(𝐁𝐀𝐆𝐈𝐀𝐍 𝐊𝐄𝐓𝐈𝐆𝐀)399Please respect copyright.PENANADhaNtolNa0
𝙱𝚞𝚔𝚞 𝙷𝚊𝚛𝚒𝚊𝚗 𝚁𝚎𝚒
Setibanya aku di Sado, senior yang pertama menyambutku adalah Yuza, Takishima Yuza. Seorang dosen, sejarahwan sekaligus seniorku yang sangat aku hormati. Ia memutuskan untuk ikut dalam menyelidiki ledakan ini. Awalnya aku sangat merasa bimbang, pikiran kacau tak karuan, setengah hatiku tertinggal dirumah, tertuju pada dua malaikat yang sedang duduk tenang disana. Tak lama kemudian, seniorku yang lain, Kondou Sogo tiba selang 2 jam aku menginjakkan kaki disana. Dengan peralatan seadanya, ia juga ikut membantu kami berdua.
“Ini kan?” Naomi melihat buku yang diberikan Hiro padanya. Air mata sudah menumpuk di sudut matanya. Naomi terus menahan hingga akhirnya ia menyerah dan terduduk di lantai. Yuri sigap langsung menenangkan Naomi.
Hiro mendekati Naomi dan memegang pundaknya. “Jika kau belum siap, lebih baik kau-” Naomi menggeleng dan menarik nafas dalam-dalam.
❈ ❈399Please respect copyright.PENANAsnDibQY4Yg
𝟷𝟶 𝙵𝚎𝚋𝚛𝚞𝚊𝚛𝚒 𝟸𝟶𝟹𝟹
Hari terasa begitu berat, mungkin mereka belum menyadari. Pusat perbelanjaan pun masih ramai dikunjungi, anak sekolah lalu lalang berkejaran dan tersenyum bahagia. Beberapa lansia tampak tenang bercerita dengan tongkat di tangan. Yuza-senpai duduk di dekat perapian, kala itu masih menunjukkan pukul 4 sore, tapi udara musim dingin kian menusuk. Sogo-senpai baru saja pergi mengamati kota, dengan ditemani oleh salah seorang kerabat jauhnya.
Pandangan ku sedikit kabur, air mata sudah penuh, tak dapat ku bendung dan akhirnya meluncur tanpa henti di pipiku. Kala itu, yang menenangkanku adalah Yuza-senpai. Ia berdiri dan mendekatiku, menjabat tanganku dan membantuku berdiri. ”Berhentilah menangis, karena itu tidak akan merubah keadaan,” ucapan Yuza-senpai sedikit menguatkanku.
Ia memang benar, tak ada gunannya menangis.
Tak akan pernah bisa mengembalikan nyawa yang telah hilang dalam ledakan itu.
Istriku yang tercinta, anakku yang tersayang ..
Ayah akan pastikan bahwa nyawa mereka terselamatkan ..
𝟷𝟷 𝙵𝚎𝚋𝚛𝚞𝚊𝚛𝚒 𝟸𝟶𝟹𝟹
Hari itu masih sangat pagi, namun Sogo-senpai sudah menimbulkan kegaduhan yang mengejutkan kami. Sogo-senpai berlari mendekatiku tanpa melepas sepatunya. Ia melaporkan bahwa bukti yang aku kumpulkan memang benar dan semuanya menunjukkan bahwa ledakan selanjutnya adalah kota ini. Aku sangat senang mendengarnya.
“Kita akan menjadi pahlawan, kita akan menyelamatkan mereka semua.” Sogo-senpai hanya bisa menundukkan kepalanya. Dan menggeleng secara perlahan. “Pemerintah tidak akan percaya?” – “Lalu bagaimana?”
Senior Sogo tidak bisa menjawab pertanyaanku.
Lalu apa artinya kita disini? Hanya diam dan menikmati atau sekadar duduk saja sambil mengenggam tangan lalu menyesal.
