x
Cinta itu hanyalah bayangan sesaat, tidak lama akan hilang bersamaan jalannya waktu.
-
Siapa yang tidak mengenal cowok keren dengan nama lengkap Malik Abi Nayaka, semua seantera sekolah juga tau siapa Malik. Cowok punya segudang prestasi, wajah tampan, penampilan keren, dan juga dari keluarga yang berada. Tidak ada dalam kamus Malik yang namanya bolos sekolah, mungkin kebanyakan teman Malik mengajak cowok itu meninggalkan kelas, tapi Malik lebih memilih untuk tetap tinggal dan belajar.
Cowok itu tinggal bersama kakak ceweknya yang bernama Nala Aila Nayaka, mereka hanya terpaut 2 tahun, Nala sekarang duduk dibangku kuliah menempuh semester 5, sudah bisa dipastikan Malik kelas 12 Sekolah menengah atas.
Malik sudah memiliki kekasih yang seumuran dengannya tetapi berada di sekolah yang berbeda. Namun, masih lingkup satu kota. Namanya Nadia Anastasya, salah satu cewek favorit di sekolah tetangga, mereka berdua sudah menjalin hubungan satu tahun, saat itu Nadia tengah menunggu jemputan dipinggir jalan dekat sekolahnya, tanpa sengaja mobil Malik melewati genangan air yang mana air kotor itu mengenai rok sekolah Nadia, hingga Malik mengantar pulang dan mereka kenal lalu jadian satu minggu setelahnya.
Mungkin benar jika Nadia cantik, tapi mereka tidak pernah cocok, Nadia seorang yang badgirl dan sering gonta ganti pasangan, entahlah biasanya hanya satu bulan putus, sedangkan dengan malik sudah satu tahunan.
Hari ini diadakan classmeeting, SMA Bunga Bangsa. Setiap kelas wajib mengeluarkan jagoan cerdas cermatnya, kelas 12 Ips A sudah jelas Malik dan Amanda si juara dua dikelas itu. Sedangkan dari kelas lawannya yaitu kelas 12 Ips B, Syifa dan Maya.
Syifa Arasya Putri atau Syifa adalah salah satu murid berprestasi selain Malik di sekolah. Syifa bahkan sering mengikuti pertukaran pelajar, kemarin waktu kelas 11 dia pergi ke Turki menjalani sekolah disana. Lalu kembali ke Indonesia untuk melanjutkan kelas 12.
Syifa memang terlarir cantik, tidak heran jika banyak yang mengemis cinta padanya. Jawabannya akan tetap sama yaitu penolakan, 'cinta itu hanyalah membuat kita lemah dan karir adalah segalanya' itulah prinsip Syifa hingga sekarang.
Malik menjadi saingannya sejak kelas 10, tidak ada kata persahabatan untuk Malik bagi Syifa walaupun Malik tidak mengenal cewek itu sama sekali dan masa bodoh dengan persaingan yang disebut Syifa.
Di aula lantai 2 semua murid telah berkumpul untuk menyaksikan cerdas cermat antar kelas 12 Ips. Malik rapi dengan kaos polo putih samaan dengan Amanda yang sudah siap dimejanya dan Syifa dengan kaos polo hitam dengan Maya dimejanya.
Perlahan Malik melirik cewek cantik yang sering disebut namanya di antara teman-teman cowoknya. Namun lirikan Malik mendapat balasan lirikan permusuhan dari Syifa.
"Apa cewek itu kenal gue, kenapa segitunya, padahal gue nggak terlalu berharap buat menang juga". Fikir Malik dalam hatinya
"Hari ini gue bakal buktiin bahwa gue bisa ngalahin yang namanya Malik". Ucap Syifa dalam hatinya.
Seorang guru datang membawa kertas yang diyakini itu adalah soal cerdas cermat hari ini. Dilanjutkan dengan sambutannya dan juga basa basi singkatnya hingga perlombaan dimulai dengan sengit dan panas dingin.
Score terakhir sebelum jam istirahat adalah seri tiga sama. Jam istirahat berlangsung singkat sekitar 12 menitan lalu dilanjutkan kembali, pemenangnnya dengan score lima-empat diraih oleh kelas Ips B, Syifa dan Maya. Namun diakhir ketika menuruni panggung, penyakit Syifa kambuh dan membuatnya harus dilarikan kerumah sakit.
