Tersebutlah sebuah kisah dari seorang gadis ditanah Eropa. Gadis tersebut sangat sempurna. Memiliki tubuh ideal, penyabar, tidak sombong, dan pintar. Semua kesempurnaan dari seorang gadis adalah perwujudan dari dirinya sendiri.
Gadis tersebut bernama Claudia. Berumur 16 tahun, dan sudah menjadi sosok yang ideal bagi kebanyakan orang dilingkungannya.
Karena sosok Claudia yang sangat sempurna, tidak sedikit dari teman dan orang dilingkungannya yang tidak suka dengan kehadiran Claudia disekitar mereka. Bahkan keluarganya pun sangat muak dengan kehadiran Claudia didekat mereka, tapi keluarga Claudia tidak dapat merealisasikan kekesalan mereka sebab Claudia merupakan kandidat yang diharapkan oleh negara bahwa dia akan meneruskan kesejahteraan negeri mereka. Dengan kata lain, Claudia tidak memiliki seorang teman.
Suatu hari Claudia sedang berada diruang kelas yang kosong, tengah bersiap setelah membantu guru dan memasukkan barang bawaannya kedalam tas untuk segera pulang kerumah. Namun, tiga gadis kelasannya menghampiri kearah Claudia.
"Hei, Nona Claudia…. Apa yang bisa kami bantu???" Dengan nada mengejek
"Tidak, terima kasih. Aku bisa pulang sendiri" Balas Claudia ramah
"Lihat itu, wajah yang menjengkelkan"
"Benar, Nona Claudia…."
Ketiga gadis tersebut adalah Eliery, Rory, dan Mary. Mereka adalah gadis pembuat masalah disekolah dan biasa menindas pada gadis lain yang tidak mereka sukai.
Melihat Claudia Sang murid baru yang pindah dari Asia. Mereka langsung menargetkan Claudia untuk menjadi mainan mereka selanjutnya.
Sudah sebulan lebih Claudia pindah, dan selama itu pula mereka mempermainkan Claudia. Tidak hanya sekali, para guru yang mengetahui hal tersebut sudah sering memberi hukuman, tapi tidak mereka tidak kunjung jera, bahkan semakin sering mempermainkan Claudia saat mendengar bahwa dia merupakan sosok yang spesial.
Tapi Claudia tidak memperdulikan itu. Dia hanya berlaku sopan layaknya sosok yang sempurna.
"Baiklah, Aku pulang duluan ya…" Claudia berdiri dan berjalan keluar
"Ooo… tunggu" Eliery mencegat Claudia
"Tidak apa apa, Nona Claudia. Kami akan membawakan barang Anda"
"Tidak perlu, Aku bisa membawanya sendiri"
Saat Claudia berjalan kearah luar kelas, mereka bertiga mencegat Claudia dan tetap bersikeras untuk membantunya. Claudia yang mengetahui maksud mereka, berupaya untuk menghiraukan tawaran tersebut sebab dia tahu maksud dari tingkah laku mereka.
"Ayolah, Nona…"
"Tidak, terimakasih"
"Ayolah…"287Please respect copyright.PENANACEPIoFlATu
"Tidak.…"287Please respect copyright.PENANA6ixVawwvyU
"Ayolah.… "
Dengan keras kepala, mereka bertiga terus memaksa untuk membantu Claudia. Dan Claudia juga tetap mempertahankan kondisinya dnegan memeluk tas miliknya.
"Hei, keras kepala sekali…" Ucap Eliery dengan keras
(Duk…)
"Aduh…"
Karena sudah tidak tahan lagi, Eliery akhirnya mendorong Claudia dengan keras hingga terjatuh. Dan dengan cepat Rory mengambil tas tersebut.
"Tolong kembalikan tas milikku"
Dengan posisi terjatuh dilantai, Claudia mencoba untuk meminta kembali tas miliknya.
"Tidak akan, Weeee" Mengejek Claudia
Setelah mereka mendapatkan tas Claudia tentu saja akan dijadikan bahan mainan oleh mereka.
"Coba kita lihat apa isinya…"
(Crek… Crek.. Crek…)
Dengan tertawa senang, mereka membuka tas Claudia dan menghamburkan barang bawaan yang ada didalamnya. Tampak banyak barang berhamburan jatuh ke lantai.