“Apapun yang kita lakukan, hasilnya akan sama saja. Tinggal menunggu waktu- kita yang menyelamatkan mereka lalu kita menghilang atau menghilangkan mereka namun kita terselamatkan.” Yuza-senpai sangat santai kala itu, ia tidak melihat ke arah kami, padahal aku ingin tahu bagaimana raut wajahnya saat mengatakan hal yang sangat ambigu.
Aku sangat kesal. Tak aku sangka mereka berdua malah bertindak sebagai pengecut. ”Aku akan ke pasar membeli bahan untuk makan malam.” itu kata terakhirku sebelum ku putuskan untuk mengevakuasi semua orang.
Dimulai dari sudut kota hingga sampai tengah kota, aku berlarian sambil memperingatkan mereka. Walau tak banyak yang menanggapiku, setidaknya aku harus berusaha memberitahu mereka semua.
𝟷𝟹 𝙵𝚎𝚋𝚛𝚞𝚊𝚛𝚒 𝟸𝟶𝟹𝟹
Kenapa tak ada yang percaya? Mereka malah memandangku sebagai orang aneh. Melempariku dengan apapun yang ada di tangan mereka. Ahh ... sepertinya aku yang lebih terlihat sebagai pengecut. Wajar saja, Yuza-senpai dan Sogo-senpai memilih untuk diam, mungkin ini jawabannya.
3 jam sebelum kejadian.
Masih ada kesempatan meskipun tinggal 3 jam lagi. Aku berlari menyusuri jalan kecil yang menuju ke arah apartemen kami, keadaan di sana masih sangat tenang. Dasar bodoh, kalian semua akan mati. Aku berlari sekencang mungkin, berharap akan sampai tepat waktu di apartemen. Memberitahukan bahwa kita harus segera mengungsi.
Lariku tiba-tiba terhenti karena ada satu keluarga yang sedang kesusahan membawa bawaan mereka. Mereka melihatku dengan tatapan yang menyedihkan. “Tolong tuan, selamatkan kami.”
Tubuhku merinding, dari banyaknya orang di kota itu, hanya mereka berempat yang percaya. “Tuan, jika ucapanmu memang benar. Selamatkan kami, bawa kami sejauh mungkin dari kota ini. Aku mohon.” Seorang laki-laki seumuran denganku membungkukkan tubuhnya, diiringi dengan sang istri dan anak-anaknya. “Baiklah, aku akan membantu kalian,” ucapan itu keluar begitu saja, aku mengambil beberapa bawaan dan mulai memberikan instruksi untuk tetap mengikutiku.
Kami berlari sekencang mungkin, anak kecil itu tampak senang ketika angin musim dingin berhembus di sela-sela tangan mereka yang direntangkan ke udara. Kala itu aku berharap senior Yuza-senpai dan Sogo-senpai masih ada di sana.
Orang-orang yang kami lewati tampak heran melihat kami yang berlarian membawa bawaan yang besar. Mungkin mereka berpikir bahwa kami adalah pencuri atau semacamnya. Tapi aku menghiraukannya dan tetap menyuruh mereka untuk tetap mengikutiku. Aku ingin sesegera mungkin bertemu dengan Yuza-senpai dan Sogo-senpai- mengatakan dengan jelas pada mereka bahwa tidak ada salahnya kita mencoba.
Sesampainya di apartemen.
Kamarku sudah kosong, tidak ada lagi barang-barang yang tersisa. Mataku terbelalak, aku mencoba menghubungi Yuza-senpai dan Sogo-senpai, namun tak ada tanggapan. Aku terduduk lesu.
Lalu apa artinya semua ini?
Pikiran negatifku kembali keluar dan membiarkanku kembali menjadi seorang yang pesimis.
“Kita harus sesegera mungkin ke stasiun.”
Keluarga itu pun menuruti ucapanku dan mengikutiku dari belakang. Kami berjalan sedikit santai, karena jarak stasiun dan apartemen hanya sekitar 5 menit saja.
