Aku terbangun di sebuah ruangan yang memiliki bau kimia. Aku baru sadar beberapa menit setelah bangun, bahwa aku lagi di rumah sakit, terlihat tangan kananku ada sebuah jarum infus yang di masukan ke nadi dengan selang menjulur sampai sebuah kantong plastik, yang berisikan sebuah suatu cairan. Aku tak sengaja membangunkan seseorang wanita yang tertidur dipinggiran kasurku, seketika dia memeluk dengan erat sembari menangis bahagia.
“Kakak… hentikan,” ucapku yang mulai sesak akan pelukan seorang wanita itu, tidak lain adalah kakakku.
Kakakku mulai melepaskan pelukannya serta tangannya membersihkan sisa air mata yang membekas di pipinya.
“Mana ada seorang kakak yang tidak bahagia, ketika melihat adiknya siuman dari koma,” ucap kakakku. Kakakku mulai menjelaskan, kenapa aku bisa koma? Yakni aku serta istriku yang berniat berbulan madu mengalami kecelakaan pesawat, dan hanya diriku yang selamat, aku telah koma selama tiga bulan. Kakakku juga memberitahukan bahwa dirinya akan menikah, tetapi sesaat aku mendengarnya sedikit menyakitkan di hatiku, seakan-akan aku tidak mau kakakku direbut oleh lelaki lain. Namun, aku hanya bisa tersenyum pahit mendengarnya, walaupun menyakitkan bagiku, tetapi asalkan kakakku bahagia, akan kubuang perasaan ini.
“Yo… Santosa,” panggil seorang pria yang memakai penutup mata yang bernama Alger Albercht. Aku mengalihkan pandanganku ke Alger. Tidak hanya Alger yang datang, tetapi semua temanku datang untuk menjengukku.
“Semoga kondisimu membaik,” ucap pria berambut pendek yang bernama Julian. Aku hanya mengiyakan saja, ketika semua temanku sudah balik, sekarang cuman kita berdua, yakni aku dan kakakku. Bermenit-menit kita berdua hanya terdiam tanpa suara. Canggung. Itulah yang kurasakan sekarang.
“Kak Sarah… kenapa kakak mau menikahi Vort, sedangkan kakak tahu, kalau aku benar-benar tidak suka dengannya?” tanyaku sebagai pembuka topik pembicaraan.
“Bagaimana, ya… Begini sejak kecil kakak memang sudah dijodohkan oleh Vort, walaupun pada awalnya aku menolak, saat lamarannya, tetapi pada akhirnya, aku memahani, bahwa untuk mencintai seseorang tidak harus dimulai dengan namanya ‘kekasih’ ” Jawab kakak yang membuatku sedikit terdiam, bukan karena aku kalah argument, tetapi pernikahan ini sudah diatur oleh keluargaku.
Aku mulai mengambil keberanian untuk bertanya tentang perasaanku.
“Kak… menurut kakak itu wajar tidak sesama saudara kandung saling mencintai dan menikah?” tanyaku sembari mengambil napas dalam-dalam. Kakakku yang mendengarnya sedikit tertarik.
“Heh? Maksudmu incest? Itu benar-benar tidak wajarlah, dan juga itu sangat menjijikan, lagipula negara kita sudah buat hukum tentang larangan orientasi seksual menyimpang dan gangguan seksual, dan juga hukumannya itu hukuman mati.” Jawab kakakku. Aku yang mendengarnya sedikit tidak percaya, apa yang dikatakan oleh kakakku, apalagi tentang negaranya yang sudah buat hukuman berat bagi pelanggarnya.
Tiga hari kemudian, aku sudah dibolehkan pulang oleh pihak rumah sakit. Sekarang aku sedang di rumahku. Sepi. Itulah yang kurasakan. Aku langsung berjalan ke kamar tidur, lalu rebahan sejenak, dan akhirnya tertidur.
