Niesa memandang laki laki di depannya dengan panndangan sendu. Yah, dia adalah suaminya Satrio seorang laki laki berparas ganteng dengan badan yang atletis bak seorang model.wajahnya yang bening dengan bibir seksi dan menawan.pernikahannya bukanlah seprti romence yang drakor drakor atau di sinetron yg penuh liku liku dan percintaan. Pernikahanya adalah hasil perjodohan dari kedua orang tua. Niesa sungguh tidak mengerti mengapa satrio yg ganteng dan gagah mau menerimanya sebagai istri padahal di lihat dari penampilan Niesa paling banter dapat nilai 70 pas pasan. Klo di disandingkan seperti langit dan bumi.Hati Niesa selalu bertanya apakah ini suatu berkah atau musibah ketika mendapatkan suami ganteng,bependidkan tinggi dan pekerjaanya yg bagus.
Namun,seiring waktu tak terasa pernikahannya sudah berlangsung 5 tahun dan dikaruniai 3 orang anak. Dua laki laki satu perempuan dengan umur yg masih balita semua.selama itu pernikahannya aman aman saja. Tapi tak selamanya gelombang kehidupan itu tenang akhirnya ombak ujian datang.Cintia...., yah dia adalah menejer baru atasan suamiku.seorang wanita blesteran ause indo. Janda tanpa anak berbody seksi dan cantik bak bintang film.klo ini ceritanya persis di drakor atau sinetron. Dia adalah pelakor yang tak tahu malu. Dan yang Niesa takutkan datang bagaimana ia mengatasi maslahnya sedangkan dia merasa adalah wanita yg rapuh hatinya yg hanya bisa memendam derita itu sendiri. Dia bukan wanita pemberani, yang langsung lantang berteriak memberontak dan melabrak si pelakor.dia hanya bisa diam dan pasrah. Niesa tahu ia seorang pengecut yang berhati lemah.
Hari itu hati Niesa seperti mendung hitam yg penuh halilintar. Sesaat ia memandang wajah satrio suaminya dengan tatapan yg berkaca kaca dan mulut terkunci rapat.
"Nis,percaya ya sama mas??" Kata satrio kalem
"Yah,aku tahu perasaanmu tapi gmn lagi dia atasanku.aku sudah menghindar sebisa mungkin tidak bertemu dengannya tapi gmn banyak pekerjaan yg harus ku selesaikan dan harus kukerjakan bersamanya" katanya lagi. Tak berapa lama hp satrio berbunyi siapa lagi klo bukan dari pelakor sialan itu. Dengan sedikit enggan satrio menjawab telp itu.terdengar suarnya yg mendayu dayu menggoda satrio. Terlihat wajah satrio menegang dan gugup di hadapan Niesa. Saat itu hati Niesa hancur lebur bagai debu.buliran buliran air mata mulai menetes di pipinya. Dia tidak bisa berkata apa apa otak Niesa kosong tidak bisa berfikir apapun.sedang satro serba salah. Setelah selesai menerima telp satrio memegang tangan Niesa.
" aku bingung Nies, tahukan kamu jika aku harus berhenti dari pekerjaanku gmn nasib masa depan anak anak kita.cicilan rumah kita juga masih lama belum lagi kebutuhan kita sehari hari" kata satro pelan. Namun mulut Niesa masih terkunci tanpa bisa berkata kata. Dalam hatinya Niesa berkata yah aku hanya wanita yg hanya lulusan sma tidak ada ketrampilan apapun hanya pernah kerja di toko mebel itupun pegawai serabutan.apa yg bisa aku bantu untuk mengangkat perkonomian keluargaku. Apa yg harus aku lakukan .....apa yg harus lakukan...ia hanya bisa menangis tanpa kata.
"Sabar,ya sayang maaf aku tak bisa berkutik dengan atasanku itu.aku ucapkan terimakasih atas kesabaranmu. Percaya padaku yah..."
Satro memeluk Niesa dan mencium keningnya. Sedang Niesa hanya bisa terisak dalam sendu.
Satrio menatap anak anaknya yg terlelap dalam tidurnya. Ia hanya menghembuskan nafas kegalauan .
Hari itu di kantor satrio. Duduk Cintia dengan berpakaian terbuka terlihat belahan dada menunjukan keseksiannya dengan rok yg super mini menonjolkan Pahanya yg putih mulus di tambah lagi gaya make up ala artisnya. Laki laki mana yg tak tergoda.dengan suara yg gemulai memanggil satrio ke dalam ruangannya.
"Pak Satrio kita akan melakukan kunjungan kerja di luar kota selama satu minggu, persiapkan dirimu , ok" cintia mengedipkan sebelah matanya dengan senyuman menggoda.
"Maaf bu Cintia. Apa hanya saya saja yg ikut bagaimana dengan rekan lainnya??"
"Kenapa pak Satrio, apa anda takut saya makan??" Cintia terkekeh. Meninggalkan satrio keluar ruangan sambil mengelus pipi satrio.
Satrio sendiri jijik melihatnya. Mkn klo pria yg tidak kuat imannya pasti udah bertekuk lutut dihadapan cintia sang janda penggoda.
"Nis, minggu depan aku keluar kota seminggu untuk kunjungan kerja" ujar satrio. Niesa tidak menangapinya pandangannya kosong. Ia hanya bisa membisu sambil melipat pakaian anak anaknya yang menumpuk. terdengar hembusan napas berat dari satrio.