Jantung Lemah, cewek dengan otak cerdas itu telah mengidap jantung lemah sejak kecil, tak jarang ketika olahraga Syifa memilih duduk, semua juga tau bahwa Syifa lemah dibidang itu walaupun otaknya cerdas dipelajaran apapun.
"Sweety, are you okay?". Ucap Sarah selaku ibunda Syifa, beberapa menit tadi orang tua Syifa langsung dikabari bahwa putrinya masuk rumah sakit kembali.
"Okay mi, Syifa menang". Senyum Syifa mengambang walaupun tubuhnya lemah.
"Ohhh sweety, jangan terlalu memaksakan apapun, mami nggak pernah memaksa kamu kan? Apapun itu mami pasti bangga sama kamu sweety".
"Mami apaan sih, Syifa baik-baik aja kok, bukannya udah biasa gini".
"Jangan bicara yang tidak-tidak, kamu akan sembuh Syifa".
"Iya mami, i'm sorry".
Malik masuk dengan Maya dan Amanda membawa buah-buahan dan juga makanan ringan kesukaan Syifa.
"Permisi tante". Ucap Malik menyalami Sarah di ikuti dengan Maya dan Amanda.
"Iya, Syifa, mami keluar dulu mau telpon papi".
"Iya mi".
Sarah keluar dari ruangan tersebut memberikan waktu kepada putrinya untuk bersama teman satu sekolahnya.
"Bagaimana keadaanmu syif?". Tanya Malik
"Nggak usah sok kenal deh lo". Bentak Syifa
"Kok lo gitu banget sama gue, emang gue pernah salah ya ke lo? Perasaan gue juga baru liat lo tadi, kenalpun enggak sebelumnya".
"Iya Syif, lagian Malik punya niat baik kesini sama Amanda, nggak ada salahnya juga kita berteman". Jelas Maya
"Apaan sih lo May, gue sih nggak masalah temenan sama Amanda, tapi nggak untuk cowok ini".
"Gue minta maaf kalo pernah salah sama lo". Ucap Malik
"Lo tuh nggak ada salah lik sama Syifa, cuma dari dulu emang Syifa nganggep lo saingannya".
"Jadi cuma itu?".
"Cuma itu kata lo? Prestasi penting buat gue!".
"Iye penting, tapi bukan berarti lo musuhin orang lain juga, kalo kayak gitu caranya lo kagak punya temen". Jelas Malik yang membuat Syifa terdiam
Memang benar kata Malik, hanya karena dia saingan disekolah bukan berarti menjadi musuh diluar sekolah atau pelajaran.
"Udah ya Syif, lo istirahat dulu gih biar cepet sembuh". Ucap Maya
"Makasih may, Amanda, dan lo. Gue minta maaf".
"Maaf diterima, cepat sembuh".
Malik, Maya dan Amanda berpamitan untuk pulang terlebih dahulu meninggalkan Syifa bersama ibunya yang tengah sibuk dengan ponsel disudut ruangan.
"Mi, Syifa mau makan bakso". Rengek Syifa
"Mami masih sibuk sweety, kamu mau DO aja? Biar mami pesenin pake hp kamu".
"Didepan rumah sakit mi".
"Nggak bisa sweety, lagian diluar hujan tuh, nanti kamu sakit".
"Mami beliin".
Tiba-tiba ponsel Sarah berdering, wanita paruh baya itu langsung keluar dari ruangan Syifa untuk mengangkat telepon terlebih dahulu. Sarah memang wanita karir sejak dulu, pernah sekali Samuel suaminya alias ayah Syifa melarang untuk bekerja, tapi bukan Sarah namanya kalo berhenti bekerja. Menurut wanita beranak satu itu karir sangat penting, pekerjaannya sebagai designer adalah hobi tersendiri.
Tanpa berfikir panjang, Syifa menuruni ranjang dan keluar dari kamar inapnya. Cewek itu memang tidak pernah bisa dikekang, sangat keras kepala. Apalagi dari kecil sudah dimanja dan apapun permintaan Syifa pasti dituruni. Baru saja kemarin cewek itu meminta Iphone 8 keluaran terbaru dan langsung dibelikan oleh ayahnya, belum lagi pas ulang tahunnya yang ke 17 nanti kado mobil pertama pasti keluar.
Dengan pakaian khas rumah sakit dan sendal jepit, Syifa menerobos hujan menuju kedai bakso yang berada di sebrang rumah sakit. Sedikit basah baju dan rambut hitamnya, tapi tidak memudarkan senyuman cewek itu tatkala melihat bakso.