Ketika aku terbangun dari tidurku, tetapi ada yang aneh, yaitu aku tidak terbangun di kasurku, melainkan aku terbangun di lantai, yang di mana semua ruangannya berwarna putih. Aku mencoba untuk mencari jalan keluar, tetapi seluruh ruangan ini tidak ada sama sekali pintu, hanya ruangan putih yang tak terbatas. Muncullah seorang wanita yang berjalan ke arahku. Wanita itu memiliki wajah yang sangat mirip dengan kakakku, bahkan aku hampir tidak bisa membedakan wanita itu dengan kakakku. Kembar. Itulah yang kupikirkan.
“Selamat datang di ruang dimensi, diriku di dunia ini,” ucap wanita itu yang membuatku heran, lantas aku bertanya, apa yang terjadi? Lalu dia menjelaskan bahwa wanita itu adalah aku di dunianya, sedangkan aku adalah dia di duniaku. Setelah dia menjelaskan apa yang terjadi, aku benar-benar marah, bagaimana bisa kakakku mati ditangan oleh calon suaminya, walaupun belum tentu suaminya adalah jahat, tetapi itu sudah membuatku marah.
“Sepertinya waktuku sudah tidak lama lagi,” ucapnya sebelum menjadi serpihan-serpihan cahaya. Setelah ia menghilang, seketika cahaya menyilaukan yang membuatku menutup mata. Setelah cahaya yang menyilaukan sudah menghilang, secara perlahan-lahan aku buka mataku, aku sedikit menghela napas. Akhirnya, aku kembali lagi.
Waktuku hanya seminggu untuk menyelamatkan Kakak serta nyawaku, saat itulah aku datang ke rumah kakakku. Di dalam rumahnya aku menjelaskan apa yang terjadi, tetapi saat aku mulai menjelaskannya, tiba-tiba waktu melambat, dan dadaku sakit seperti jantungku diremas sangat kuat, seketika aku kembali sadar dengan memandikan keringat, kakakku yang melihatnya khawatir sembari berkata, “Kamu kenapa?” aku hanya menggelengkan kepalaku sebagai tanda tidak apa-apa. Akhirnya, aku pulang dengan tangan kosong. Saat itulah aku bertanya pada diriku sendiri. Ada apa sebenarnya? Perjalanan pulang kuhabiskan untuk berpikir.
Hari ini, tepat hari pernikahan kakakku, aku menghadiri pesta pernikahannya. Aku melihat senyum bahagia kakakku yang benar-benar indah. Namun, hatiku yang sekarang sangat hancur, ketika melihat kakak bahagia bersama orang lain, bukan dengan diriku, tetapi aku harus menutupi rasa sakit ini dengan senyuman. Sampai selesai acara pesta pernikahan, aku bisa balik, setelah memberi hadiah pernikahan serta selamat, kini aku berada di pinggir kasur dengan wajahku tenggelam dalam lekukkan kaki, sekali-kali aku melihat photo Kakak yang sedang bersama denganku, terlihat sekali ada bekas aliran air mata yang jatuh. Sampai saat itu aku hampir melupakan, bahwa aku harus menyelamatkan kakakku. Aku langsung mengganti pakaianku, setelah itu aku segera berangkat dengan motor. Melaju sangat kencang, alangkah beruntungnya sebelum mereka berdua berbulan madu, aku udah memasang GPS di badan kakakku.
Tanda GPS berhenti disebuah rumah yang sangat mewah, sesaat aku mencoba masuk, aku dicegat oleh dua orang yang berpakain layaknya bodyguard, lalu aku mundur untuk berpikir, bagaimana caranya untuk melewati mereka, sebagai memastikan kalau kakak ada di dalam aku menelepon kakakku, apakah benar ia aman, atau tidak, lalu teleponnya diangkat.
“ Kakak… apa kamu aman?”
“Maksudmu apa? Santoso.”
“Kakak baik-baik aja, kok… jangan mengkhawatirkan kakak lagi, ya.” Sejenak aku terdiam mendengar jawaban kakakku, apakah diriku dari dunia lain itu berbohong, sedangkan saat ini kakakku aman-aman saja. Namun, itu semua masih belum menyakinkan. Setelah itu aku mengakhiri teleponannya.
