Hallo para readers yang saya cintai... Ini cerita pertama aku. Cerita yang selama ini menjadi halu aku. Jadi aku harap kalian suka dan mari kita berhalu bersama-sama;). Maaf kalau jelek ya....
-Happy Reading-
"Hufftt...."
Luana menghela nafasnya ketika pagi ini ia menemukan susu kotak rasa strawberry di kolong mejanya. Ia melihat lebih teliti lagi susu kotak tersebut. Tidak ada tulisan nama pengirim atau apapun itu yang mengarah tentang si pengirim. Atau mungkin kata-kata puitis dan semangat pagi seperti yang sering ia baca di novel. Polos.
Sudah hampir dua bulan Luana resmi menjadi siswi SMA Tiras dan sudah seminggu pula ia menerima susu dari 'penggemar rahasia'-nya. Kurang lebih seperti itulah Luana menyebut sang pengirim. Pertama kali ia mendapatkan susu tersebut, tertempel secarik kertas bertuliskan "HAI".
"Dapat lagi?" Tanya seseorang. Luana menoleh ke arah pintu kelas, mendapati Jessy, teman sebangkunya baru saja tiba.
"Menurut lo siapa yang ngirim?" Tanya Luana penasaran.
"Mana gue tahu." Jawab Jessy acuh. Luana menghela nafasnya pasrah dan meminum susu tersebut. Rasa favoritnya. Orang tersebut sepertinya tau banyak tentang Luana. Tidak banyak yang tau tentang Luana. Jessy sendiri adalah sahabat Luana sejak SMP. Luana cukup bersyukur bisa bertemu lagi dengan Jessy meskipun sikap Jessy terkadang mengesalkan.
"Gue penasaran siapa yang ngasih susu ini setiap hari." Gumam Luana sambil menyisir rambutnya dengan jari.
"Kenapa gak lo cari tau aja?" Saran Jessy.
"Caranya?" Tanya Luana polos. Jessy menghentikan aktivitasnya menyalin PR. Ia memutar bola matanya. Temannya yang satu ini terkadang kelewat batas dungunya.
"Lo datang lebih pagi dari biasanya atau lo tungguin sampai sore. Gue yakin orang itu pasti naruh susunya jam segitu."
"Bener juga ya. Tumben lo pinter."
"Gue emang pinter dari lahir, enggak kayak lo yang IQ-nya dibawah 50." Ucap Jessy sinis.
"Gitu amat ngejeknya, mbak." Balas Luana tak kalah sinis.
****
"Lo beneran mau nunggu sampai sore?" Tanya Killa, Sahabat Luana. Ia berdiri di samping Jessy yang bersender di dinding.
"He'em." Luana mengangguk sambil memasukkan buku-bukunya dalam loker. "Gue harus tau siapa yang ngasih susu itu setiap hari. Siapa tau cogan. Kan lumayan."
Jessy menoyor kepala Luana, membuat gadis itu memekik kaget. "Halu terus lo, ya."
"Dih, suka-suka gue lah." Luana menjulurkan lidahnya mengejek.
"Sadar diri dong, ya. Muka lo tuh gak cocok buat cogan di sini. Mirip siluman ular." Balas Jessy mengejek.
"Sorry, ya. Siluman ular tu cantik. Daripada lo, mirip nenek lampir."
"Apa kata lo?! Ulangin sekali lagi!"
"Duh... Udah dong berantemnya. Malu dilihatin orang." Killa melerai dengan merentangkan kedua tangannya di tengah-tengah mereka sebelum situasi lebih memanas. Ia tersenyum maklum dengan siswa-siswi lain yang ada di sekitar mereka. "Yaudah, kalau gitu kita berdua pulang duluan ya. Nanti malam jadi, kan?" Killa bertanya mengingatkan.
"Jadi, dong!" Luana mengacungkan jempolnya. Ia balas melambai dan tersenyum hingga Killa dan Jessy tidak terlihat lagi.
