Dikaki bukit pegunungan Jawa. Hidup seorang pemuda yang bekerja sebagai pengumpul kayu bakar. Pemuda tersebut bernama Erick. Seorang pemuda yang berumur 17 tahun, memiliki rasa kasih sayang, dan pekerja keras.
Erick tinggal disebuah rumah sederhana dikawasan lereng gunung berapi. Dia tinggal bersama kedua adiknya yang berumur 12 tahun dan 9 tahun. Adik pertama bernama Chasia, dan adik kedua bernama Lerick.
Keseharian mereka bertiga adalah bekerja mengumpulkan kayu bakar yang akan ditukar dengan beberapa makanan untuk makan. Terkadang Chasia dan Lerick yang tidak kuat mengangkut kayu bakar, jatuh sakit dan membuat Erick cemas. Terkadang juga mereka hanya mendapatkan sedikit makanan dari orang orang dipasar karena kayu bakar yang tidak bagus.
Suatu hari mereka telah mengumpulkan kayu bakar yang banyak dan bagus. Karena kayu bakar yang mereka bawa tampak bagus dan banyak, orang orang dari pasar memberi imbalan yang cukup banyak dengan beberapa potong roti, daging panggang, dan banyak minuman segar.
Rasa senang dirasakan oleh mereka. Baru kali ini mereka bertiga dapat menikmati makanan yang banyak dan juga enak dari hasil mengumpulkan kayu bakar. Malam hari itu juga, mereka bertiga berkumpul didalam rumah dan menikmati makanan tersebut.
Dengan diiringi hujan deras, malam itu mereka bertiga berbincang bincang sambil duduk santai.
"Kak Erick, jika kakak ingin harapan kakak dikabulkan, apa yang kakak inginkan?" Tanya Lerick
"Hmmm… harapan kakak ya??" Ucap Erick
"Kalau Kak Chaisa bagaimana?" Tanya Lerick kembali
"Eh… kalau kakak ingin kita bertiga selalu bersama setiap saat, mungkin…" Jawab Chasia
Dengan diiringi hujan deras dan sambaran petir, ketiga kakak beradik tersebut tengah berbincang bincang.
"Kak Erick juga sama seperti Chasia, saat kita bertiga bersama seperti ini. Kakak Erick sudah sangat senang" Jawab Erick tersenyum tulus
"Begitu ya… kalau begitu Lerick juga mau itu. Lerick ingin kita selalu bersama" Jawab Lerick semangat
"Ya… begitu baru lelaki" Ucap Erick
Dengan disinari oleh lentara malam, cahaya didalam rumah itu, terdapat tiga orang anak yang malang.
"Lerick, kenapa kamu bertanya tiba tiba seperti itu?" Tanya Erick penasaran
"Itu, saat kita sedang menukar kayu bakar dipasar tadi, Lerick tidak sengaja mendengar cerita" Jawab Lerick
"Cerita apa?" Tanya Chasia
"Itu, kalau kita melihat bintang jatuh, maka harapan kita akan dapat dikabulkan begitu" Jelas Lerick
"Oh…."
(Tok.. Tok..)
"Permisi…."
Setelah Lerick menceritakan alasannya, tiba tiba terdengar suara ketukan dari luar pintu rumah dan suara seorang laki laki.
Dengan sigap Erick meminta agar mereka berdua menjauh dari arah pintu, curiga bahwa itu adalah perampok atau mungkin orang jahat.
Saat Erick melihat kearah luar dari balik jendela, didapati olehnya seorang pria berbadan besar dengan wajah yang tertutup kain, mengenakan jubah dan pakaian aneh tampak basah sebab hujan deras diluar.
"Siapa kau??" Tanya Erick
"Saya seorang pengembara dari benua barat" Jawab pria tadi
"Ada perlu apa kesini?" Tanya Erick kembali
"Saya ingin berhenti sebentar dan berniat untuk bermalam disini sebentar" Jawab pria itu
"Apa kau dapat menunjukkan bukti kalau kau bukan seorang penjahat?" Tanya Erick lagi
"Aku tidak dapat menunjukkan buktinya, tapi aku dapat menunjukkan simbol yang mungkin kalian kenal" Jawab pria itu lagi
Erick berniat untuk menginterogasi pria besar tersebut, dan pria itu menawarkan sebuah kesepakatan yang aneh.