"Neng kok sakit nekat kesini, kenapa nggak ada yang beliin aja". Tanya tukang bakso dengan logat jawanya
"Nggak ada pak, saya pesan satu ya nggak pedas".
"Siap, silakan duduk".
"Makasih pak".
Syifa duduk disalah satu meja, dengan wajah pucat namun senyuman yang mengambang, dia terus memeluk tubuhnya erat karena dingin.
"Pak bakso satu ya yang pedas". Suara khas cowok terdengar membuat Syifa menengok.
"Malik". Sebut Syifa spontan Malik berbalik menatap cewek itu terkejut
"Syif, ngapain lo disini? Bukannya lo sakit". Malik duduk disamping Syifa, melihatnya dengan intens karena Syifa sangat pucat "pasti lo kedinginan kan?". Dengan cekatan Malik melepas jaketnya dan memakaikan ditubuh Syifa.
"Bukan urusan lo". Syifa mencoba melepas jaket Malik namun tertahan oleh cowok itu
"Pake aja, lo lagi sakit, udaranya nggak cocok sama lo".
"Nggak usah sok baik sama gue".
"Siapa sih yang sok baik sama lo".
Perdebatan mereka terhenti ketika pesanan bakso datang, Syifa langsung memakan bakso nya dengan lahap. Cewek itu sedari pagi memang belum makan, hanya roti dan susu dari rumah sedangkan ini sudah mulai petang.
"Pelan-pelan makannya". Ucap Malik sambil memakan baksonya santai "pak teh hangatnya satu sama es teh nya satu". Lanjut Malik berbicara dengan tukang bakso
"Siap den".
Malik melihat kearah Syifa yang masih sibuk menyantap baksonya, ada rasa aneh yang menjalar pada diri Malik saat menatap manik mata cewek itu. Seperti ada yang tidak asing dalam diri Syifa seakan Malik begitu mengenal cewek itu lama.
"Apa lo liat-liat". Bentak Syifa yang malah membuat Malik terkekeh
"Lo lucu kalo lagi marah, masih aja kesel sama gue padahal gue nggak tau apa-apa".
"Bodo".
"Nih minum dulu". Malik menggeser teh hangat ke Syifa "sama-sama Syifa".
"Makasih, nggak perlu kayak gitu".
Selesai makan, Malik dan Syifa membayar makanannya masing-masing. Syifa nampak ingin kembali ke rumah sakit, namun hujan makin lebat.
"Mau gue anterin, gue bawa payung". Tawar Malik
"Nggak perlu".
Malik menggandeng lengan Syifa agar lebih mendekat dengannya mengikis jarak menghindari hujan deras yang mengguyur mereka walau terhalang payung. Mereka berdua jalan kearah rumah sakit layaknya pasangan yang baru memadu kasih.
Disisi lain Sarah kebingungan mencari putrinya bahkan menghubungi semua penjaga rumah sakit hingga matanya menangkap sosok Syifa yang tengah berbincang dengan seorang cowok yang tadi datang menjenguk putrinya itu. Dari lantai 4 terlihat jelas Syifa dan Malik yang berjalan kerumah sakit dengan satu payung. Sarah seakan melihat dirinya dan Samuel sewaktu kuliah dulu, sangat romantis.
Syifa kembali kekamarnya setelah membeli air putih dikantin rumah sakit. Disofa sudah ada ibunya yang menunggu dengan wajah merah padam menyiratkan wanita paruh baya itu khawatir dan marah.
"Darimana saja?".
"Beli bakso mi".
"Kamu lagi sakit loh. Diluar juga hujan, siapa cowok itu?".
"Oh itu yang tadi".
Sarah tersenyum pada putrinya "kalian sangat cocok".
"Apaan sih mi. Itu musuh Syifa dalam prestasi ya, Syifa nggak mau sama dia juga".
"Jangan gitu sweety, benci jadi cinta loh".
"Hahaha nggak akan, lagian Malik udah punya pacar namanya Nadia".
"Oh namanya Malik, lagian masih pacar bisa putus".
"Ah udahlah Syifa mau tidur". Syifa membaringkan tubuhnya diranjang
"Sweety, maafin mami ya, malam ini nggak bisa nemenin kamu di rumah sakit, nanti mami telpon Alvaro buat nemenin kamu disini. Mami mau ke New York buat acara pembukaan butik mami yang ada di sana".