Di tempat kakakku berada. Sebuah ruangan yang penuh dengan alat-alat penelitian serta besi-besi yang bergerak.
“Sara, kamu tahu kenapa di bawa ke sini?” ucap Vort yang bertanya ke istrinya. Sara hanya menggelengkan kepalanya. Vort hanya menghela napas.
“Seperti yang kamu lihat ini adalah ruang penelitianku, tetapi dua tahun yang lalu penelitianku ditutup oleh pemerintah tanpa alasan, kamu tahu, apa yang kulakukan semenjak itu? Aku mencoba mencari tahu dibalik ini semua, pada akhirnya, aku menemukan seseorang dibalik ini semua, yaitu Kin Yukio seorang pejabat pemerintah,” jelas Vort yang tangannya sudah mengepal kuat-kuat, terlihat air mata meluncur di ke dua pipinya, Sara langsung memeluknya dengan erat dengan tangan lainnya menyentuh tangan Vort sembari berbisik.
“Tenang, Sayang… Semua ini pasti ada hikmahnya, sekarang dirimu tidak usah mengkhawatirkan penelitianmu yang dulu, justru kamu harus membuktikan dirimu masih layak.” Vort langsung melepaskan pelukannya sembari menghapus jejak-jejak air mata.
“Ternyata aku tak salah memilihmu sembagai istriku,” ucap Vort dengan wajah tersenyum lebar.
Tiba-tiba seorang wanita dewasa berpakain layaknya seorang pejabat dengan membawa satu pleton dengan membawa senapan laras.
“Wah… ternyata ada penyusup ya…,” ucap wanita dewasa itu sembari menepukkan kedua tangannya sembari melanjutkan ucapan yang belum selesai. “Hebat kamu ya….”
Vort langsung memajukan dirinya untuk melindungi Sara, Sara bersembunyi dibalik punggung suaminya.
“Aku akan pergi dari sini sekarang,” ucap Vort yang menarik tangan istrinya untuk pergi, tetapi tiba-tiba sebuah proyektil panas mengenai kaki Vort, Sara yang melihat langsung memeluk suaminya yang hampir terjatuh, terlihat jelas wajah yang khawatir.
“Apa yang kamu lakukan terhadap suamiku!” kesal Sara. Kin Yukio itu hanya memasang wajah tersenyum lebarnya, lalu dia memerintahkan untuk menembaknya lagi. Dua peluru mengenai kaki dan satu peluru mengenai lengan kanannya. Vort hanya bisa berteriak kesakitan dengan darah yang mengalir dari lubang-lubang baru ditubuhnya.
“Sara… jika kamu ingin selamat…, tolong minum ini, kamu akan memiliki kekuatan super selama satu jam,” ucap Vort sembari memberi sebuah botol yang berisi cairan aneh. Sara yang melihat botolnya sedikit ragu, karena ia tidak mau meninggalkan suaminya dan sisi lain dirinya ingin selamat.
Sekarang aku berada di dalam rumah. Aku heran, kenapa seketika penjaganya tiba-tiba tidak ada, lalu aku dengan mudah memasuki rumah ini, bahkan didalam rumah sebesar nan mewah ini, seperti tak berpenghuni. Aku terus berlari, sampai akhirnya, aku berhenti, seketika mendengar suara tembakan. Aku berlari mengikuti suara tembakan itu, sampai akhirnya, berhenti di sebuah ruangan yang memiliki pintu keamanan canggih itu terbuka begitu saja, lalu aku masuk dengan perlahan-lahan, agar tak membunyikan langkah kakiku diriku, betapa kagetnya aku, ketika semua orang-orang menodongkan senjatanya ke arah kakakku dan Vort yang sedang terluka, lalu dengan sekuat tenaga aku berlari menghampiri kakakku.
