“APA lagi yang kau tunggu?”1383Please respect copyright.PENANAfDGJDFEMBU
Amaryllis menatap pria yang sedang memandangi-nya dengan begitu intens dari ujung kepala hingga ke ujung kaki gadis itu bagaikan seekor rusa betina yang seolah pasrah bahwa sebentar lagi diri-nya akan segera di mangsa oleh singa pemburu yang ada dihadapan-nya ini.
Pria itu telah membuka seluruh kancing kemeja-nya dan sedikit menampakkan segurat otot-otot di perutnya yang membuat Amaryllis diam seribu kata. Karena pertama, rasa kagum akan bentuk tubuh pria itu yang begitu liat, kuat dan terlihat begitu macho di mata-nya. Lalu yang kedua, karena Amaryllis merasakan sedikit khawatir dan agak takut ketika memikirkan apakah tubuh-nya akan baik-baik saja nanti ketika semuanya ini berakhir?
Pandangan pria itu lebih terfokus dan semakin lebih intens lagi ketika matanya mengawasi dengan lekat bibir merah pucat di wajah mungil Amaryllis, area payudara-nya yang masih ditutupi oleh kaos tank top berwarna hitam dan bra putih berenda-nya, wilayah pinggul dan kemudian di area paling pribadi Amaryllis yang belum pernah disentuh oleh pria manapun di dunia ini. Dan untuk area yang satu itu, Amaryllis masih mengenakan rok katun kerja-nya yang berwarna coklat bata.
Amaryllis dapat merasakan, pria itu memandangi tubuhnya seolah-olah Amaryllis berdiri telanjang tanpa sehelai benang apapun di tengah ruang kamar tidur milik pria itu. Ketika pria itu mulai memperlihatkan seringai senyumnya, Amaryllis sangat menyadari bahwa dia telah membuat suatu kesalahan dalam hal ini.
“Jangan pernah berpikir kau bisa lari dariku, Flower. Kau tahu akibatnya tidak akan baik untuk-mu dan keluarga aneh yang kau miliki itu.”
“Tidak bisakah anda menunda-nya lagi? Aku mohon…” bujuk Amaryllis dengan suara yang lemah dan terdengar begitu putus asa.
Pria itu akhirnya berdiri dari ujung tempat tidur yang sedari tadi didudukinya dan mulai menghampiri Amaryllis yang berdiri mematung, seolah-olah telah ter-hipnotis dengan segala hal yang dilakukan oleh pria itu kepada-nya.
Pria itu mendatangi Amaryllis dengan langkah penuh kepastian. Kedua tangan-nya merengkuh lembut lekuk pinggul Amaryllis yang begitu feminin. Dan dengan sedikit memaksa, pria itu mengarahkan bagian bawah tubuh-nya untuk ditempel-kan dengan rapat ke area pribadi milik Amaryllis.
"AHHH..." desah Amaryllis menyatakan rasa terkejutnya karena dapat merasakan betapa kejantanan milik pria itu terasa begitu besar dan keras. Desahan Amaryllis barusan yang terdengar seperti erangan kenikmatan membuat pria itu semakin bergairah. Pria itu lalu menggesek-gesekan milik-nya secara perlahan ke tubuh Amaryllis.
“Lihat apa yang telah kau lakukan, Flower? Apa kau pikir dia bisa menunggu lebih lama lagi, huh? Rasakan betapa ingin-nya dia memasuki-mu saat ini juga.”
Tanpa basa-basi, dia menggenggam jemari tangan kanan Amaryllis dengan tangan kirinya dan mengarahkan langsung ke tempat dimana kejantanan-nya sudah membengkak dengan begitu besarnya.
Memerintahkan Amaryllis secara halus untuk mengusap-usap milik-nya dari balik kain celana panjang hitam-nya dengan cara menahan tangan kanan Amaryllis dengan tangan kirinya tepat di bagian tersebut.
Lalu bibir-nya mulai mendaratkan kecupan-kecupan ringan di area lekuk lembut antara leher dan bahu Amaryllis yang kemudian digantikan dengan menciumi wilayah tersebut dengan penuh gairah.
Tidak cukup dengan hanya menciumi, pria itu mulai menghisap dan menggigiti bahu Amaryllis hingga meninggalkan tanda bekas kemerahan di setiap tempat pria itu mengecapnya.
Sementara dengan tangan kanan-nya yang bebas, pria itu membelai area paha dan bokong Amaryllis dari balik rok katun-nya yang berukuran tiga perempat sambil mulai membuka kancing kait berikut resleting rok-nya dengan begitu perlahan.
Rok katun yang dikenakan Amaryllis akhirnya terjatuh ke lantai dengan begitu mudah dan memaparkan area segitiga pribadi Amaryllis yang masih memiliki penghalang berupa celana dalam putih berenda dan pantyhose sewarna dengan warna kulit Amaryllis.
“Aku mau sekarang, Flower. Tidak ada lagi penundaan. Sudah begitu lama kau menunda-nunda janji-mu kepadaku. Sekarang dengan cara yang baik-baik atau dengan cara-ku? Pilih yang mana, sugar bee?”
Pada awalnya bibir pria itu memagut bibir pucat Amaryllis dengan penuh kelembutan. Namun setelah beberapa saat, pria itu mulai melakukan French kiss dengan memasukkan lidahnya ke dalam mulut Amaryllis dan memainkan lidah Amaryllis dengan begitu ahlinya.
Setiap desahan nikmat dan nafas yang keluar dari bibir Amaryllis seolah ditelan habis oleh pria itu tanpa tersisa. Sesekali menggoda bibir bagian bawah Amaryllis dengan gigitan-gigitan lembutnya yang semakin membuat Amaryllis menyuarakan erangan kenikmatan dan membuatnya lupa cara untuk bernafas.
Hingga akhirnya, segala strategi apapun yang telah disusun Amaryllis untuk dapat menunda ataupun menolak permintaan pria itu tidak tersisa lagi di dalam pikiran alam bawah sadar-nya. Amaryllis telah begitu jauh masuk ke dalam permainan gairah yang diberikan oleh pria itu. Oh ya, Amaryllis sungguh sangat menikmatinya.1383Please respect copyright.PENANANUURPEQZSU
(To Be Continued . . . # Chapter One)1383Please respect copyright.PENANAQgmi7UONqk