"Oh… ini, barang yang dibawa oleh Nona yang spesial"
"Jelek, isinya buku dan barang lama"
"Benar itu"
Dengan mentertawakan barang yang dibawa Claudia, mereka terus menghambur hamburkan buku dan alat sekolah yang ada didalam tas Claudia. Begitu juga dengan barang penting lainnya.
Claudia yang tidak dapat berbuat apapun hanya dapat diam dan berharap didalam hatinya, mereka bertiga dapat berubah menjadi lebih baik lagi. Sebab hanya mereka bertiga yang dapat merealisasikan kekesalannya kepada Claudia, daripada orang lain yang tidak menyukainya dibelakang.
"Baiklah, ayo pergi" Ajak Eliery
"Oke" Jawab Rory dan Mary
Tanpa merasa bersalah akan perbuatannya kepada Claudia, mereka bertiga pergi dan meninggalkan Claudia beserta barang bawaanya. Tetapi, saat mereka hendak pergi, tiba tiba seorang guru laki laki mencegah mereka dan berdiri didepan pintu kelas.
"Pak Init, ada apa ya??" Tanya Eliery panik
"Sepertinya kalian sedang bersenang senang ya…"
Tanpa mereka sadari ternyata dari balik pintu, guru olahraga yang sering disebut Pak Init terus mengawasi mereka dari awal.
"Waduh… tidak pak kita cuman membantu Claudia saja, ya kan??" Ucap Eliery panik
"Iya pak" Jawab Rory dan Mary panik
"Oh, tapi Saya lihat sepertinya kalian tidak sedang membantu, lihat saja Claudia yang tersungkur dibawah" Ucap Pak Init menatap serius
Karena sudah tertangkap basah, Eliery, Rory, dan Mary panik dan bingung untuk mengelak dari Pak Init.
"Berdiri didepan pintu kalian bertiga" Tegas Pak Init
"Baik"
Setelah Pak Init mendisiplinkan mereka, dia menuju kearah Claudia dan membereskan barang bawaannya yang berhamburan dilantai.
"Sini, apa kau bisa berdiri?" Tanya Pak Init sambil menjulurkan tangannya
"Bisa pak" Jawab Claudia meraih tangan Pak Init
"Ini tasmu, apa kau terluka?" Tanya Pak Init
"Tidak pak" Jawab Claudia
"Baguslah, sebaiknya kau cepat pulang sekarang. Sepertinya orang datang menjemputmu didepan" Himbau Pak Init
"Iya pak, Terimakasih banyak" Jawab Claudia menerima tasnya
"Dan untuk kalian bertiga ikut Saya sekarang" Tegas Pak Init
Setelah memastikan bahwa Claudia tidak mengalami luka, Pak Init langsung tegas menyuruh Eliery, Rory, dan Mary untuk ikut bersamanya.
Pak Init beserta mereka bertiga lekas pergi dari kelas dan berjalan menuju ruang guru, dan tampaknya Eliery dan yang lain akan diberi peringatan lagi. Bahkan bisa jadi lebih buruk dari itu.
-
Matahari sore sudah menyising redup, dan pantulan cahaya bulan malam mulai bersinar dilangit. Dibawah bintang bintang Claudia memandangi langit malam dan berpikir.
Apa aku ini memang begitu spesial hingga banyak orang yang benci kepadaku?
Dengan hati yang dalam, Claudia merasakan bahwa apa sebenarnya maksud keberadaan dirinya didunia ini. Apa yang membuatnya begitu beda dengan kebanyakan orang disekitarnya.
-
Saat Claudia tengah merasa kesepian dibawah pohon dekat rumahnya, datang seorang pemuda dengan pakaian aneh menghampiri dirinya.
"Apa aku boleh duduk disamping Anda?"
"Oh silahkan"
Dengan sopan, pemuda tersebut meminta izin kepada Claudia untuk duduk disampingnya. Dengan indahnya cahaya bulan, pemuda tersebut tersenyum lembut kepada Claudia, dan hal tersebut membuat Claudia merasa aneh.
"Apa Anda sedang memikirkan sesuatu?" Tanya pemuda
"Oh, tidak. Saya hanya melamun saja" Jawab Claudia malu
"Hm…. Baiklah"
Tampak sosok pemuda yang sepantaran Claudia dengan pakaian tidak biasa serta menggunakan jubah. Entah mengapa membuat Claudia memandang pemuda tersebut sosok yang keren dan baik hati. Aura yang dikeluarkan olehnya layaknya embun pagi padang rumput, membuat Claudia yang tengah kesepian dan murung, menjadi terpesona dengan kedatangannya.