Kakak yang melihatnya langsung berteriak kepadaku untuk berlari, tetapi diriku tiba-tiba kehilangan keseimbangan, karena tertembak oleh salah satu orang. Terjatuh dengan darah yang keluar dari lubang yang dibuat oleh peluru itu, aku tetap menghampirinya dengan menyeret tubuhku sendiri, kakakku hanya bisa menutup mulutnya, dia tak kuat melihat adiknya sampai segitunya. Darah yang membekas di lantai seakan-akan itu hanya sebuah cat warna merah yang dioleskan oleh kuas.
“Aku akan melindungi kakakku dan orang-orang yang peduli kepada kita!!!” ucapku sebelum ditembak beruntun lagi. Banyak peluru yang mengenai tubuhku, banyak darah yang keluar dari tubuhku, mukaku yang pucat serta pandangan yang kabur menandakan, bahwa aku sebentar lagi akan berakhir, tetapi sebelum kehilangan kesadaran, kakakku melemparkan sebuah botol kaca yang sepertinya tahan dengan tekanan serta jatuh, ya.
Aku langsung meminumnya, karena aku percaya dengan kakakku bahwa cairan yang rasanya sangat aneh itu memiliki suatu, dan benar saja, semua lukaku dengan cepat menghilang dan staminaku serasa diisi penuh secara mendadak. Aku berdiri, lalu menatap tajam mereka semua.
“Takkan kumaafkan kalian semua yang telah berani menyakiti kakakku!” ucapku. Aku langsung berlari dengan sangat cepat, lalu mematahkan leher mereka satu-persatu, mereka semua hanya terdiam dengan kepala menengok sana-sini mencari keberadaanku, sampai akhirnya aku mematahkan leher mereka semua, dan hanya tersisa wanita dewasa itu yang tetap santai.
“Sangat hebat! Sepertinya Vort bisa kumanfaatkan lagi untuk membangunkan senjata biologi,” ucap wanita dewasa itu. Keluar seekor anjing berkepala tiga yang lumayan besar.
“Anjing ini bukan, seperti anjing biasa, tetapi anjing ini telah dimodifikasi genetiknya.” Anjing itu menyerang diriku dengan cakarnya, tetapi dengan mudah kuhindari, lalu aku mencoba meninju. Namun, tubuh anjing itu secara mendadak mengeras, setelah itu ia mengambil jarak, terus ia melemparkan banyak duri dari tubuhnya, beberapa tubuhku terkena duri.
“Kulitnya sekeras badak, durinya setajam landak,” ucapku sembari berlari ke arah anjing itu dengan membawa pisau di tangan kanannya, saat aku menusuk tubuhnya, secara tiba-tiba tubuh anjing itu menggulung tubuhnya, sampai-sampai pisau yang menusuknya patah, saking kerasnya kulit anjing itu, lalu tubuh yang menggulung itu keluar duri-duri selayaknya landak, terus tubuhnya berputar yang lama-kelamaan semakin cepat, saat sudah cukup cepat putarannya, lalu ia mengarah ke arahku, tetapi dengan lihai aku menghindari, selanjutnya aku memasang posisi selayaknya penjaga gawang, anjing itu yang berputar ke arahku, berhasil kuhentikan dengan kedua tanganku, kedua tanganku yang telah banjir darah, tangan kanan aku dengan cepat mengambil sesuatu di bajuku, tetapi seketika tangan kananku terputus. Aku masih tak percaya tangan kananku putus begitu saja, setelah itu tubuhku dihempaskan oleh ekornya.
“Sial!!” meringis diriku yang melihat tangan kananku terpotong. Anjing itu tak memberiku istirahat dengan cepat, ia muncul dihadapanku dengan ekor yang siap menyerang secara vertikal, tetapi aku menahannya sembari berkata. “Jangan Meremehkan!” aku langsung membanting anjing itu ke bawah, lalu melempar anjing itu, tapi anjing itu langsung menyesuaikan tubuhnya saat terlempar dengan munculnya sayap diantara keempat kakinya.
