MARCELLA POV
Aku begitu bahagia ketika Herman mengungkapkan niatnya untuk melamarku, jujur ini jauh dari ekspektasiku yang awalnya menganggap Herman seperti pria-pria lain yang aku kenal di sebuah forum dewasa, hanya akan berakhir di atas ranjang tanpa sebuah ikatan. Just have fun. Tapi ternyata Aku salah, Herman tak seperti pria-pria lain, dia bahkan tak sekalipun menyentuhku saat kami bertemu, tapi bukan itu yang membuatku jatuh cinta padanya.
Dia lebih baik dibanding Mas Agus, suamiku yang telah meninggal. Herman, selain sabar dia juga bisa mengerti apa yang Aku mau, tidak kolot seperti Mas Agus, pikirannya sangat terbuka terhadap semua hal, terutama untuk urusan sex.
"Occhhhhhh....Sayang...!" Aku melenguh manja saat penis Herman menusuk kencang ke dalam liang vaginaku, terasa begitu dalam.
"Enak..?" Bisik Herman di telingaku, seperti ingin mempermainkan birahiku yang sudah sangat meninggi sedari tadi.
"Enak banget...." Balasku sebelum membenamkan kepalanya ke dalam pelukanku.
Ini adalah permainan ke delapan kami sepanjang hari ini, sampai-sampai Aku terpaksa untuk tidak berangkat kerja. Ya, nafsu kami berdua memang sama-sama tinggi, berbeda dengan Mas Agus dulu, sex seperti hanya sebuah pajangan dalam pernikahan, tak ada sensasi di dalamnya. 1347Please respect copyright.PENANAbMIfGtAgMg
Aku hanya berfungsi sebagai seorang istri yang melayani birahi suaminya tanpa harus menuntut perlakuan yang sama. Tapi dengan Herman semua berubah, suamiku ini membebaskanku untuk mengeksplore "kebinalanku", Herman seolah tau apa yang selama ini Aku pendam bertahun-tahun. Semua fantasi-fantasi liarku bisa terwujud bersama Herman.
Tapi tak ada yang sempurna dalam hidup, pernikahanku mendapat pertentangan dari putri tunggalku, Karin. Sejak awal Aku memperkenalkan Herman padanya, putri tunggalku itu sudah menunjukkan ketidaksukaan. Awalnya Aku pikir ini hanyalah sementara, karena Aku percaya jika waktu akan merubah segalanya. Apalagi Aku tau betul bagaimana perangai Herman selama ini, Aku sangat yakin jika Herman bisa melunakkan kebencian Karin pada dirinya. Tapi Aku salah, sampai detik ini pun Karin bertingkah seperti orang asing di hadapanku terlebih pada Herman.
1347Please respect copyright.PENANAAJyNwM8GCY
***
1347Please respect copyright.PENANABNBCZ5a92c
Suasana riuh langsung tercipta di lapangan basket, puluhan penonton yang kebanyakan adalah siswa dari SMA Taruna 1 bersorak kegirangan saat tim basket sekolah mereka mencetak skor dan terus unggul dalam perolehan angka. Bintang lapangan kali ini adalah Raka, seperti biasa remaja tampan ini berhasil menjadi top score, Raka sangat lincah membuat pemain lawan kesulitan untuk menjaga pergerakannya. Berkali-kali Raka sukses membuat pertahanan tim lawan kocar-kacir, tak jarang remaja ini menunjukkan skill-skill menawan layaknya seorang pebasket pro, terakhir dia berhasil membuat penonton terkesima lewat lemparan tiga angkanya.
Diantara kerumunan penonton terlihat sosok Karin ikut terhanyut oleh pesona Raka. Hampir satu tahun lamanya Karin memendam rasa pada Raka, sahabat baiknya, tapi selama itu pula dia tidak berani mengungkapkannya. Fakta bahwa Raka menjadi idola banyak cewek-cewek lain di sekolahnya membuat nyali Karin semakin menciut untuk sekedar memgungkapkan sayang pada Raka. Pertandingan akhirnya selesai, gemuruh penonton kembali menggema menyambut kemenangan tim basket mereka. Raka terlihat begitu sumringah, peluhnya bercucuran tapi tak menyurutkan kebahagiaannya karena berhasil mengantarkan tim basket sekolahnya melaju ke partai final bulan depan.
Puas merayakan kemenangan bersama official team Raka beranjak menuju tribun penonton, ucapan selamat dari para suporter masih dia terima saat berjalan menuju tribun. Remaja tampan itu mencoba menemukan sosok Karin, teman sekelasnya, wanita yang selalu mengisi pikirannya akhir-akhir ini.
"Selamat ya." Ucap Karin sambil menunjukkan senyumnya saat Raka sudah berdiri di hadapannya sambil terengah.
"Hehehe, kalo nggak ada Kamu nggak mungkin tim kita bisa menang." Kata Raka.
