06.00
Daniel terbangun dari tidurnya. Menguap lebar, ia segera beranjak untuk membasuh wajahnya. Tiba-tiba, sesuatu mengganggu pikirannya. Semalam. Benar, apa yang sebenarnya terjadi semalam? Anak kecil, bulan ungu, dan patung-patung di sepanjang jalan. Sangat tidak masuk akal, pikirnya.
"Sepertinya aku mulai gila." Daniel terkekeh sambil menggeleng pelan. Ibu dan adiknya-- benar, ibu dan adiknya. Apa yang tadi malam itu, sungguhan? Ia mendekat dan membuka pintu kamarnya perlahan.
klek klek.
Daniel panik. "Mengapa pintunya tidak bisa dibuka?" Daniel sampai mendobrak pintunya. Saat hendak berteriak minta tolong, ia teringat sesuatu.
'..pintunya kan aku kunci semalam.'
Sungguh, Daniel merasa bodoh. Malunya sampai ke ubun-ubun. Namun ia langsung teringat akan ibu dan adiknya. Ia membuka pintunya sedikit, lalu mengintip dari sela-sela pintu.
Ruang tamu kosong. Ibu dan adiknya tidak ada di sana.
Daniel mengembuskan napas lega, lalu mengambil uangnya. Belanja kebutuhan harian.
Di perjalanan pulang, tangan Daniel dicekal oleh pria berpakaian aneh yang sangat mencolok di kerumunan. Semua yang dikenakannya berwarna hitam, lengkap dengan masker dan topi fedora yang juga berwarna hitam. Matanya setajam elang, menatap Daniel seolah dapat menembus jiwanya.
"Apa kamu sedang di landa kesialan, Anak Muda?" pria itu bertanya. Suaranya sedalam Palung Mariana, membuat Daniel sedikit bergetar.
"Maaf, tapi anda siapa?" Daniel berusaha keras menyembunyikan getaran pada suaranya.
Pria itu tersenyum misterius dibalik maskernya. "Berhati-hatilah, Nak. Ada yang sedang bersamamu, namun bukan di dunia ini."
Setelah mengatakan kalimat yang tidak masuk akal, pria itu berjalan meninggalkan Daniel yang segera menetralkan detak jantungnya.
"Dasar pria aneh-!" pekik Daniel pelan, takut akan ada yang mendengar umpatannya.
Sesampainya di rumah, Daniel merasa ada yang aneh dengan kamarnya. Hawa di dalam kamarnya sama seperti malam itu. Tapi Daniel tidak ingin berpikir aneh-aneh, jadi ia langsung menyalakan komputernya.
12.35
Daniel terus saja mencari penyebab halusinasi-yang dia pikir dia alami malam itu-dan efeknya, walau sudah berjam-jam mencari dan tidak menemukan jawaban yang dicarinya,181Please respect copyright.PENANAqU9s3up7HF
20.00
"Astaga, sudah malam." gumamnya. Daniel masih duduk di bangku SMA, dan besok hari Senin. Dengan panik Daniel mematikan komputernya dan menyiapkan tugas sekolah.
00.00
Daniel terbangun dari tidurnya saat merasakan suhu kamarnya semakin panas. Minimnya pencahayaan tak menjadi masalah bagi Daniel; ia memiliki penglihatan yang cukup baik. 'Oh, ternyata kipasnya mati,'' batinnya. Tangannya terulur untuk menyalakan kipas, namun benda itu tak kunjung mengeluarkan suara menyebalkan yang biasa terdengar saat dinyalakan. Daniel mengernyitkan dahinya, lalu berjalan untuk menggapai saklar lampu.181Please respect copyright.PENANANpMVOod0jR
Ctek. Ctek.181Please respect copyright.PENANANJ7jVZrBfc
Benda itu juga tidak menyala. "Apa sedang ada pemadaman bergilir? Bukannya itu masih minggu depan?"181Please respect copyright.PENANA4Ahoh0DV4j
Namun Daniel masih berusaha untuk tidak mengaitkan apapun yang terjadi saat ini dengan kejadian malam itu. Mengabaikan kipasnya yang masih tidak menyala, Daniel membuka jendela kamar dan kembali ke kasur dan berusaha melanjutkan tidur tanpa mimpinya yang terganggu.
ns 15.158.61.8da2