“Sial! Anjing ini punya berapa banyak campuran ditubuhnya,” ucapku dengan kesal melihatnya. Tiba-tiba sebuah tangan besar tumbuh ditubuh anjing itu, tangan primata, lalu anjing itu berdiri sembari menepuk dadaknya selayaknya gorilla, anjing itu dengan cepat menyerangku, tetapi dengan mudah kuhindari. Namun, seketika tubuhku dicenkram oleh tangan primata, lalu ia membantingkan tubuhku sampai membuat kawah, aku memuntahkan darah cukup banyak.
Pandanganku mulai kabur serta wajahku yang pucat. Sebuah energi tiba-tiba menyelimuti tubuhku, lalu dengan tiba-tiba aku meninju anjing itu sampai terpental, terus aku aku mengambil besi tajam dari meja yang patah, selanjutnya aku berlari, dan dengan sekuat tenaga aku menusuk besi itu di mata kanannya, sehingga anjing itu mengonggong sangat keras, seketika aku melempar bom yang kuambil dari tangan kananku yang putus ke mulut anjing itu, sehabis itu aku melempar kembali anjing itu, agar menjauh dariku.
Semua kulitku mengelupas, energi yang menyelimutiku menghilang, seketika tubuhku ambruk. Aku melirik anjing itu mencoba berdiri, selagi anjing itu mencoba berdiri, aku menarik diriku ke arah kakakku, tetapi yang aku lihat adalah kakakku sudah terbaring tak berdaya dengan pisau tertancap di perutnya, bahkan hanya kita berdua saja di sini dan juga seekor anjing. Aku dengan cepat menarik tubuhku, tetapi darah yang sudah banyak terbuang membuatku melemah.
Anjing itu tiba-tiba meledak, darahnya muncrat kemana-mana, bahkan diriku terkena cipratan darahnya. Aku yang masih menyeret tubuhku, wajahnya memucat serta pandangan yang sudah mulai kabur, karena kekurangan darah, sesaat sedikit lagi tanganku menyentuh tangannya, seketika aku kehilangan kesadaran.
“Tidak kusangka dia bisa membunuh anjing itu.”
“Bagaimana?”
“Percuma saja, apa yang kamu buat itu hanya menaikkan kekuatan berkali-kali lipat, tak ada yang khusus.”
“Jangan langsung menilai, jika kamu belum melihat sampai akhirnya.
Kepalaku pusing sekali, aku buka mataku secara perlahan-lahan, seketika aku melihat apa yang aku lihat itu adalah sosok kakakku. Aku baru sadar, ternyata kepalaku berada di kedua paha kakakku. Nyaman, itulah yang kurasakan seakan-akan aku ingin seperti ini selamanya.
Aku mulai memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanku kepada kakakku. Menghela napas dahulu, sebelum aku menyatakan perasaanku.
“Kakak… sebenarnya aku mencintaimu, lebih dari siapapun yang kucintai selain dirimu, aku mohon jadilah istriku, lalu kita bisa memulai ini dari nol.” Kakakku yang terdiam. Namun, tiba-tiba kakakku meneteskan air mata sembari berkata, “Terimakasih sudah mencintaiku, tetapi aku sudah menikah dengan Vort, walaupun sebenarnya aku mencintaimu juga. Namun, hukum dan moral di masyarakat kita yang menganggap ini sangat tercela, maka dengan itu aku terus memendam perasaanku, sampai aku melupakan perasaan yang seharusnya tidak begini, sehingga aku bertemu dengan Vort… aku pikir, jika aku bisa menikah dengan Vort, maka perasaaanku terhadapmu akan hilang, tapi… percuma saja, perasaan ini tak akan menghilang begitu saja karna ini sangat menyakitkan bagiku.” Setelah itu perlahan aku memajukan kepalaku, sesaat bibir ingin saling bertemu secara tiba-tiba kepala kakakku melayang begitu saja, selayaknya ditendang oleh pemain ruby.
“Hoiii…. Apa-apaan ini? Cinta terlarangkah, lagipula dia sudah menjadi milikku, dasar perempuan murahan.” ucap pria yang sangat kukenal, yaitu Vort yang dengan santai duduk di sebuah singgasananya yang terbuat dari kerangka-kerangka manusia. Aku yang masih terdiam serta tidak percaya apa yang terjadi, walaupun darah kakak muncrat ke wajahku.