"Loh kok gara-gara Aku? Kan Aku nggak ikut main, cuma nonton aja."
"Ya iyalah semua gara-gara Kamu, kalo nggak ada Kamu akunya nggak semangat main, tau sendiri siapa tadi yang cetak skor paling banyak, hehehehehe." Ucap Raka sambil tertawa jenaka.
"Uuuhhh dasar sombong ! Inget ya, orang sombong itu kalo mati mayatnya gosong !"
"Aiihh! Jadi Kamu liat Aku nanti jadi gosong?"
"Makanya jangan sombong jadi orang!" Karin mengucek-ngucek rambut Raka yang masih basah oleh keringat, keduanya tertawa lepas bersama-sama.
"Aku ganti baju dulu ya, tapi tungguin dulu, nanti kita pulang bareng." Ucap Raka kemudian.
"Iya jelek ! Udah sono buruan, mandi dulu jangan lupa ! Bau banget !" Goda Karin sambil mengibas-ibaskan telapak tangannya di depan muka Raka.
"Biarin bau, tuh liat di bawah banyak cewek-cewek yang nungguin Aku meskipun bau, hehehehehe." Jawab Raka sambil menunjuk kerumunan cewek-cewek yang sedari tadi begitu iri melihat kebersamaan Raka dengan Karin di atas tribun.
"Dasar ganjen! " Protes Karin sambil mencubit pinggang Raka .
"Auuuww!! Auuww! Sakit tau !" Protes Raka kesakitan.
"Udah sana mandi gih, buruan! "
"Siap tuan puteri!" Raka kemudian berlari menuju ruang ganti pemain, dia tidak mau membuat Karin menunggu terlalu lama.
1347Please respect copyright.PENANAo7PnuAHr5a
***
1347Please respect copyright.PENANAs9EbmjOsW2
"Bengong aja sih ! Mikirin apa?" Protes Karin pada Raka.
"Kamu.." Jawab Raka singkat sambil tersenyum, tanpa disadari senyum itu selalu berhasil membuat jantung Karin berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Jangan mulai gombal deh!" Sungut Karin mencoba menyembunyikan kegugupannya.
"Karin..." Raka tiba-tiba meremas jemari Karin, sontak hal itu membuat Karin terkejut, terdiam tanpa kata, jantungnya berdetak lebih kencang lagi.
"Aku mau Kamu jadi pacarku." Ucap Raka kemudian, hening, Karin terdiam, tak ada kata yang terucap dari bibir gadis cantik itu.
"Kok diem...?" Tanya Raka beberapa saat kemudian, menanti jawaban dari Karin.
"Aku nggak tau harus ngomong apa." Kali ini Karin tertunduk, tak ada kekuatan dalam dirinya untuk sekedar menatap wajah Raka.
"Aku siap menerima apapun keputusanmu, Aku cuma ingin Kamu tau kalo selama ini Aku sayang sama Kamu, bukan hanya sebatas teman, tapi lebih dari itu." Raka masih menggenggam tangan Karin, dada remaja itu bergemuruh, cemas atas penolakan yang mungkin saja akan terucap dari bibir Karin sesaat lagi.
"Maafin Aku Raka...Aku nggak bisa..." Ucap Karin lemah, kali ini gadis cantik itu berani menatap wajah Raka yang sendu. Raka hanya terdiam, genggaman tangannya melemah, mungkin hatinya hancur saat itu juga.
"Aku nggak bisa nolak Kamu..." Lanjut Karin sambil menunjukkan senyumnya. Raka sontak bangkit dari duduknya kemudian berteriak kencang, membuat seluruh pengunjung cafe kaget.
"IYES!!! IYES!!!" Teriak Raka kegirangan, mengacuhkan semua pandangan mata yang mengarah pada dirinya. Karin tertawa lebar melihat tingkah polah pria yang baru saja resmi menjadi pacarnya itu.
1347Please respect copyright.PENANADga9M7KlBG
***
1347Please respect copyright.PENANACHLdf4GPaO
Sebuah sedan mewah Eropa keluaran terbaru memasuki sebuah halaman rumah, tak berselang lama keluar Raka dari dalam mobil tersebut dengan senyum mengembang, langkahnya ringan menuju pintu rumah.
"Nah ini dia yang ditunggu-tunggu udah dateng !" Ucap Roby yang muncul dari balik pintu.
"Hehehe, gimana? Udah ngumpul semua? " Balas Raka antusias.
"Tuh liat sendiri." Roby membuka pintu lebih lebar, terlihat di ruang tamu sudah menunggu Dimas dan Angger sedang asyik bermain xbox.
"Yuk masuk!" Ajak Roby.
"Wah si bos udah nongol aja nih, tumben-tumbenan on time !" Cerocos Angger saat menyadari kehadiran Raka.