Apa mereka berdua meninggalkanku? Itulah yang aku pikirkan.
“Kemana kita akan pergi?” – “Tokyo”
Setibanya di stasiun. Istri laki-laki itu pergi membeli minuman, tinggallah aku dan anak perempuannya. “Beritahu aku, kenapa kau percaya denganku?” Laki-laki itu tersenyum. “Aku sangat percaya perkataanmu, untuk sesuatu hal yang menegangkan seperti ini, tidak ada salahnya percaya dan berusaha menyelamatkan diri.”
Kereta yang kami tunggu pun tiba, namun sang istri tak kunjung datang. Kami berdua berteriak dan mencoba mencari disekitar, namun tidak ada.
“Aku akan mencari istriku, tolong jaga anakku. Tolong!!”
Aku didorong oleh orang itu, lalu mengusir kami. Ia pergi berlalu dan meninggalkan kami berdua, aku melihatnya ... ia menangis.
Astaga, apa yang harus aku lakukan.
“Namanya Yuri.”
Laki-laki itu berbalik dan melambaikkan tangannya ke arahku, ia memperlihatkan senyuman yang menyedihkan kepada kami berdua. Sedangkan Yuri kecil hanya diam dan membalas lambaian tangan ayahnya.
“Yuriiiii ... tuan Rei ... tetaplah hidup.”
Menyadari ucapan laki-laki itu, aku pun menggendong Yuri kecil dan berlari ke arah kereta.
Tak lama kemudian, ledakan itu pun terjadi.
Seluruh orang yang ada di kereta itu pun panik dan histeris mendengar suara ledakan yang besar, beberapa orang terlihat tak percaya dan menangis sekencang-kencangnya.
Aku menyandarkan kepalaku dijendela, aku tidak berdaya saat itu- asap hitam terlihat jelas di udara. Yuri kecil masih mengenggam tanganku dengan erat, sesekali ia menatapku dan kembali menatap keluar jendela.
𝟸𝟺 𝙵𝚎𝚋𝚛𝚞𝚊𝚛𝚒 𝟸𝟶𝟹𝟹
Ledakan itu hampir menelan korban lebih dari 100 jiwa. Diantara mereka, ada orang tua dan adik Yuri. Aku sedikit melirik ke arah Yuri yang sampai saat ini belum bisa membaur dengan Naomi. Istriku juga berkata bahwa Yuri bilang ia tak nyaman di sini dan ini adalah keadaan yang tidak bisa dipaksakan. Istri ku juga menemukan sebuah kertas terselip di saku celana Yuri. Kertas yang bertuliskan alamat rumah neneknya.
Dengan kesepakatan, kami berdua pun memutuskan untuk membawa Yuri ke alamat itu. Saat itu seorang nenek keluar dan langsung memeluk Yuri,
Aku rasa dia tidak percaya jika Yuri selamat, ucap Nenek Yuri dengan suara yang bergetar.
Semenjak tanggal 14 kemarin, aku belum bertemu dengan Yuza-senpai dan Sogo-senpai. Mereka bahkan belum memberikan kabar tentang keadaan mereka. Di sela waktu, istriku membawakan tumpukan surat yang masuk selama aku tidak ada di sini, cukup banyak hingga pinggangku sangat pegal karena harus duduk lama membacanya.
𝟻 𝙰𝚙𝚛𝚒𝚕 𝟸𝟶𝟹𝟹
Aku memutuskan untuk kembali menulis di buku ini. Setelah beberapa waktu fokus untuk tidak menulis. Ada banyak hal yang ingin aku tulis.
Aku sudah bertemu dengan Yuza-senpai dan Sogo-senpai, untunglah mereka berdua baik-baik saja. Tapi bedanya, kini Sogo-senpai sudah menjadi polisi yang menanggani kasus peledakkan ini. Ia juga memperingatkanku untuk tidak mencari tahu lagi dengan tentang ledakan tersebut. Sedangkan Yuza-senpai tetap mengajar seperti biasa dan diam-diam tetap menyelidiki kasus ini.
