Di malam yang bersalju, Kanna melihat seorang pemuda bertubuh kurus yang duduk di kursi taman. Kanna baru saja pulang dari kantor dan taman itu memang taman yang biasa ia lewati.
Pemuda itu tampak pucat. Kedinginan. Tatapannya kosong, ia seperti kehabisan energi untuk hidup. Kehilangan keinginan untuk bertahan.
Dengan kasihan, Kanna menghampirinya dan memayunginya.
"Anu... Apakah kau baik-baik saja?"
Perlahan, pemuda itu mendongak dan menatap Kanna. Matanya berwarna mint. Warnanya terang, tetapi kehilangan cahayanya.
Pemuda itu hanya diam.
"Di rumahku ada makanan dan minuman hangat. Apakah kau mau mampir sebentar?"
Ah, andai saja Kanna ingat pesan ibunya untuk tidak membawa masuk sembarang orang ke dalam rumahnya,
niscaya Kanna tidak akan tahu bahwa kedepannya, ia akan dipuja oleh pemuda itu seakan-akan ia adalah seorang dewi. Pemuda itu mulai terobsesi padanya, menempel padanya, dan benar-benar takut Kanna meninggalkannya.
Pemuda itu jadi menganggap bahwa ia 'hidup' hanya untuk Kanna. Ia ingin berguna untuk Kanna. Ia tidak apa-apa menjadi 'peliharaan', disakiti, atau apa pun oleh Kanna, asal Kanna bisa tetap bersamanya,
....selamanya.