"Sebelum itu, Anda siapa?" Tanya Claudia
"Saya? Saya hanya seorang pengembara" Jawab pemuda tersebut
"Nama Anda?" Tanya Claudia lagi
"Nama Saya Tis'a" Jawab pemuda
"Tis'a ya, namaku Claudia. Salam kenal ya" Jawab Claudia tersenyum
"Iya, Claudia"
Dengan pandangan lurus kedepan, pengembara muda yang bernama Tis'a membuat Claudia merasa bahwa dia adalah suatu sosok yang spesial juga sama sepertinya.
Tis'a pun menanyakan alasan Claudia keluar malam dan mereka berdua pun berbincang bincang. Tis'a yang seorang pengembara menanyakan berbagai hal mengenai kota dan negara ini kepada Claudia.
Perbincangan mereka berlangsung selama beberapa menit, ditengah pembicaraan tersebut Claudia mengetahui bahwa Tis'a merupakan orang yang seru dan juga baik. Mereka sekali kali tertawa dan saat Tis'a menceritakan suatu hal, Claudia kembali ingat dengan rasa sedihnya lagi.
"Claudia, ada apa?" Tanya Tis'a
Claudia yang kembali membayangkan sosok dirinya, meminta pendapat kepada Tis'a. Karena Claudia tahu, bahwa Tis'a dan dirinya sama disatu sisi, walaupun derajat mereka berbeda.
"Tis'a, apa kau pernah merasa dirimu adalah sosok yang spesial?" Tanya Claudia murung
"Hm, Spesial ya… spesial atau bukan, orang dilingkungan rumahku memang menganggap bahwa diriku ini adalah keajaiban yang datang beratus ratus abad sekali" Jawab Tis'a
"Oh begitu ya" Respon Claudia lemah
Tis'a. Seorang pengembara yang mengenakan pakaian tidak biasa seperti baju perang, dan memakai jubah dengan lingkaran yang didalamnya terdapat simbol 9.
(Tis'a melirik kearah belakang)
"Saya tahu apa yang sedang Anda pikirkan" Ucap Tis'a
Tiba tiba saja Tis'a berdiri dan mengatakan sesuatu kepada Claudia.
"Apa maksudmu?" Tanya Claudia bingung
"Apa ini ada kaitannya dengan mereka yang ada dibalik pohon besar disana…" Ucap Tis'a
Dengan mengencangkan suaranya, Tis'a menyadari suatu hal dan melirik kearah pohon besar yang ada dibelakang mereka berdua.
"Bisakah kalian keluar sekarang?" Suruh Tis'a
"Hah?"
Saat Tis'a mengatakan hal tersebut, Claudia bangun dan melihat kearah belakang juga.
"Bagaimana kau bisa tahu kalau kami ada disini?" Tanya Mary
Dari balik pohon besar yang berjarak kurang lebih seratus meter dibelakang mereka. Muncul Eliery, Rory, dan Mary.
"Tidak, Saya sudah mengetahuinya dari tadi" Jawab Tis'a
"Kalian bertiga, sedang apa kalian disini?" Tanya Claudia bingung
"Heh, kami ingin menghabisimu Claudia" Jawab Eliery
"Benar itu, karenamu kami bertiga dikeluarkan dari sekolah…" Sambung Rory kesal
"Dasar perempuan pilihan" Sambung Mary juga
Tampaknya mereka bertiga tahu, bahwa Claudia sering pergi ketempat tersebut waktu malam tanpa penjagaan. Dan dikesempatan itulah mereka hendak untuk membalas dendam kepada Claudia karena telah dikeluarkan dari sekolah akibat perbuatan berlebihan mereka. Terbukti dari jubah hitam yang dipakainya dan tas besar yang mereka bawa.
"Apa kata kalian? Dikeluarkan?" Tanya Claudia bingung
"Benar, dasar perempuan tenar. Karena perbuatanmu kami bertiga jadi dikeluarkan dari sekolah" Jawab Eliery kesal
"Tidak, tidak mungkin. Karena perbuatanku…"
Mendengar berita tersebut membuat Claudia merasa bersalah dan menangis menyalahkan dirinya sendiri.