****
Luana duduk di sudut kelas, membuatnya tidak terlihat karena tertutup meja dan bangku. Hal ini merupakan keuntungan baginya karena ia tidak akan ketahuan oleh siapa pun, terutama si 'penggemar rahasia'-nya. Bosan, ia pun membuka instagram. Tidak ada yang menarik dari instagramnya kecuali permintaan pesan yang sudah mencapai ratusan. Rata-rata dari cowok yang mengajaknya berkenalan. Luana memang cukup populer sejak SMP dengan Killa dan Jessy. Hanya saja mereka tidak pernah berpikir untuk meladeni cowok-cowok tersebut.
Luana melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul 15.45. Sudah 45 menit dari jam pulang sekolah dan sudah selama itulah ia menunggu. Hanya ada beberapa siswa yang mengikuti ekskul yang masih setia beraktivitas di sekolah.
Tak ada tanda-tanda akan ada yang datang ke kelasnya, jadi Luana pikir sudah saatnya pulang sebelum kelasnya dikunci. Saat Luana sudah ingin berdiri, pintu kelasnya dibuka. Suara derap langkah yang menggema di kelasnya yang kosong, membuat Luana semakin penasaran.
Ia mengintip sedikit dari celah meja. Yang terlihat hanya celana dan sepatu kets hitam berlist putih yang berdiri di samping mejanya. Seorang cowok. 'Kakak kelas atau bukan ya?' batin Luana. Luana mengintip ke atas dan menggerutu karena yang terlihat hanya punggung cowok tersebut.
TING
"Siapa di sana?"
Luana mengumpat karena ia lupa mengaktifkan mode silent di hp-nya.
"Gue hitung sampai tiga. Keluar sendiri atau gue yang ke sana?" Jantung Luana berdegup keras saat cowok tersebut mulai menghitung. Luana berpikir untuk langsung lari dan kabur saja. Ia bisa menutupi wajahnya dengan tas agar tidak ketahuan. Sayangnya, meja Luana ada di deretan samping pintu. Pun dirinya yang lain berkata bahwa akan percuma ia menunggu lama-lama jika ia tidak tahu siapa 'pengagum rahasia'-nya.
"Tiga."
Luana langsung berdiri dari tempatnya. Bodo amat jika ia dikatai penguntit. Yang penting hari ini ia harus menuntaskan rasa penasarannya. Luana terkejut saat melihat orang yang berdiri di depannya. Tidak ada yang tidak mengenal cowok tersebut, termasuk Luana.
Ego Revargo. Kakak kelas dua belas yang banyak dipuja oleh siswi Tiras. Ia merupakan gitaris band sekolahnya yang terkenal dengan personilnya yang ganteng-ganteng, Star Boys. Perawakan Ego yang cool dan dingin serta mata hitamnya yang selalu menatap tajam membuat siapapun cewek yang melihatnya akan terpesona. Bahkan saat bandnya tampil di hari penutupan masa MOS kemarin, Ego berhasil mendapatkan puluhan tangkai bunga mawar yang memang wajib diberikan pada setiap siswa-siswi yang tampil.
"Lo ngapain di sini?"
"Eh?" Suara bariton Ego berhasil memecah lamunan Luana dan sadar akan tujuan utamanya. Luana melihat susu kotak yang dipegang Ego. Sama seperti susu kotak yang selalu ia dapat. "Jadi selama ini yang ngasih aku susu kotak itu kakak?" Luana membekap mulutnya dengan sebelah tangan ketika pertanyaan itu meluncur dengan bebas.
Ego menaikkan sebelah alisnya. Ia menatap Luana dan susu kotak yang dipegangnya berulang kali. "Maksud lo?"
Luana melangkah mendekati Ego. Sedikit kesal saat harus sedikit mendongak agar bisa melihat wajah Ego. "Ini," Luana menunjuk susu kotak tersebut, "Aku selalu nemuin setiap pagi di kolong meja aku. Kakak kan yang naruh?"
Ego tersenyum sinis. Ia melempar susu tersebut ke arah Luana yang refleks ditangkap Luana.