"Terserah mami, Syifa mau istirahat". Ucap Syifa sambil memaksa untuk memejamkan mata.
Perlahan Sarah keluar dari ruangan inap putrinya setelah mengambil tas yang tergeletak di sofa. Wanita paruh baya itu terburu-buru keluar dan menutup kembali pintu. Bersamaan pintu terbuka kembali menampakkan seorang cowok tampan berpakaian casual yang terkesan keren masuk membawa bucket bunga mawar dan juga keranjang buah.
"Sakit lagi Syif?". Cecar Alvaro setelah meletakkan keranjang buahnya dimeja
"Al". Sebut Syifa melihat ke arah Alvaro yang tersenyum manis padanya
"Nih buat lo". Alvaro memberikan bucket bunganya pada Syifa dan membantu cewek itu untuk duduk.
"Thank you".
"Tante Sarah ngabarin gue buat jagain lo, demi lo gue nggak masuk kelas malam".
"Lagian siapa juga yang mau ditemenin".
"Karena tante Sarah khawatir lo sendirian apalagi lo sakit kan".
"Kalo khawatir nggak mungkin milih ke luar negeri".
"Tuntutan pekerjaan Syifa. Ya udahlah kan ada gue".
Alvaro Bagaskara, cowok keren dengan sejuta pesona yang bahkan memikat setiap wanita dan terlahir playboy itu adalah anak dari kakak perempuan Samuel, ayah Syifa. Pada intinya cowok itu adalah sepupu Syifa dari ayahnya. Alvaro tengah menuntut ilmu disalah satu universitas ternama di Jakarta, cowok campuran Inggris-Indonesia itu sudah dekat dengan Syifa sejak kecil ketika mereka tinggal di Amerika.
"Al gue mau jalan-jalan". Rengek Syifa
"Nggak boleh. Udara malam nggak baik buat kesehatan lo, lagian ini gerimis, gue nggak mau lo sakit. Nyusahin".
"Ih ngomongnya jahat banget, siapa juga yang mau sakit, kalau nggak mau ya udah bilang aja nggak mau".
"Bukan gitu Syifa, besok aja ya jalannya, besokkan weekend".
"Bener ya besok?".
"Iya".
Lain tempat Nadia baru saja menyelesaikan les baletnya di sebuah club balet di Jakarta, cewek dengan pesona itu keluar mengenakan payung menunggu jemputan datang. Hingga sebuah mobil hitam dengan plat B 1114 LK berhenti dihadapannya.
"Lama banget sih". Kesal Nadia seraya masuk kedalam samping kemudi
"Maaf tadi ada temen sakit dan jenguk dulu".
"Aku udah kayak cabe tau nggak dipinggir jalan".
"Ya maaf sayang" .
"Ya udah aku laper mau makan".
"Mau makan dimana?".
"Resto biasa, kamu yang bayarin sebagai ganti karena telat".
"Iya lah pasti aku yang bayar".
"Terus aku juga mau ke mall, ada tas keluaran terbaru, aku nggak mau sampai kehabisan".
"Aku lagi yang bayar?". Tanya Malik yang mulai jenuh
"Iyalah, kamu kira nunggu disana nggak capek apa".
"Aku nggak masalah berapapun dan apapun yang kamu minta, tapi yang aku tanyain sekarang adalah aku itu pacarmu atau sopir plus atm berjalanmu?".
"Kamu ngomong apaan sih? Kamu mau ngomong kalo aku ini matre?".
"aku nggak ngomong kamu matre".
"Sama aja!".
"Cukup nad, tiap hari kamu minta makan enak, jalan-jalan beli ini beli itu, ini uang orang tua ku, dia selalu nanya kenapa sampai minus terus akhir-akhir ini. Dulu kamu nggak kayak gini nad".
"Terus? Kamu mau putus".
"Aku nggak bilang mau putus".
"Ya udah kita putus. Dan mulai hari ini kita nggak ada hubungan apa-apa". Nadia keluar dari mobil Malik dengan kesal, namun disebrang jalan ada sebuah mobil yang sudah menunggu cewek itu dan seorang pria.
"Sial!!!! Brengsek lo nad!". Malik memukul kemudi dengan keras, dia baru sadar kalo selama ini hanya dimanfaatin sama Nadia.
Mobil Malik melaju kencang membelah jalanan disekitar Bogor, cowok itu memutuskan untuk weekend dipuncak, villa milik keluarganya. Sekaligus untuk melupakan semua yang Nadia lakukan padanya.