“Apa yang kau lakukan pada kakakku, Hah!!!” teriakku yang benar-benar sangat marah terhadapnya. Aku berdiri dengan menatap tajam ke arah Vort. Vort yang ditatap begitu cuek saja, lalu tak lama kemudian datang lima orang, yakni Kin Yukio, Kaito Suzuki, Victoria, Armand dan juga Henzie.
“Sepertinya, kita akan mengakhirinya dengan cepat, dengan melihat kondisimu,” ucap Vort dengan santai.
Aku yang sangat marah, membuat darahku mendidih dan hanya satu kalimat yang kupikirkan, yakni membunuh mereka, terutama Vort.
“Dengan menyebut Engkau, Tuhanku. Aku meminta sedikit kekuatan-Mu. Berilah aku cahaya penerang di setiap langkahku. Kumohon berilah aku kekuatan untuk mengalahkan para pendosa!” ucap mantraku. Tangan kananku yang telah putus, tiba-tiba molekul cahaya membentuk tangan kananku, bahkan bisa digerakkan selayaknya tanganku, tak sampai itu saja kedua punggungku muncul sayap, di mana sebelah kanan berwarna putih selayaknya sayap malaikat, sedangkan sebelah kiri berwarna hitam selayaknya sayap iblis, dan di atas kepalaku ada cincin yang memiliki warna yang sama dengan sayapku.
“Mari kita bertarung,” ucapku dengan senyum kepuasan.
Victoria maju dengan sabit besarnya, lalu ia menyerang diriku secara vertikal, aku sudah mengetahui gerakannya, tetapi secara tiba-tiba seranganya yang tadi vertikal berubah menjadi horizontal. Namun, dengan mudah kutahan dengan tangan cahayaku, seketika Henzie muncul di balik punggung Victoria, tatkala ia menembakkan beberapa peluru dari pistolnya, aku menepisnya dengan pelindung yang kubuat, walaupun aku sedikit terdorong, sehabis itu Kaito muncul dengan sosok monster sembari menebas katananya yang panjang ke arahku, seketika permukaan yang awalnya rata menjadi sebuah kawah besar serta kepulan debu yang menutupi pandangan. Kaito sedikit heran apa yang terjadi, sesaat kepulan debu sudah menghilang, memperlihatkan aku yang sedang menahan pedang besar itu dengan tangan cahayaku, Armand lalu muncul di belakangku dengan distorsi dimensi yang dibuat oleh Victoria, menebas, lalu aku menghindar, walaupun aku sedikit tergores dibagian pipi kiriku. Darah mengalir dipipi kiriku.
“Ini sudah berakhir, Santoso!” teriak Vort. Sebuah peti muncul dari dalam tanah, saat peti itu terbuka muncul banyak tangan hitam pekat beraura kelam, tangan itu langsung melayang ke arah diriku, lalu diriku hanya terdiam saja sembari menutup mata, tatkala tangan itu sedikit lagi menggapaiku, aku langsung mengeluarkan ledakan energi sampai-sampai tangan-tangan itu musnah, dan peti itu hancur lebur menjadi debu berterbangan.
“Tuhan berikanlah aku kekuatan lagi!” teriakku sambil berlari sangat kencang.
Armand yang tak percaya salah satu serangan yang tak bisa dipatahkan, sekarang dengan mudah dipatahkan.
Aku langsung menghantam perut Armand, Armand yang belum siap menerima serangan mendadak, seketika mental sangat jauh sampai akhirnya dirinya terhantam tembok besi, bahkan temboknya membentuk sebuah kawah, Armand langsung terduduk tak berdaya sembari memuntahkan darah yang cukup banyak.