Lalu bagaimana dengan ku?, gumam ku tadi.
Sepertinya aku harus mulai mencari hobi baru yang bisa dijadikan sebagai pekerjaan. Bos di tempat lamaku juga masih terus menghubungiku, apa sebaiknya aku tetap menjadi wartawan lagi? Hm ... sepertinya tidak. Terlalu berbahaya, apalagi sekarang masih hangat-hangatnya kasus ledakan ke 5 itu. Perasaanku juga belakangan ini tidak tenang.
Seperti ada yang sedang mengawasi kami.
𝟸𝟹 𝙽𝚘𝚟𝚎𝚖𝚋𝚎𝚛 𝟸𝟶𝟹𝟹
Aku sekarang sedang menghabiskan waktu bersama keluargaku di rumah orang tua Aoi. Sudah lama aku tidak menikmati matahari pagi di desa ini. Ayah dan ibu mertuaku pun sehat-sehat saja.
Aku sekarang sudah berhenti dari pekerjaanku, wartawan sangat membahayakan. Aku harus mulai mencari pekerjaan baru atau mulai membuka usaha dengan tabungan yang sudah ku kumpulkan. Tapi bagaimana dengan masa depan Naomi?
Jika saja aku melanjutkan pekerjaan itu.
Aku bisa hidup santai dengan wartawan sebagai pekerjaanku. Namun bukankah ini aneh, kita hanya mencari sebuah penjelasan dari kasus ini. Tapi tak lama setelah kami mendapatkan penjelasan, pemerintah malah membungkam mulut kami, apa mungkin pemerintah menganggap masyarakat tidak perlu tahu? Semua yang pernah berhubungan dengan pencarian langsung dihapuskan.
Lalu, bagaimana denganku?
𝟸𝟻 𝙽𝚘𝚟𝚎𝚖𝚋𝚎𝚛 𝟸𝟶𝟹𝟹
Bos lama ku menghubungiku lagi dan mengatakan bahwa ia ingin bertemu denganku. Tak biasanya ia seperti ini. Ia bukan tipikal orang yang mau banyak bicara dengan anak buah posisi rendah seperti ku.
Aku meninggalkan Aoi dan Naomi dirumah mertuaku. Sedikit berat, namun aku rasa ini yang terbaik. Aku juga sengaja meninggalkan setengah lebih halaman diary ini untuk Naomi baca dan tahu bahwa ayahnya merupakan orang hebat yang berhasil mengungkap misteri ledakan, meski tak seluruhnya.
𝟷 𝙳𝚎𝚜𝚎𝚖𝚋𝚎𝚛 𝟸𝟶𝟹𝟹
Sudah 6 hari aku terpisah dari keluarga kecilku, hatiku sangat berat meninggalkan mereka. Perasaan yang beda saat aku mengunjungi Nagano dan meninggalkan mereka.
Sial ... aku tak bisa berhenti menangis
Bos lamaku meminta agar aku bekerja selama 1 bulan dulu dengannya karena pegawai lain sedang sibuk menutupi kurangnya wartawan yang ditugaskan meliput skandal pemerintah baru saja terjadi. Aku ditugaskan sebagai kepala divisi pengawasan kinerja karyawan, yah meski divisi ini baru 2 tahun berdiri, mereka berhasil mendapatkan beberapa prestasi. Orang yang biasa mengisi posisi ini ternyata harus dirawat karena kecelakaan, jadi mau tidak mau- aku harus berada di sini.
Tapi, dadaku terasa sesak. Aku tak henti-hentinya merasa gelisah.
Terlalu banyak mata yang mengawasiku.
Terlalu banyak orang yang sedang memperhatikanku.