"Berasa cantik banget ya, lo."
"Maksud kakak?" Tanya Luana heran karena tiba-tiba Ego berbicara seperti itu.
"Lo pikir gue mau ngasih sesuatu ke cewek jelek kayak elo?" Luana membelalakkan matanya. Ia kesal karena dikatai jelek oleh Ego.
"Lah? Emang kakak ganteng? Bentuk mirip kadal bunting gini!" Balas Luana marah. Ia mengembalikan susu kotak tersebut ke arah dada Ego. Membuat Ego sedikit terdorong ke belakang. "Asal kakak tau ya, aku gak kenal kakak. Aku gak minta susu ini sama kakak. Kakak sendiri kan yang setiap hari naruh susu ini di kolong meja aku. Hari ini aku lihat sendiri kakak mau naruh ini di sini. Terus bukannya ngaku, kakak malah bilang aku jelek. Maksud kakak apaan?"
"Gue bukannya gak ngaku, tapi kenyataannya gue emang gak bakal ngasih apapun ke cewek kayak lo."
"Tapi kenyatannya kakak naruh ini di kolong meja aku, artinya kakak ngasih ini untuk aku."
"Dengar ya," Ego melangkah hingga ujung sepatunya menyentuh ujung sepatu Luana. "gue gak kenal lo. Jangankan kenal, tau nama dan pernah lihat lo aja enggak. Jadi, buat apa gue ngasih sesuatu ke lo."
Luana mengepalkan tangannya kesal. Mulutnya terbuka ingin membalas, tapi Ego lebih dulu berkata. "Gue ngasih susu ini buat cewek yang duduk di sini dan setahu gue, yang duduk di sini bukan lo. Kalau emang lo yang duduk di sini, artinya selama ini gue salah orang." Ego melangkah berniat pulang meninggalkan Luana yang masih menahan kekesalannya.
"Kalau gitu kakak harus minta maaf!" Teriakan Luana membuat Ego yang sudah sampai di pintu berhenti dan menoleh kearahnya.
"Alasannya?"
"Karena kakak udah buat aku salah paham."
"Jadi, lo baper?"
Luana terkejut diberi pertanyaan tersebut. Memang dia sedikit mulai berharap jika apa yang dialaminya akan persis seperti cerita yang sering ia baca. Orang yang memberinya susu kotak setiap pagi akan menjadikannya pacar. Berakhir bahagia. Kurang lebih seperti itulah. Tapi kejadian yang dialaminya sangat jauh dari ekspetasi. "Enggak mungkin, lah!"631Please respect copyright.PENANAv0smqzQf3a
"Kalau gitu gue gak perlu minta maaf." Ego kembali melangkah. Meninggalkan Luana sendirian di kelas. Luana menggigit bibirnya dan...
BRAAKK631Please respect copyright.PENANA0OYgjutqGN
Ia memukul mejanya dengan sangat keras. Luana merasa dipermalukan. Luana merasa menjadi cewek yang mudah didapatkan. "Dasar cowok brengsekk!!!"631Please respect copyright.PENANAdMUbMReprE
Luana meninggalkan kelasnya dengan menghentak-hentakkan kaki. Tak lupa ia membuang susu kotak yang ditinggalkan Ego. Ia memandang jijik susu tersebut. Kalau bisa ia ingin memuntahkan semua susu yang sudah ia minum sejak pertama kali mendapatkannya.
Nama Ego kini ada dalam daftar hitam yang harus Luana hindari. Luana tidak ingin bermasalah dengan orang seperti Ego. Ego kini menjadi orang yang Luana benci.
****
Tidak ada yang tahu tentang takdir. Baik kamu ataupun aku.631Please respect copyright.PENANAEcJddVMySO
****631Please respect copyright.PENANAHHYKwJy0zT
Haii... Jadi gimana ceritanya? Kesal juga gak dengan Ego? Menurut kamu Ego yang salah atau Luana? Jangan lupa komennya yaaa...
ns 18.68.41.142da2