Kaito yang melihatnya langsung berlari sangat cepat dengan muka marahnya, lalu dia melemparkan lima dagger ke arahku, tetapi aku bisa menghindarinya, setelah itu Kaito berpindah tempat dan melakukan hal sama, yaitu melemparkan lima dagger, setelah sosok itu memberi gelombang angin yang sangat tipis serta tajam. Namun, gelombang angin itu kupatahkan dengan mengenggamnya, tapi itulah rencana Kaito yang sebenarnya, itu mengubah gelombang angin yang tadi memanjang menjadi terpisah, karena dipatahkan, lalu gelombang itu mengenai sepuluh dagger acak dan menyebabkan ledakan energi, karena sesaat gelombang itu mengenai dagger, seketika sebuah energi bergerak ke satu arah, yakni ke subject yang ada bekas gelombang angin itu tersebut.
Dalam waktu diperlambatkan, aku menukar tempat dengan Kaito tanpa membawa sosok Empat Mata Angin itu. Waktu kembali normal. Ledakan sangat hebat, Aku langsung menyerang sosok empat mata angin dengan memunculkan duri-duri besar dari ketiadaan, seketika Kaito yang terkena ledakannya serta sosok empat angin yang menghilang, terlihat hampir tubuhnya penuh dengan luka bakar.
Sekarang tinggal dua orang lagi, yakni Victoria dan Henzie. Aku yang sekarang sudah berubah sekali, terlihat dengan tubuhku, sebelah kiri menjadi tubuh monster, dengan muka bagian kiri berwarna kelam, mata berwarna merah menyala serta sebuah tanduk muncul di dahi, berbeda sangat jauh tubuhku yang di sebelah kanan yang masih manusia, hanya saja memancar aura-aura kehangatan serta kenyamanan. Aku sudah berubah menjadi sebuah eksitensi baru, entah aku sekarang itu malaikat, iblis atau pun manusia.
Victoria buat distorsi dimensi, lalu mereka berdua masuk ke dalam distorsi dimensi itu, aku hanya terdiam. Distorsi dimensi terbentuk di belakang diriku, aku yang masih belum sadar kehadiran mereka, secara tiba-tiba Victoria melompat sembari sabit yang siap menebas serta Henzie yang menembakkan proyektil panas. Namun, sayap putihku menangkap tubuh Victoria yang sedang melayang, sedangkan sayap hitamnya menepis proyektil panas, lalu aku menghempaskan tubuh Victoria sampai-sampai membentuk kawah serta Victoria memuntahkan darah yang cukup banyak, terus muncul sebuah tombak-tombak cahaya dari bawah tubuhnya.
Sayap hitamku masih mencoba mengenai Henzie, tetapi Henzie dengan lihai menghindar, lalu Henzie maju menyerangku, tetapi aku menyerang dengan sayap hitam yang mengeluarkan cemeti yang terus mengincar dia, walaupun begitu Henzie dengan lincah menghindarinya. Sampai akhirnya, dia tiba di depan dengan tangan yang sudah siap meninju mukaku, mukaku tertinju sampai terpental, lalu cemeti milik Vort yang muncul dari singgasananya, menusuk tepat di jantungku, lalu Kin Yukio dengan mudah memotong kedua tangan serta kedua kakiku.
“Sialan!!!” teriakku. Darah yang terus mengalir dari kedua tangan dan kaki yang sudah terpotong, seketika aku sangat kaget saat mereka semua masih hidup.
“Bagaimana rasanya ditipu? Menyenangkan, bukan,” ucap Kaito dengan nada ejek. Seorang pria berambut mangkok datang dari pintu utama.
“Sepertinya kalian bersusah payah untuk menangkap ini.”
“Ya, begitulah sampai-sampai jurus penyegel Armand bisa dipatahkkan begitu saja,” ucap Kaito sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu tubuhku diangkat oleh rantai milik Armand, sekarang tubuhku tanpa kedua kaki dan tangan terikat oleh rantai hitam yang memiliki aura kengerian yang sunguh menyeramkan.
Pria berambut mangkok itu yang bernama Hutykov yang memiliki kekuatan pengendali alam, langsung menyuruh pasi-pasir yang ada di dibawah tubuhnya itu untuk menelanku.