Di pikiran Niesa terbayang bagaimana satrio menghabiskan malam malam dengan cintia selama kunjungan kerja. Hati Niesa teriris iris.bagaimana kedepannya nanti haruskah rumah tangganya hancur bagaimana nasib dirinya dan 3 anak balitanya. Air.mata terus menetes. Selama ini ia tidak mau bertengkar dengan suaminya ia harus bertahan demi piskologi anak anaknya. Juga hubungan baik keluarganya dengan suaminya dan juga Niesa malu klo sampai tetangga tau maslahnya. Biarlah akan ku tanggungung sendiri derita ini, klo pun ujung ujungnya kehancuran rumah tangganya datang ia akan mempersiapkan hatinya wlaupun akan terasa berat sekali.
Sehari sebelum keberangkatan kunjungan kerja satrio menghadap cintia di kantornya.
"Permisi bu cintia saya tidak bisa mengikuti kunjungan kerja"
"Ada alasan apa??
"Saya mengundurkan diri dari perusahaan ini" mendengar itu cintia kaget terlihat keterkejutan di wajahnya.
"Hey, jangan begitu pak satro tau kan saya menyukai anda,apaun yang anda mau akan aku berikan. Mobil, rumah mewah, uang berpapun, atau kenaikan jabatan??" Mendengar perkataan Cintia satrio semakin jijik memangnya ia bisa di beli dengan harta dan kedudukan. Dia bukan gigolo atau pria murahan. Terbayang jelas wajah Niesa yg sederhana dan wajah 3 anaknya yg ia sayangi. Ia semakin bertekad untuk keluar dari perusahaan.
"Maaf bu saya tidak bisa. Bertahan lebih lama di sini"
"Kenapa,apa karena saya???" Ujar Cintia dengan nada tinggi.
Satrio tidak menjawab pertanyaan cintia. Ia hanya terdiam tanpa kata.
"Ok,klo kamu tidak mau menjawab. Jangan pernah menyesal engkau keluar perusahan ini. Tahu sendiri susahnya masuk perusahan ini. Jika kamu sudah keluar dari sini walaupun engkau bersujud pun aku tidak akan menolongmu." Kata Cintia penuh penekaanan.
" tidak bu saya tidak.menyesal" kata satrio tegas seraya pergi meninggalkan ruangan Cintia. Terlihat wajah Cintia geram merasa keinginannya tidak tercapai.
Dengan langkah ringan Satrio berjalan keluar dari kantornya membawa berkas berkas nya. Terasa beban di hatinya hilang. Batu yg mengganjal itu akhirnya lepas .rasa sesak didadanya hilang sirna ia merasa bebas.
Ketika ia pulang ke rumah, satrio di sambut suara keceriaan anak anaknya. Namun ia melihat jelas kesedihan tegurat si wajah Niesa.
" Nis,Apa kamu tidak bertanya aku pulang cepat?" Niesa tidak menjawab ia berusah mnghindar dari pandangan satrio. Tiba tiba Satrio memeluk Niesa dari belakang.
"Nis,aku berhenti dari pekerjaanku" kata kata satro mengejutkan hati Niesa.
" kenapa kamu berhenti???" Tanya Niesa pelan.
"Karena aku sudah tidak tahan. Melihat Bu Cintia yg terus menggodaku. Aku merasa jijik. Apalagi yg paling berat aku tak tahan melihat kesedihanmu. Aku rindu senyumu ,canda tawamu. Aku sudah tidak tahan melihatmu menangis menahan kesedihan. dan aku tidak ingin rumah tanggaku hancur gara gara wanita itu" kata satrio. Mendengar itu Hati Niesa terasa disiram air sejuk. Air mata mengalir deras. Seulas senyum tipis terlihat di wajah Niesa dibalik tangisannya.
"Aku sudah memikirkanya. Jika aku keluar dari kerjaanku itu akan kemberatkan hidup kita. apa kamu siap ? "
"Iya mas aku siap"
" kita harus mengatur keuangan kita"
"Selama aku nganggur aku akan berjualan brwonis dan kue yg biasa kamu buat untuk anak anak.rasanya enak aku yakin bisa menjualnya online atau ke kenallanku. Sambil cari lowongan kerja yg aman "
"Iya mas aku akan membantumu aku yg masak , mas yg jual. Gak apa apa hidup kita pas pasan asal bahagia."
Satrio memandang wajah Niesa dengan bahagia di peluknya 8strinyq itu penuh kasih sayang. Satrio mengecup kening Niesa dengan lembut. Dan mengusap air mata Niesa yg masih mengalir deras. Tapi satrio yakin itu bukan tangisan kesedihan tapi tangisan kebahagiaan.
Dalam benak Niesa ia merasa bahagia walaupaun rintangan terus menghadang ia harus kuat dan terus percaya pada Satrio suaminya tercinta.
Sebaliknya Satrio sangat menyayangi Istrinya. Dengan penampilan yg sederhana,wajah sederhana,senyum sederhana,sikapnya yg sederhana mampu memikat hatinya walapun banyak wanita cantik,kaya raya yang mengejarnya. Satrio yakin akan pilihannya untuk menjadikan Niesa menjadi istrinya sekaligus menjadi ibu bagi anak anaknya. Walaupun itu lewat perjodohan dari orang tua mereka. Tanpa ada proses pacaran yg bertahun tahun .
Dan sekarang Niesa dan Satrio mulai melangkah lagi di kehidupan pernikahan mereka dengan perasan bahagia. Walaupun gelombang kehidupan yg turun naik pasti akan menghadang. Niesa dan Satrio yakin asal ada kepercayaann, kesetiaan dan kasih sayang merka mampu menghadapinya.
...........The End.............
By :Anggiesta , 27 Oktober 2020
276Please respect copyright.PENANAj5nqfnkqWB
276Please respect copyright.PENANABRRRfzgHd9