"Apa itu?" Tanya Erick curiga
"Kau dapat melihatnya sendiri dari balik jendela" Jawab pria tadi dengan suara kecil
Setelah Erick diminta untuk melihat kearah luar dari balik jendela, didapati olehnya sebuah simbol yang pasti sudah diketahui oleh semua orang. Dari balik jubah pria besar tersebut, terdapat simbol dari aneh.
"Dengar ini pemuda. Kau adalah kakak yang berani dan memiliki rasa kasih sayang yang dalam. Namun, didalam hatimu masih ada celah hitam yang membuat sosok idealmu tergoyahkan. Tutup celah tersebut bersama kedua adikmu itu"
Dengan serius pria tersebut hanya mengeluarkan kata kata aneh yang tidak dimengerti oleh Erick.
"Apa maksud anda??" Tanya Erick bingung
"Camkan kata kata ku itu, dan berbaliklah. Selamatkan kedua adikmu dan dunia ini. Aku akan menunggumu disini" Jawab pria itu
Saat Erick berbalik mengikuti perkataan pria tersebut, yang dilihat olehnya adalah cahaya putih terang yang menyilaukan mata. Sebab saking terangnya cahaya tersebut, Erick menggunakan kedua tangan untuk melindungi penglihatannya dari cahaya tersebut.
Setelah berlangsung beberapa detik, cahaya tersebut kembali memudar dan Erick perlahan dapat melihat kembali, dan disana Erick tidak dapat berkata apapun.
Erick yang awalnya berada didalam rumah, tiba tiba sekarang dia tengah berada didalam hutan dekat gunung tempat biasa mengumpulkan kayu bakar.
Bingung dan panik. Erick yang semula berada didalam rumah bersama dengan Chasia dan Lerick, tiba tiba dia sekarang berada didalam hutan dan yang paling mengejutkan lagi sekarang telah siang hari.
"Ada apa ini??? Bagaimana bisa aku ada disini??? Dan lagi pula tadi kan sedang hujan dan malam hari???"
Berbagai pertanyaan bermunculan satu persatu tidak ada habisnya. Dengan memperhatikan sekitar, Erick mencoba untuk berteriak memanggil Chasia dan Lerick.
"Chasia…. Lerick…."
Dengan segenap tenaga Erick teriak dan memanggil kedua adiknya, namun tidak ada respon dari mereka.
Karena menduga bahwa Chasia dan Lerick tidak ada disana, Erick pergi kearah rumah untuk memeriksa disana.
Saat Erick sedang mencoba turun, tidak sengaja dia melihat sebuah cermin besar yang menempel disebuah pohon. Karena penasaran, Erick pergi menghampiri kearah depan cermin tersebut. Terpantul wujud Erick dari cermin tersebut dan dia juga memeriksa daerah sekitarnya.
"Memangnya disini ada cermin ya???" Ucap Erick penasaran
Mengetahui ada hal yang ganjil, Erick mencoba untuk menggeledah daerah sekitar cermin tersebut.
"Ada apa Pemuda??"
Dan saat dia sedang sibuk menggeledah, tiba tiba dari pantulan cermin muncul seseorang berpakaian aneh dan kusam.
"Hah??? Wah…"
Sontak saja Erick terkejut dan menjauh dari arah cermin. Erick tidak dapat mengetahui orang tersebut adalah laki laki atau perempuan. Namun bukan hal itu yang aneh, yang paling ditakuti oleh Erick adalah orang tersebut tidak ada diluar cermin.
"Si-Si-Siapa kau?" Tanya Erick takut
"Tidak perlu takut seperti itu Pemuda" Jawabnya santai
Dengan raut wajah yang sangat ketakutan, Erick sontak bertanya dengan kehadiran orang aneh tersebut.
"Tapi, jika kau ingin tahu namaku akan aku beritahu" Ucap orang tersebut
Setiap orang tersebut berbicara, Erick seakan akan merasakan ancaman yang luarbiasa.