“Aku tidak akan pernah memaafkan kalian semua, terutama kau, Vort!” ucapku yang penuh dengan kebencian. Sejenak aku melihat kepala kakakku yang sudah terputus itu, lalu aku pun tersenyum sembari menutup mataku.
“Dasar… betapa bodohnya diriku ini, mana mungkin cinta terlarang ini berjalan happy ending,” gumamku yang sedang mengingat kembali kenang-kenangan bersama kakakku. Tubuhku yang sepenuhnya tertutupi oleh pasir milik Hutykov, sebelum sepenuhnya tubuhku ditelan, Armand mengambil darahku dengan sabitnya, lalu Armand memanggil peti kematian, dengan tenang tubuhku yang telah diselimuti oleh pasir itu ditarik oleh tangan-tangan hitam yang berasal dari peti itu, sesudah tubuhku disegel peti itu, peti itu tertelan ke tanah.
“Kin… apa selanjutnya?” tanya Kaito dengan tatapan tajamnya.
“Sebelum kita melanjutkan rencananya, sepertinya ada beberapa tikus yang harus kita basmi,” ucap tenang Kin sembari menembakkan proyektil panas ketembok, lalu ada seseorang muncul dari balik tembok itu.
“Apa yang kalian lakukan?” ucap pria bertato hariman dan naga yang sedang bertarung.
“Hah?? Sudah jelaskan membunuh si kembar itu, karena terikat cinta terlarang,” ucap Kaito dengan enteng menjelaskan.
Pria bertato itu langsung memasang kuda-kuda, lalu pria itu menghilang, seketika ia muncul di depan Kaito dengan tangan yang siap meninju, Walaupun Kaito sudah menyiapkan pelindung dari sang empat angin. Namun, pelindung itu hanya kuat untuk menahan satu pukulan, saat ia melancarkan pukulan keduanya, seketika pelindung yang sudah retak akibat dari pukulan sebelumnya hancur lembur, Kaito yang terkena pukulan itu terpental sangat jauh, bahkan tembok yang dihantam oleh Kaito hancur lembur. Kaito langsung tak sadarkan. Semua orang langsung mengambil jarak, terkecuali Victoria yang sabitnya sudah melayang ketubuhnya, tetapi hanya beberapa centi lagi, tiba-tiba sabitnya patah menjadi dua, Pandangan Victoria langsung kosong seperti tidak ada jiwanya, lalu ia langsung menusuk perut Victoria dengan sabitnya yang sudah patah, sabit itu menembus perut Victoria, Victoria terjatuh begitu saja tanpa adanya jeritan kesakitan.
“Kuperintahkan kau untuk diam!” Perintah Kin. Namun, ia terus berjalan, karena gelombang suara dari Kin kalah dari gelombang suara lain.
Sebuah suara yang sangat keras layaknya sebuah mikrofon.
“Darimana asal suara berisik ini!” kesal Kin, karena ia sudah tahu mematahkan trik dari kekuatannya.
Dari ketiadaan muncul sosok pria berambut panjang yang menutupi mata kirinya, dan di sampingnya terdapat dua makhluk kecil bulat, yaitu sebelah kiri makhluk berwarna pink sembari menyanyi dengan mic di tangannya, walaupun kita tahu bahwa itu bukan nyanyian, malah lebih tepatnya suara absurd, lalu sebelah kanannya makhluk berwarna biru dengan kacamata hitam, tak lupa senjata machine gun di kedua tangannya.
Dari belakang tubuh pria berambut panjang itu muncul ratusan wanita yang sama persis, seketika tembok hancur, lalu sebuah tank masuk, selanjutnya keluar sosok pria berambut emo dan seorang wanita berambut panjang yang dibiarkan tergerai saja….762Please respect copyright.PENANAMv8Z32QfZe
“Mari kita mulai pertarungan ini….” 762Please respect copyright.PENANACRVRfJM3Go
Selesai762Please respect copyright.PENANApqz6p6rPbG