—Mount Everest
23.59 PM
Saat itu, suhu di Mount Everest menurun sangat drastis. Kala itu, keluarga Jollie tengah berlibur disana. Namun ketika menjelang tengah malam, Samantha, anak bungsu mereka tiba-tiba menghilang secara misterius. Lantas, seisi keluarga kaget dan mencari Samantha.
"Kemana anak itu?" Tanya sang ayah, Clerk dengan gusar.
"Kenapa kita harus cari dia malam-malam begini? Aku mengantuk! Kalian saja yang cari, aku tak peduli." Balas si putra sulung, Adam. Ia pun menyelimutkan dirinya dengan selimut dan kembali tidur.
"Anak nakal! Dia adikmu, harusnya kamu jaga dia dengan baik. Merepotkan saja!" Omel sang ibu, Melania sambil memukul anaknya itu berkali-kali.
"Sudahlah, mungkin dia sedang ke toilet! Nanti juga balik lagi." Ujar anak kedua, Robert. Tanpa memperdulikan apapun lagi, Robert segera kembali ke ruangannya dan tidur.
Amarah Melania jadi memuncak karena kedua anaknya bersikap apatis kepada adiknya sendiri.
"Bagaimana ini?" Tanya Melania kepada Clerk sambil menghela nafas kasar.
"Lebih baik kita cari besok saja, sudah tengah malam." Jawab Clerk dingin. Ia lalu berlalu meninggalkan istrinya di ruang tamu villa mereka.
"Ada apa dengan kalian?! Apa kalian gila?! Kenapa kalian tidak khawatir sama sekali dengan Samantha?!" Pekik Melania kesal.
Namun apa daya, tidak mungkin Melania pergi sendirian keluar villa untuk mencari Samantha. Lagipula, diluar begitu dingin membeku dan gelap gulita tanpa pencahayaan sama sekali. Pastinya berbahaya.
Akhirnya, Melania pun kembali tidur meski dengan perasaan cemas.
Keesokan harinya, ketika matahari mulai menampakkan sinarnya di cakrawala, rupanya keluarga Jollie itu masih saja terlelap dalam tidur mereka. Layaknya tak terjadi apa-apa semalam. Padahal, Samantha hingga kini belum kembali ke Villa.
Sebenarnya, kemana dia?
—Beberapa saat kemudian, Melania terbangun. Ia langsung menuju kamar Samantha, berharap anak bungsunya itu ada didalam sana. Namun harapannya pupus sudah, ketika melihat tempat tidurnya masih rapi layaknya tak ditiduri semalam.
Melihat anaknya menghilang, Melania langsung panik.
"CLERK! ADAM! ROBERT! SAMANTHA MENGHILANG!" Pekik Melania sambil menangis.
Pintu kamar pun langsung terbuka, dan Clerk dengan wajah yang masih mengantuk pun menguap sambil menggaruk kepalanya.
"Kenapa teriak begitu keras? Mungkin dia sedang bermain diluar." Ujar Clerk santai.
"Apa kau gila? Lihat tempat tidurnya! Bahkan sehelai selimutnya masih dingin tak tersentuh oleh nya!" Teriak Melania kepada Clerk, Hal itu membuat Clerk langsung mendadak panik.
"Hah? Bagaimana bisa? Kemana anak itu semalaman! Kenapa dia tidak pulang?" Ujar Clerk panik ketika melihat kamar Samantha yang masih rapi dan tak tersentuh sedikit pun.
Beberapa menit kemudian, Adam dan Robert pun datang dan menghampiri kedua orangtuanya yang panik.
"Ada apa ini?" Tanya Adam sambil mengusap matanya.
"Adikmu menghilang! Cepat bersiap-siap, kita akan mencari dia sekarang!" Teriak Clerk sambil mengambil sweater dan syal nya di meja tamu.
Adam yang tadinya separuh mengantuk, mencoba mengintip ke arah kamar adiknya, namun benar saja, tak ada apa-apa disana. Dimana Samantha?!
Robert yang sedari tadi disampingnya pun juga langsung ikutan kaget karena adiknya tidak pulang semalaman. Mereka pun buru-buru dan segera pergi keluar villa yang mereka tempati.
"Sekarang mari kita bagi daerah, kalian disebelah kiri, kami disebelah kanan!" Ujar Clerk kepada kedua putranya.
Meskipun sedikit malas, Adam dan Robert memutuskan untuk menuruti perkataan ayahnya.
—Sekarang sudah pukul 13.00, namun Clerk dan istrinya masih belum menemukan Samantha. Meski sudah diteriaki berulang kali, mereka tetap tidak bisa menemukan sosoknya.
"Samantha! Samantha! Kamu dimana, Nak? Cepatlah pulang!" Teriak Melania.
Sementara itu, Adam dan Robert menemukan sebuah goa gelap di balik semak belukar disana. Dipenuhi rasa penasaran bercampur dengan gelisah, Adam dan Robert mencoba mendekati dan memasuki goa itu dengan bantuan senter.
"S-samantha? A-apa kau disana?" Ujar Adam gemetar.
Namun tak ada balasan dari dalam goa itu.
"Samantha?" Panggil Robert.
Suara Robert menggema ketika hampir memasuki goa gelap itu. Mereka berdua bimbang, apakah mereka masuk atau tidak.
Akhirnya, karena merasa curiga, mereka berdua pun memutuskan untuk masuk ke dalam goa gelap itu, ketika melangkahkan kaki mereka ke dalam goa, sebuah suara menggema dari dalam goa muncul,
"Bersiaplah. Kalian yang akan menjadi korban berikutnya."
—To be continued.
ns 15.158.61.8da2