"Perkenalkan namaku adalah Ifrid. Salam kenal Pemuda" Ucapnya santai
Lagi lagi Erick merasakan hal yang sama, namun saat itu juga Erick teringat dengan kata kata dari orang besar dirumahnya.
"Ada urusan apa kau denganku?" Tanya Erick berani
Dengan memberanikan diri, Erick kembali bangun dan mendekat kearah cermin tersebut.
"Wah, sepertinya kau sudah kembali sadar" Ucap Ifrid bangun dari duduknya
"Siapa kau dan ada urusan apa denganku?, dan ini dimana?, Kau bawa kemana Chasia dan Lerick?" Tanya Erick serius
"Woy, woy, pertanyaanmu banyak sekali. Tapi aku akan menjawab semuanya, kecuali pertanyaanmu yang ketiga" Ucap Ifrid santai
"DIMANA CHASIA DAN LERICK…." Tanya Erick kesal
"Ow, ow, perlahan saja. Sebelum itu kita bermain permainan sebentar boleh" Tawar Ifrid
"Jangan main main kau, jawab sekarang" Suruh Erick
"Kalau kau menang dalam permainan ini, maka aku akan menunjukkan dimana kedua adikmu itu" Tawar Ifrid kembali
Mendengar perkataan konyol tersebut Erick membentak Ifrid, tapi dia juga tidak dapat berbuat apapun.
"Lihat ini" Suruh Ifrid
Erick yang tengah memperhatikan kearah cermin, dengan seketika berada ditengah pasar dan melihat kedua adiknya duduk dipinggir jalan sambil menunduk kebawah.
"Chasia…. Lerick…."
Dengan keras Erick mencoba untuk memanggil dan menghampiri kearah mereka berdua, tapi usahanya gagal. Saat Erick berlari mendekat kearah mereka, entah mengapa dia tidak dapat mendekat dan seakan akan terus menjauh.
"Tidak ada gunanya, cara untuk menyelamatkan mereka ada menang dari permainanku ini"
Suara Ifrid menggema dari segala penjuru arah.
"Baiklah, aku terima permainanmu itu" Ucap Erick berani
"Baiklah"
Setelah Erick menerima tawaran Ifrid, dia kembali ketempat semula dipohon cermin.
"Akan aku jelaskan aturannya" Ucap Ifrid
"Sebelum itu, jika aku menang kau akan mengembalikanku kerumah bersama kedua adikku kan?" Tanya Erick
"Tentu saja" Jawab Ifird santai
"Baiklah"
Dan Ifridpun menjelaskan aturan permainan tersebut.
"Dipermainan ini, kau dan aku akan saling membuktikkan siapa yang paling bodoh diantara kita berdua. Dimulai dari aku dan selanjutnya kau. Jika kau dapat membalikkan pernyataanku nanti bahwa kau tidak bodoh, maka kau menang. Namun, jika selama seratus kali kau tidak dapat membalikkan pernyataanku bahwa kau tidak bodoh, maka aku yang menang"
Dengan jelas aturan tersebut tertulis dicermin dengan warna merah darah.
"Baiklah, aku terima" Jawab Erick setuju
Cuaca panas terik matahari diatas kepala, Erick berada disituasi tertekan dengan pertaruhan yang serius.
"Baiklah, pertama aku yang akan menyatakannya"
Kau itu bodoh Erik, kau bertanya 'ini dimana?' bukankah kau juga tahu bahwa ini ditempat biasa kau mencari kayu bakar. Maka dari itu aku tidak akan menjawab pertanyaanku yang ketiga itu. Bodoh…..
Ifrid memulai permainan tersebut dan langsung saja menyatakan pendapatnya. Dicermin tersebut tertulis dengan warna merah darah pernyataan Ifrid mengenai kebodohan Erick.
"Hm… aku akan menjawabnya" Ucap Erick tenang
"Hahaha… santai sekali kau tampaknya, tapi aku lupa dengan satu aturan lagi" Ucap Ifrid licik
"Apa??"
Dengan percaya diri Erick siap untuk menjawab.