"Cukup sudah" Tegur Tis'a
"Tis.. 'a?" Melihat kearah Tis'a
Melihat Claudia yang menangis, Tis'a memegang pundak Claudia dengan tatapan serius. Claudia yang menangis, melihat kearah Tis'a yang sifatnya mendadak berubah.
"Woi, kalian bertiga. Atas hak apa kalian menyalahkan Claudia akibat perbuatan kalian sendiri?" Tanya Tis'a
Dengan melangkah kedepan Claudia, Tis'a mulai berbicara kepada Eliery, Rory, dan Mary.
"Siapa kau ini? Karena ada kau kami jadi tidak bisa mendekat kesana kan" Tanya kembali Rory kesal
"Siapa aku, kalian tidak perlu tahu. Aku punya usul, bagaimana kalau kalian bermain game dengan Claudia" Jawab Tis'a
"Hah? Apa maksudmu?" Tanya Eliery bingung
"Kalian bermain game bersama Claudia. Dan yang menang boleh melakukan apapun kepada yang kalah"
Dengan mengusulkan suatu game, Tis'a menyarankan kepada mereka bertiga.
"Hm, baiklah. Kami bertiga satu tim akan melawan Claudia" Jawab Eliery
"Baiklah kalau begitu, Claudia Anda setuju?" Tanya Tis'a
"Saya tidak masalah" Jawab Claudia polos
"Baiklah kalau begitu"
Eliery setuju dengan usulan dari Tis'a dan membentuk tim dengan Rory serta Mary, melawan Claudia seorang diri.
"Jadi, game seperti apa yang akan kita mainkan?" Tanya Mary
"Pertama kita ke arena permainan terlebih dahulu" Jawab Tis'a
(Ctek) Suara jentikan jari
(Sluuuuuu…..)
Setelah Tis'a menjentikkan jarinya, tiba tiba muncul cahaya putih menyilaukan mata yang membuat mereka semua sulit melihat dan terpaksa menutup mata.
-
(Worgh……. ) Suara sorak
"Dimana ini?" Tanya mereka bingung
Seketika mereka semua yang semula berada dikota, tiba tiba sekarang tengah berada distadion besar yang tampak seperti sebuah gladiator.
(Worgh…..) Suara sorak
Dengan ramai dikelilingi oleh para penonton, Claudia serta Eliery dan timnya, bingung dengan kondisi mereka saat ini.
"Perhatian semua harap tenang"
Tiba tiba terdengar suara kencang dari ketinggian yang membuat seisi gladiator menjadi sunyi. Dan suara tersebut ternyata adalah Tis'a
"Kenapa dia ada diatas sana?"
Dengan berpakaian layaknya seorang raja lengkap dengan singgasananya, Tis'a berpenampilan lain dari sebelumnya. Claudia yang masih bingung dengan keadaan sekarang, menjadi tambah bingung dengan sosok lain dari Tis'a.
Tis'a yang awalnya sosok mengagumkan dengan aura yang bersinar layaknya cahay rembulan, kini telah berubah berlainan dengan dirinya yang tadi.
"SIAPA KAU?" Teriak Claudia
"Oi, apa kau bodoh. Itu pria yang tadi bersamamu kan?" Tegur Rory
"Bukan, Tis'a tidak seperti itu. SIAPA KAU?"
Dengan wajah yang putus asa, Claudia berharap bahwa dia masih Tis'a yang ditemui olehnya tadi.
"Hahahahaha… luar biasa, memang perempuan pilihan berbeda"
Sambil tertawa, Tis'a mengatakan hal aneh lagi.
"Aku adalah Ifrid, dan selamat datang digameku ini"
Kenyataan yang sangat mengejutkan. Ternyata Tis'a Sang pemuda yang mengaku sebagai pengembaram, ternyata adalah Ifrid.
Dengan perawakan yang kurang jelas, Claudia dan Tim Eliery mendapati bahwa, orang yang bernama Ifrid itu adalah bukan manusia.
"Baiklah, kita mulai saja gamenya"
Setelah itu, Claudia beserta Eliery, Rory dan Mary tidak kembali dan lenyap dari dunia begitu saja tanpa ada yang mengingat mereka.
-
Disisi lain, dibawah pohon besar dekat rumah Claudia.
"Aku terlambat ya"
Matahari malam yang seharusnya menyinari mereka, telat untuk terbit dan membuat mereka tenggelam dalam gelapnya malam.
END
ns 15.158.61.8da2