"Den Malik tumben kesini". Ucap bi har, pembantu yang tinggal divilla milik keluarga Malik
"Iya bi, maaf nggak ngabarin dulu".
"Iya den, bibi beresin dulu kamar den Malik".
"Makasih bi". Malik duduk dikursi panjang yang ada dihalaman depan menghadap hamparan kebun teh.
"Ibu!! Vira menang lomba!". Teriak seorang gadis berpakaian seragam SMA di depan gerbang yang membuat Malik langsung melihat ke arahnya
"Vira, jangan teriak-teriak kayak gitu, den Malik baru sampai". Balas bi har yang keluar dari dalam villa dan mengajak Vira masuk
Selesai berganti pakaian, Vira membantu ibunya memasak. Gadis cantik dengan wajah polos itu lihai membantu menggoreng beberapa makanan.
"Bu, dia siapa?". Tanya Vira
"Itu den Malik, anak satu satunya tuan Nayaka, dia weekend disini sampai lusa".
"Kok datengnya malem-malem?".
"Nggak tau juga, biasanya ada masalah kalo kayak gitu".
"Diluar kan dingin bu, kasihan kak Malik".
"Ya udah suruh masuk, kamarnya juga udah rapi".
Vira dengan senang menuju halaman untuk menemui Malik.
"Kak, masuk yuk. Diluar dingin kayaknya juga mau hujan lagi, lagian kalo malam kayak gini keindahan kebun nggak kelihat". Jelas Vira
Tanpa suara Malik beranjak dari duduknya dan memutuskan untuk masuk menikmati teh yang sudah disediakan diruang keluarga dan beberapa camilan untuk menemani.
"Nama lo siapa? Gue nggak pernah liat lo disini sebelumnya". Tanya Malik tanpa melihat kearah Vira
"Savira, panggil aja Vira, saya dulu di Surabaya lalu sama ibu diajak tinggal diBogor karena ayah meninggal".
"Maaf gue nggak maksud".
"Iya nggak papa".
"Gue Malik". Malik mengulurkan tangannya pada Vira yang membuat gadis itu memerah malu. "Nggak usah sungkan sama gue, anggep aja temen sendiri".
"Iya".
"Gue mau istirahat dulu". Malik beranjak dari duduknya dan memutuskan naik kelantai dua, kamarnya. Dilantai dua ada dua kamar berpintu putih, yang satu bertuliskan Malik dan satunya lagi Nayaka, atau itu kamar milik ayah dan ibu Malik.
Sedangkan dilantai satu ada tiga kamar, satu milik bi har dan putrinya, dua lagi adalah kamar tamu. Karena dulu sering sekali teman Malik menginap divillanya ketika liburan, jadi membuat dua kamar satu untuk cewek dan satu cowok.
Pagi menyapa kembali dengan kabut putih, suara gemericik air dari sungai menambah kesan dingin kota Bogor. Sebuah mobil melaju lambat menyusuri jalan Bogor, dua sejoli tengah menikmati perjalanannya, yang satu sibuk memakan roti dan yang satu sibuk nyanyi-nyanyi nggak jelas.
"Lo ngapain sih ngajak kepuncak?". Tanya Alvaro pada Syifa yang masih fokus pada roti yang dimakannya
"Pengen aja, lagian udara di Bogor itu sejuk banget, siapa tau gue langsung pulih".
"tau tante Sarah langsung kena omel gue".
"Ya jangan sampe tau lah".
"Lo mau nyewa villa yang mana?". Tanya Alvaro sambil memelankan mobilnya
"Terserah sih".
Alvaro menghentikan mobilnya dan bertanya pada salah satu pemilik villa yang ditujunya.
"Nuhun pak, masih ada villa kosong?".
"Wahh maaf den, sudah penuh semua, ini weekend, harusnya dari kemaren atuh boking dulu".
"Ya udah pak terima kasih".
Alvaro kembali ke mobil bersamaan dengan Syifa yang keluar dari mobil dengan kotak susu ditangannya.
"Gimana?".
"Penuh semua syif, lo juga ngajaknya mendadak".
"Gimana sih Alvaro".
"Terpaksa kita cari hotel dikotanya".
"Jauh kalo mau ke sini".
"Mau gimana lagi, gue nggak mau lo sakit gara-gara tidur dimobil".