𝟷𝟶 𝙳𝚎𝚜𝚎𝚖𝚋𝚎𝚛 𝟸𝟶𝟹𝟹
Hari ini aku mengambil cuti dan mencoba bersantai. Rindu ini semakin tebal karena berbicara panjang dengan Naomi semalam. Aku berharap bisa segera pulang dan menghabiskan malam natal dan tahun baru bersama mereka.
Tapi, itu mustahil.
Hari ini aku bertemu dengan seseorang yang namanya saja aku tak tahu. Usianya tak jauh beda seperti ayah mertua, namun kelihatannya ia hidup dalam kesulitan. Aku mendapatinya sedang tersungkur di pinggir jalan. Tidak ada satu orang pun yang menolongnya.
Aku berpikir untuk menceritakan pada Aoi, tapi ku urungkan saja. Aoi tipikal wanita yang memiliki rasa cemas tinggi. Bisa-bisa ia nekat kemari dan menemani ku di sini.
Jadi ku biarkan saja laki-laki itu menginap di tempatku, ia sempat menceritakan kenapa dia bisa di sini. Dia bilang sedang menuju ke Oita. Tapi di perjalanan, ia tipu oleh seorang supir taksi dan malah menurunkannya disini. Semua uangnya sudah di bawa lari.
𝟷𝟺 𝙳𝚎𝚜𝚎𝚖𝚋𝚎𝚛 𝟸𝟶𝟹𝟹
Tidak terlalu buruk merawat orang tua, ia bahkan bangun lebih pagi daripada ku. Dia memasak seperti seorang ibu. Aku merasa sedikit senang karena ia sedikit mengobati rasa rinduku pada orang tuaku.
Kami pun sudah berkenalan, dan yang aku ingat, namanya Maeda Kuroh. Ketika ku tanya dimana keluarganya, ia hanya tersenyum dingin.
Lebih baik aku tidak bertanya lagi.
Musim dingin kali ini memang terasa sangat berbeda. Memandang langit jauh ke dalamnya, aku merasa tak akan melihat musim dingin dalam waktu panjang. Kala itu aku berpikir ingin cepat pulang, namun entahlah. Kakiku terasa sangat berat untuk kembali ke apartemenku.
Dan ternyata benar, tak lama kemudian, Sogo-senpai menghubungiku dan melarangku untuk kembali ke rumah ku. Karena polisi dan anjing pemerintah itu sedang mencoba menangkapku karena di nilai ikut campur dalam urusan pemerintahan.
Setelah itu aku langsung mematikan handphone ku dan mulai merapikan barang bawaanku. Maeda juga berpamitan dan kami pun berpisah di persimpangan jalan. Aku memberikan beberapa uang simpanan ku untuknya.
Aku berharap kau segera sampai di Oita, itulah yang aku katakan padanya.
𝟸𝟺 𝙳𝚎𝚜𝚎𝚖𝚋𝚎𝚛 𝟸𝟶𝟹𝟹
Selama 10 hari ini, aku hanya berdiam diri di kamar yang gelap. Yuza-senpai memberikan tempat persembunyian untukku. Sesampainya aku di sini, istri dan anaknya- Hiro menyambutku dengan baik.
Aku merindukan kalian, Aoi .. Naomi.
Aku diberitahu bahwa bos lamaku memberitahukan kepada pihak kepolisian bahwa aku pernah mengunjungi Niigata beberapa hari sebelum kejadian, bos ku juga mengatakan bahwa aku sempat mencari tahu tentang ledakan tersebut. Kecurigaan semakin meningkat di saat aku membawa seorang laki-laki paruh baya ke apartemen sementara ku.
Semua menjadi kacau, tidak ada lagi tempat untukku kecuali rumahku sendiri. Namun apa mungkin aku harus pulang dalam keadaan seperti ini. Bukankah ini hanya akan membuat beban baru di keluarga kecilku.
Sial, ada apa sebenarnya? Kenapa pemerintah begitu tidak ingin rahasia di balik ledakan itu terungkap?
