x
675Please respect copyright.PENANApH8Nhx4qx4
Siang ini begitu terik. Matahari siang terlalu semangat menyapa dunia. Ditambah dengan macetnya lalu lintas. Untung saja Ayah menjemputku di kampus. Aku bersyukur hari ini tidak membawa motor dan berinisiatif ikut Ayah dan Kak Khumaira. Di tengah kemacetan aku melihat sosok pemuda yang tengah mengayuh sepeda ontelnya. Pakaiannya sederhana. Tampak keringat bercucuran diwajahnya. "Hari gini masih ada yang pakai sepeda ontel butut begitu." Celetuk kak Khumaira. "Astagfirullah kak, kok ngomong begitu." ucapku padanya. Dia hanya nyengir dan kembali sibuk dengan gadgetnya. Aku masih saja fokus menatap pemuda itu, tampak dia mengambil botol dari tasnya lalu meminumnya di tengah kemacetan. Mobil pun bergerak pelan dan aku masih saja fokus melihat pemuda itu.
--------------------------------------
"Khanza." Panggil ummi. Aku pun berlari memenuhi panggilan ummi. "Iya ummi, kenapa?." ucapku. "Ini arlojimu sudah jadi sayang." Ummi memberikan arloji kesayanganku. Aku berbinar-binar dan bahagia karena arloji kesayanganku sudah diperbaiki. "Cepat sekali ummi jadinya. Memang ummi perbaikinya dimana?." Ujarku pada ummi. "Maaf Buk, saya harus pergi sekarang untuk mengantarkan arloji ketempat lain." Ucap seorang pemuda yang tiba-tiba muncul di depan kami. Aku kaget sekali saat melihatnya. "Oiya maaf nak. Hampir lupa. Ini ongkosnya." Ucap Ummi sembari memberikan uang pada tukang arloji itu. "Terimakasih Buk saya pamit dulu, Assalamualaikum." Ucap pemuda itu lalu beranjak pergi dengan sepeda ontel tuanya. Karena kagetnya aku tak bisa berkata apa-apa. Dia pemuda yang kulihat siang tadi. Pemuda itu tidak tampan tapi wajahnya begitu teduh. 'Apakah pemuda itu seorang tukang arloji?' tanyaku pada dirisendiri
675Please respect copyright.PENANAMFVxE8ByvT
Bersambung....
675Please respect copyright.PENANA9uw3dgMjnE
675Please respect copyright.PENANAV1Ysr1zOUG
ns 15.158.61.48da2