Mata Syifa melihat sosok Malik dikejauhan, sedikit tidak percaya bagaimana bisa Malik juga ada diBogor.
"Syifa". Panggil Malik dengan nada tidak percaya, cowok itu baru saja keluar dari villa dengan Vira karena niat mau jalan-jalan.
"Lo ngapain disini?". Ucapa mereka bersamaan
"Bukan urusan lo" . Sinis Syifa
"Temannya Syifa ya?". Tanya Alvaro
"Iya".
"Lo tau nggak villa yang masih kosong lagi disini".
"Udah penuh semua".
"Kita balik aja lah al, gue udah nggak mood".
"Lo kira gue mau kesini sia-sia".
"Kalo mau di villa gue aja, ada kamar kosong kok".
"Nggak usah". Ucap Syifa
"Ya udah kalo gitu, kita boleh nginep kan".
"Al!!". Protes Syifa
"Jangan nolak kebaikan orang. Lagipula dia temen lo kan. Oh ya kenalin gue Alvaro, cocoknya jadi cowoknya Syifa, tapi gue kakak sepupunya".
"Gue Malik, dan ini Vira".
"Cewek lo?". Tanya Alvaro santai
"Bukan. Ya udah ayo masuk".
Mereka semua masuk kedalam villa, sedangkan Syifa masih aja diam karena tidak menyukai keputusan Alvaro. Cewek itu tengah duduk sendirian dihalaman depan, sedangkan Alvaro sibuk mengerjakan tugas kuliahnya diruang tamu. Perlahan Malik menghampiri Syifa, menyampirkan selimut ketubuh cewek itu.
"Lo masih belum pulih, udaranya terlalu dingin". Ucap Malik sambil duduk disamping Syifa
"Makasih".
"Ternyata lo bisa bilang makasih juga".
"Stop Malik, gue lagi nggak mau ngomel sama lo".
"Iya maaf".
"Lagian lo ngapain juga sih keBogor". Tanya Syifa
"Mau liburan aja".
"Dimana Nadia? Biasanya kalian kayak surat sama perangko".
"Gue udah nggak sama Nadia lagi".
"Syukur deh, lagian gue juga nggak habis fikir kenapa lo bertahan sama tuh cewek, jujur gue sering liat dia di mall sama cowok satu sekolahnya".
"Emang gue bego".
"Gue lebih suka lo bego sih hahaha".
"Gitu dong ketawa, kan manis".
"Apaan sih lo nggak jelas".
"Mau jalan-jalan nggak?". Ajak Malik yang mulai berdiri merenggangkan tubuhnya
"Oke, cuma hari ini ya kita nggak musuhan".
"Lagian siapa juga yang mau musuhan sama lo".
"Bodo!". Syifa berjalan duluan dengan cepat.
Udara puncak sangatlah dingin akhir-akhir ini karena mendekati natal dan juga tahun baru yang ada di bulan desember dan januari. Sebuah batu tak terlihat dimata Syifa hingga cewek itu terjatuh dan kakinya terkilir.
"Lo gimana sih jalannya, tau ada batu". Omel Malik seraya berjongkok didepan Syifa, meluruskan kaki cewek itu dengan lembut
"Aww sakittt".
"Bentar dulu syif, ini bengkak kalo nggak di perbaiki posisinya".
"Sakit Malik!!!".
"Eh liat tuh ada kelinci terbang".
Syifa langsung menengok keatas bersamaan dengan Malik yang menekan kaki Syifa hingga kembali ke semula.
"Udah, sini berdiri". Malik mengulurkan tangannya
"Nggak perlu". Syifa menepis tangan Malik, namun baru saja ingin berdiri, cewek itu hampir terjatuh kalau tidak dihalang Malik.
"Lo nggak akan bisa jalan dulu, sini gue gendong".
Dengan berat hati Syifa naik ke punggung Malik, semburat merah tercetak jelas diwajah Syifa ketika Malik dengan lembut menggendongnya kavilla. Dalam perjalanan, mereka menjumpai penjual kue keliling, Malik memutuskan untuk istirahat dan membeli kue itu terlebih dahulu.
"Ini apaan sih?". Tanya Syifa mengambil kue yang warnanya merah muda
"Gue juga nggak tau, jarang banget gue nemuin penjual kue disini".
"Tapi enak loh". Syifa dengan cepat memakan kue yang diambilnya.
Cowok disampingnya hanya tersenyum mekihat kelakuan Syifa.
#bersambung
ns 15.158.61.20da2