"Kalau kau tidak dapat membalikkan pernyataanku tadi, kau akan kalah… hahaha" Ucap Ifrid licik
Dengan licik Ifrid menambahkan aturan, dan lagi lagi tertulis didalam cermin dengan warna merah darah.
"Baiklah, tapi aku ingin jawabanku ini tertulis didalam cermin dengan warna merah darah juga" Jawab Erick
"Hemmm.. Baiklah, lagi pula kau tidak dapat menang" Jawab Ifrid ragu
"Baiklah, ini jawabanku"
Saat Erick akan menjawab.
(Krek, Krekk… )
(Dor…)
Tiba tiba cermin tersebut retak dan semakin membesar yang menyebabkan cermin menjadi pecah.
"Huft…"
Dan dari balik cermin tersebut keluar pria besar yang ada didepan rumah.
"Paman??" Tanya Erick terkejut
"Apa kau baik baik saja?" Tanya pria
"Iya"
Dari pecahan kaca cermin tampak Ifrid yang juga tampakya terluka akibat pecahan kaca cermin.
"Heh?? Eye Eight? Kenapa kau bisa disini??" Tanya Ifrid panik
"Jangan banyak bicara, rasakan ini…"
(Shut… )
"Tidak…."
Dengan cepat pria tersebut menghunuskan pedang besar yang dibawanya kearah Ifrid yang ada didalam salah satu pecahan kaca cermin, dan membuat sosoknya menghilang.
Ternyata Ifrid terkena tebasan pedang dari pria besar tersebut, dan menghilang dari dalam cermin. Bersamaan dengan menghilangnya Ifrid, mereka berdua kembali kedalam rumah. Dan Erick juga mendapati Chasia serta Lerick yang terbangun dari tidur.
"Chasia, Lerick, syukurlah kalian selamat" Peluk Erick
"Heh? Ada apa kak Erick?" Tanya Chasia bingung
Karena tidak dapat menahan rasa khawatirnya, Erick berlari memeluk Chasia dan Lerick, namun sepertinya mereka berdua tidak tahu apa apa.
Setelah selesai melepaskan kekhawatirannya. Erick berjalan kearah pria besar tersebut.
"Terima kasih banyak paman. Anda telah menyelamatkan Saya dan kedua adik saya" Ucap Erick berterima kasih
"Tidak perlu, yang menyelesaikan ini semua adalah kau sendiri pemuda. Jika kau tidak membuat Ifrid tadi ragu, maka aku tidak dapat masuk kedalam sana" Jawab pria tersebut dengan gagah
Berdiri sosok pria besar layaknya ksatria dicerita fantasi. Mengenakan jubah dengan simbol yang menunjukkan angka 5.
"Apa yang kau lakukan untuk membuatnya ragu?" Tanya pria tersebut
"Saya juga tidak tahu, tapi satu hal yang pasti. Saat itu hanya harapan untuk berjumpa kembali dengan kedua adik saya, yang menjadi pengisi hati yang hitam ini" Jawab Erick tulus
"Kerja bagus, pemuda" Ucap pria tersebut mengelus kepala Erick
Dibalik pintu rumah, tampak matahari pagi telah terbit dan menyinari halaman luar yang tergenang air.
"Baiklah, aku akan pergi. Jaga baik baik kedua adikmu" Ucap pria tersebut
"Baik, terimakasih banyak paman" Jawab Erick
Dengan tatapan tulus, pria tersebut sedikit menunjukan sedikit ekspresi kepada Erick dari balik kainya.
"Baiklah, selamat tinggal"
"Iya, selamat tinggal"
Berjalan lurus kedepan menghampiri Sang mentari pagi dengan jubah yang terurai angin pagi.
Erick hanya dapat melambaikan tangan dan tersenyum lebar mengantar kepergian pria tersebut. Erick tidak ingin menanyakan nama dan identitas dari pria tersebut, Erick akan membuat dirinya menjadi legenda didaerah ini.
Dengan melihat kelangit luas, Erick hanya dapat mengharapkan segala bentuk kebaikan selalu mengiri pria tersebut diluar sana. Dan juga kekalahan untuk para Ifrid yang masih bersembunyi didunia ini.
END
ns 15.158.61.43da2