Kesedihanku semakin mendalam karena baru kali ini melewatkan malam natal tanpa keluarga kecilku. Yuza-senpai mengajakku untuk minum sake bersama teman kerjanya di bawah. Aku menolak secara halus karena tidak ingin bergabung dalam keadaan menyedihkan seperti ini.
Aoi, Naomi, semuanya .. selamat hari natal.
𝟹 𝙵𝚎𝚋𝚛𝚞𝚊𝚛𝚒 𝟸𝟶𝟹𝟺
Waktu berlalu begitu cepat, sekarang aku sudah tidak ada lagi tempat berlindung.
Semalam, polisi mendatangi kediaman Yuza-senpai dan memeriksa semuanya. Yuza-senpai begitu hebat, instingnya terlalu tajam sehingga tahu bahwa tidak lama lagi polisi akan tiba dirumahnya.
Aku bergegas pergi keluar dengan penyamaran.
Apa yang harus ku lakukan sekarang?
Aku mencoba menyelamatkan negara, tapi akulah yang dianggap paling berbahaya. Mungkin ini saatnya, sudah saatnya aku menceritakan kenapa aku bisa menebak bahwa Niigata adalah lokasi ledakan keenam.
Namun sebelum itu, aku ingin memutuskan bahwa bukti yang aku tinggalkan ini disimpan rapi oleh Yuza-senpai, agar bisa di lihat oleh anakku, Naomi.
𝟷𝟶 𝙵𝚎𝚋𝚛𝚞𝚊𝚛𝚒 𝟸𝟶𝟹𝟺
Dan akhirnya aku benar-benar meninggalkan tempat Yuza-senpai sesaat setelah ku rekam semua ucapanku terkait perkiraanku terhadap lokasi ledakan. Aku tahu, ini sudah saatnya aku menyerah.
Namun setengah hatiku tertinggal disana.
Tertinggal di hati Aoi dan juga Naomi. Bahkan Aoi menangis ketika aku menghubunginya pagi ini, ia menyuruhku pulang agar mereka bisa ikut menyelesaikan semuanya denganku.
“Jika bukan aku yang memberitahukannya, lalu siapa?”
Tangis Aoi semakin kencang.
Ia memanggil Naomi dan menyuruhnya mengucapkan ucapan selamat siang.
Hatiku sakit, sungguh ... ini menyakitkan.
Tapi mau bagaimana lagi, jika aku terus melarikan diri, itu hanya akan menyiksaku. Ku akhiri panggilanku dengan ucapan selamat tinggal kepada Aoi. Aku masih ingin bicara banyak dengannya. Namun waktu tidak sempat, polisi sudah ada disekitarku sekarang.
Aku sudah menghubungi Yuza-senpai dan mengatakan semua bukti ada pada tempat yang ditinggalkan. Lalu jika waktunya sudah tiba, berikan buku ini pada Naomi.
Selamat tinggal, Aoi ...
Selamat tinggal, Naomi ...
Aku mencintai kalian ...
❈❈399Please respect copyright.PENANAGUxJW48dC7
Naomi masih meringkuk dalam kesedihan, air mata terus mengalir.
Menyakitkan ..
Hiro membuang wajahnya dan berbalik ke arah jendela. Ia juga tak mampu menahan air mata karena melihat keadaan Naomi. Begitu juga dengan Yuri dan juga Yato.
“Hiro, Yuri, Yato?”
Naomi perlahan berdiri, menghapus air mata yang sudah keluar, mencoba berdiri dengan tegar. Diremasnya buku yang masih ia genggam, menatap lurus ke depan dan mulai menarik nafas dalam-dalam. “Ayo kita pecahkan misteri ini.”
Senja itu merupakan senja yang penuh air mata. Penuh kenangan yang menyedihkan, penuh misteri yang mendebarkan dan penuh dengan tangis pilu yang menyakitkan.
❈❈❈399Please respect copyright.PENANANu9y3P5p5c