaring menelentang di bawahnya. Kepalanya terangkat menjilat-jilat pelirnya. “Ahhhhh, terusssshhh ustazahhh, ahhhh,” jilatan di pelirnya itu membuatnya kian liar seperti kuda birahi. Ustazah raudah semakin keras ditujahnya membuat sang ustazah melolong-lolong dengan mata mendelik. Tangannya menggapai-gapai tapi pada akhirnya hanya bisa meremas-remas seprai. Lenguhan seperti suara sapi disembelih terdengar keluar dari mulutnya.
“Ahh ahhh ahhh, ustazahku, ukhti, ukhti alimm, ahhhh, rasakan kontolku ukhtii ukhtiiii,” alif menggeram-geram buas. Dirasakannya mulut ustazah lia mencaplok pelirnya, menghisap-hisapnya membuat rangsangan di tubuhnya terasa kian membabi buta. Di bawahnya ustazah raudah mendesah-desah, “Aliffff, pelannn, ahhh, teruss, lifff, lifffffffff, umi kelu...arrrrrrrrrrhhhh,” ustazah raudah meremas seprai kuat-kuat sampai awut-awutan. Kepalanya terangkat seiring tubuhnya yang melenting, alif meraih kepala itu dan melumat bibirnya dengan dahsyat. tangan ustazah raudah memeluk tubuh alif kuat-kuat sementara kuku jarinya mencengkram punggung alif, menggores-gores liar seiring deru nafasnya yang menahan desahannya keluar.
Alif sementara itu juga merasakan kedutan-kedutan di penisnya mulai mengerap. Kuluman di pelirnya membantu mempercepat orgasmenya. Kenikmatan dalam tubuhnya sudah mendesak di sana sini siap meledak. Membayangkan bibir seksi ustazah lia dia makin tak tahan hingga akhirnya, “Annnn...jinggggg,” dia menggeram, “ustazahhhhhh, aku keluar, ahhhhhhhh, penisnya menusuk sekuatnya ke vagina ustazah lia yang kembali mendongakkan kepalanya dengan mulut menganga merasakan kenikmatan yang sudah hampir tak bisa dia tahan. Air liur menetes-netes dari sudut bibirnya, membasahi ranjang yang remuk redam oleh remasan tangannya.
Tak diduga alif, tangan ustazah lia mendorong selangkangannya dari bawah saat penisnya baru satu kali memuncratkan sperma. Creetttt, satu kali lagi muntahan spermanya membasahi bagian luar vagina ustazah raudah sementara gesekan tiba-tiba antara kulit penisnya dengan dinding memek ustazah raudah saat penisnya didorong ustazah lia keluar memberikan kenikmatan tersendiri. Lalu secepat kilat ustazah lia mendorong kepalanya menindih memek ustazah raudah dan creetttt creettt cretttttttt, sperma alif kembali memancut mengenai muka ustazah lia dengan liar. Alif mendongakkan kepalanya merasakan kenikmatan yang melandanya. Di akhir pancutannya, ustazah lia membuka mulutnya dan memasukkan penis panjang besar itu ke dalam mulutnya.
“Akhhhh, ustazahkuuu,” Alif mendesah merasakan hisapan yang membuatnya makin terlena. Ketika ustazah menghisap penisnya, tubuh alif mengejang-ngejang dan penisnya memuncratkan sisa-sisa sperma yang masih tersimpan. Ustazah lia menelannya dengan lahap. Ketika penis itu akhirnya keluar dari mulut ustazah lia yang berbibir seksi, penis itu sudah bersih tapi berlumuran ludah ustazah lia.
Alif duduk mengangkang, nafasnya terengah-engah. Tubuh ustazah lia menggelosoh di ranjang. Kepalanya bertelekan pada pangkal paha Alif. Penis alif yang basah oleh liurnya menyentuh-nyentuh hidungnya. Tidak setegang tadi, tapi ukuran penis itu tetap saja membuatnya kagum. Ahh, bau yang khas, desahnya. Nafasnya masih terengah-engah. Alif dengan lembut membelai-belai kepala ustazah lia yang tertutup mukena.
Sementara itu, hp ustazah raudah berbunyi. Dengan malas-malasan, dengan memek masih berlumuran cairan kenikmatan Alif dan tubuh yang masih lemas, vaginanya juga masih terasa sedikit pegal menyimpan sisa kenikmatan yang tadi menerjangnya lewat sana, dia menggapai hpnya. Setelah membukanya, dia menunjukkannya pada Alif.
“Ukhti...” begitu bunyi sms itu. Di bawahnya ada nama pengirimnya: ustaz karim. Alif tersenyum. Ustazah Raudah tersenyum sambil mengirimkan balasan. Sementara di bawah, ustazah lia bangkit dengan wajah masih berlumuran sperma alif, sebagian turun ke bibir seksinya. Dengan buas dia mencaplok bibir alif yang membalasnya dengan penuh gairah. Dihisapnya sperma yang tersisa di bibir seksi ustazah lia, asin. Dijilatnya spermanya yang membasahi wajah cantik ustazah mungil itu. Dalam posisi alif berselonjor seperti itu, ustazah lia merapatkan tubuhnya dengan posisi yang sama, kedua kakinya membelit pinggang alif sementara memeknya perlahan tapi pasti semakin mendekat ke penis alif.
4577Please respect copyright.PENANA5FYL1lsmUL