"Hahaha, waktunya mengklaim kemenangan guys! " Raka menghempaskan tubuhnya ke atas sofa.
"Brengsek bener Lu, bisa banget dapetin Karin." Sungut Dimas sambil terus menatap layar smart tv di hadapannya.
"Kalian tau sendiri lah gimana track record monyet ini dalam urusan cewek." Balas Roby sambil menepuk-nepuk pundak Raka.
"Hehehe, udah kalian jangan mengalihkan pembicaraan, mana nih bayaran Gue." Seloroh Raka yang ditanggapi tak semangat oleh Roby, Angger dan Dimas. Ketiganya menyerahkan uang kepada Raka, mereka bertiga kalah taruhan. Sudah menjadi kebiasaan mereka untuk menguji kemampuan masing-masing dalam menggaet wanita. Kali ini giliran Raka dan dia berhasil.
"Ok, sekarang tinggal tantangan terakhir. Gimana? Lu masih tetep mau lanjut?" Tanya Dimas pada Raka.
"Apa kata dunia kalo seorang Raka mundur dari tantangan? Ya tetep lanjut dong bos ! Hahahaha !" Raka tergelak, tangannya mengibas-ibaskan tumpukan uang yang diberikan oleh ketiga temannya tadi.
"Ok, sama seperti dulu, Lu bisa dianggap menang kalo udah nunjukin rekaman video ML Lu sama Karin dan yang paling penting deadline sampai awal bulan depan. Deal ?" Kata Roby.
"Deal ! " Raka menyambut uluran tangan Roby tanda persetujuannya.
Keempat remaja itu kemudian saling tergelak bersama, sudah menjadi "rutinitas" bagi keempat remaja ini melakukan taruhan, dimana masing-masing orang harus bisa menaklukan hati cewek-cewek tercantik di sekolah mereka. Bayarannya tak main-main, jutaan rupiah, bahkan jika berhasil meniduri cewek-cewek tersebut hadiah akan berlipat ganda menjadi puluhan juta rupiah. Sejauh ini Raka dan Roby menjadi orang yang paling banyak mengoleksi gelar juara.
"Ok, sekarang waktunya party Guys ! Ladies !! Ayo keluar kalian !" Teriak Roby, beberapa saat kemudian dari lantai dua turun empat wanita cantik berusia 20-24 tahun berpenampilan sexy. Keempat wanita tersebut berjalan mendekati Raka, Angger, Dimas dan Roby dengan tatapan binal.
"Wah, orgy party lagi nih kita !" Teriak Angger kegirangan.
"Kali ini Gue yang traktir !" Kata Raka sambil menghamburkan seluruh uang yang dia dapat dari taruhan ke atas langit rumah.
1347Please respect copyright.PENANAoBqSMt0aG8
***
1347Please respect copyright.PENANAfSkRze31nt
"Hah Lu jadian sama si Raka?" Mata Luna terbelalak tak percaya.
"He embh." Karin mengangguk, mengiyakan pertanyaan dari Luna barusan.
"Hati-hati loh, Raka itu terkenal agak gimana gitu kalo urusan sama cewek." Karin mengubah posisi duduknya, apa yang diucapkan oleh Luna barusan menggelitik rasa penasarannya.
"Gimana apanya nih?" Selidik Karin.
"Hmmm... Lu tau anak kelas 11 IPA yang dua bulan lalu meninggal bunuh diri?"
"Santi ?"
"Iya, Santi, cewek cantik yang sepanjang semester jadi rebutan banyak cowok karena cantiknya overdosis."
"Trus apa hubungannya dengan Raka?" Karin semakin penasaran dengan arah pembicaraan Luna.
"Denger-denger, Santi itu bunuh diri karena malu."
"Malu kenapa?"
"Hamil di luar nikah, dan diduga yang menghamilinya adalah Raka." Ucap Luna datar, ia tak mau membuat Karin menjadi shock akibat cerita ini.
"Ah itu mah cuma gosip aja kali. Lagipula kalo memang bener Santi bunuh diri karena hamil dan itu yang melakukan adalah Raka kenapa nggak ada Polisi yang menyelidiki hal ini ? Adem ayem aja tuh." Komentar Karin tak percaya.
"Yaelah Rinnn, Lu tau sendiri siapa bokapnya Raka. Bupati cuy! Mana ada Polisi yang berani nyentuh anak Bupati ?"
"Terserah Lu deh, Gue nggak percaya sama cerita Lu tadi !"
"Nah kan ngambek, Gue nggak minta Lu buat percaya dengan cerita Gue barusan Rin, Gue cuma minta Lu buat lebih hati-hati sama Raka."
"Iya makasih. " Karin mengalihkan pandangannya ke luar jendela kamarnya, ada keraguan yang menyeruak di dalam dadanya.
1347Please respect copyright.PENANANm0EJqAxde
BERSAMBUNG
ns3.144.11.239da2